Jumat, 07 Juni 2013

CINTAILAH MAJLIS ILMU DAN ULAMA’ Suatu ketika Rasulullah SAW memasuki masjid Nabawi, disana beliau menemui dua majlis, salah satunya berkumpul untuk berdoa kepada Allah dan yang lain duduk untuk belajar dan mengajar. Kemudian beliau SAW bersabda (yang artinya): “Kedua majlis itu berada atas kebaikan, (namun) salah satunya lebih utama daripada yang lain, adapun mereka adalah kelompok yang berdoa dan memohon kepada Allah, jika Allah berkehendak Dia akan mengabulkan (memberikan) apa yang mereka mohonkan atau jika Allah mau Dia tidak memberikannya. Dan adapun mereka, kelompok yang belajar dan mengajar orang yang jahil, (sedang) Aku telah diutus sebagai pendidik (guru), dan mereka itulah kelompok yang lebih utama”. Kemudian beliau mendatangi majlis ilmu tersebut dan duduk bersama mereka (HR. Ibnu Majah dan Ad Darimi dari Abdullah bin ‘Amr) Sahabat Anas bin Malik, khadim (pembantu) Rasulullah SAW menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda (yang artinya): “Jika kalian melewati kebun(taman) surga maka bersenang-senanglah (di dalamnya)”, sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apakah kebun surga itu?”, beliau menjawab: “Perkumpulan dzikir” (HR. At Tirmidzi) Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Majlis-majlis ilmu”. Dalam hadits yang marfu’ juga disebutkan bahwa Allah SWT memiliki malaikat-malaikat khusus yang bertugas mencari hilaqudz dzikr (perkumpulan dzikir), dan jika mereka telah mendapatinya, mereka mengitari majlis tersebut. (HR. Al Bazzar dari Anas bin Malik) Dalam menafsirkan maksud “perkumpulan dzikir” ini hendaknya kita tidak mengartikan sebatas majlis dzikir semacam tahlilan atau istighotsah saja, tapi majlis dzikir yang disebutkan pada hadits diatas mencakup semua majlis yang mengingatkan kita kepada Allah, majlis yang mengenalkan kita kepada syariat Allah, majlis yang memberikan penjelasan, mana yang halal dan mana yang haram, majlis yang membahas fiqh, bagaimana cara menjual dan membeli, bagaimana cara sholat, berpuasa, berhaji, menikah dan yang semacamnya. Demikian disampaikan oleh Al Imam ‘Atho’ bin Abi Rabah RA. Maka dari itu, majlis taklim, pengajian-pengajian yang ada saat ini, yang didalamnya diajarkan syariat islam, itupun masuk dalam kategori “Perkumpulan Dzikir” yang dikatakan sebagai bagian dari taman-taman surga. Pada masa Rasulullah, juga dikisahkan. Tatkala beliau duduk di masjid dengan dikitari beberapa sahabatnya. Tiba-tiba datang 3 orang, dua orang datang masuk ke majlis sedang satunya pergi meninggalkan majlis. Dua orang tadi mendekat ke majlis Rasulullah, salahsatunya melihat ada tempat yang kosong disela-sela majlis, maka dia mengisinya, sedang yang satunya lagi (karena malu) duduk dibelakang majlis. Manakala usai dari majlis tersebut. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya): “Tidakkah akan aku beritakan kepada kalian perihal tiga orang tadi?, yang satu telah datang kepada Allah, maka Allah pun mendatanginya, sedang yang lain merasa malu dari Allah, maka Allah pun malu darinya dan yang lain (ketiga) telah berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya” (HR. Bukhori dan Muslim dari Abi Waqid Al Laitsi RA) Rasulullah Saw bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Luqman Al Hakim berwasiat kepada puteranya: Hai anakku, wajib bagimu duduk bersama Ulama (mendatangi majlis mereka), dan dengarkanlah kalam (pembicaraan) Hukama’ (ahli hikmah), sesungguhnya Allah akan menghidupkan hati yang mati (kaku) dengan cahaya ilmu (hikmah) sebagaimana Allah menghidupkan tanah yang tandus dengan air hujan” (HR. Ath Thabarani, Al Bazzar dll dari Abu Umamah). Al Imam Sahl bin Abdillah At Tusturi berkata: “Barang siapa ingin melihat majlis para Nabi maka lihatlah majlis para Ulama’, sebab mereka itulah pengganti para Rasul pada umat mereka, pewaris ilmu-ilmu mereka. maka majlis mereka adalah majlis pengganti para Nabi”. Al Imam Abdullah bin Mas’ud berkata: “Orang-orang yang bertaqwa adalah pemimpin, Al Fuqaha (Ulama) adalah tauladan dan duduk bersama mereka menambah (kebersihan hati dan kedekatan kepada Allah)” Sahabat Abdullah bin Umar berkata: “Majlis ilmu lebih baik daripada beribadah 60 tahun” Sayyiduna Umar bin Khattab RA berkata: “Sungguh ada seseorang yang keluar dari rumahnya dengan memikul dosa sebesar gunung Tihamah, lalu dia menghadiri majlis ilmu dan mendengarkan nasehat dan wasiat si ‘Alim, dan berkat itu dia takut kepada Allah dan bertaubat dari dosa-dosanya. Tatkala dia kembali ke rumahnya, dosa-dosanya telah diampuni. Janganlah kalian meninggalkan majlis ulama. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan sejengkal tanah dibumi yang lebih mulia dari tanah yang dipakai majlis ilmu”. (Ihya’ Ulumiddin). Al Imam ‘Atho’ bin Abi Rabah berkata: “Satu majlis ilmu menggugurkan 70 majlis kelalaian”. Al Habib Ahmad bin Hasan Al ‘Aththos berkata: “Majlis dakwah dan majlis yang disebut didalamnya orang-orang soleh, adalah pencuci hati dan penyejuk hati”. Beliau juga berkata: “Tidaklah diadakan majlis taklim atau dzikir kecuali Allah keluarkan dari majlis itu (semacam) awan putih bersih. Kemudian awan itu digiring kepada kaum yang tidak berbuat amal kebajikan sama sekali, lalu awan itu menurunkan hujan (rahmat dan barokah) kepada mereka. sehingga mereka tergolong orang yang berbahagia”. Itulah kemuliaan majlis ilmu dan dzikir, keberkahan dan rahmat yang turun kepada ahli majlis itu akan diberikan pula kepada orang lain yang lalai kepada Allah sehingga juga mendapat percikan barokah dan rahmat tersebut. Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad berkata: “Ketahuilah bahwa berkumpul dengan orang yang baik (soleh) akan menanam di dalam hati kecintaan pada kebaikan dan membantunya agar mudah melakukan kebaikan itu. Sebagaimana duduk dan bergaul bersama orang yang jelek akan menanam dalam hati cinta kejelekan (maksiat) dan membuatnya mudah melakukan kejelekan itu. Siapa yang bergaul dengan suatu kaum, maka otomatis akan mencintai mereka. Dan seseorang akan dikumpulkan bersama yang dicintainya di dunia dan akhirat”. Al Habib Muhammad bin Zein bin Smith berkata: “Jangan engkau duduk kecuali bersama orang yang akan mengingatkanmu kepada Allah dan memberikan semangat kepadamu dalam beribadah, jika kamu mendapati orang itu maka pegangilah dan dekati dia. Sebab tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hati daripada duduk bersama sholihin”. Seorang ahli hikmah berkata: “Siapa yang berkawan dan mencintai orang yang baik (soleh), maka Allah akan menjadikannya orang yang soleh, sekalipun awalnya dia adalah orang yang jelek (hina). Dan siapa yang berkawan dengan orang yang jelek, maka Allah akan menjadikannya orang yang jelek, sekalipun awalnya dia orang yang baik. Dan jika kalian tidak menjumpai mereka, maka tidak ada yang lebih baik daripada membaca biografi dan sejarah kehidupan mereka serta mempelajari kitab-kitab mereka”. Karena itu Al Habib Ahmad bin Zein Al Habsyi berkata: “Kepahaman adalah cahaya yang memancar dalam hati, yang tidak akan diberikan kecuali kepada orang yang duduk bersama sholihin atau mempelajari kitab-kitab mereka”. Ahli hikmah berkata: “Siapa yang solat dibelakang orang yang diampuni, maka dia pun akan diampuni oleh Allah dan siapa yang duduk bersama sholihin, akan bertambah semangatnya dalam bertaat dan siapa yang duduk dengan ulama maka akan bertambah ilmu dan amalnya”. Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafii berkata: “Empat hal ini menambah kecerdasan: tidak banyak berbicara (fudhul), memakai siwak, bergaul bersama sholihin dan duduk dengan ulama”. Sumber: Kitab Al Manhaj As Sawiy Syarh Ushuul Thariqah As Saadah Al Ba ‘Alawi, karya Al ‘Allamah Al Habib Zein bin Ibrahim Bin Smith RA.
Bismillahirrohmanirrahim,,, Bertemu Rasulullah dalam sadar / yaqadzah. Muhammad Yunus A: 1. Para Syuhada’ hidup di alam barzah. ولاتقولوا لمن يقتل في سبيل الله أموات، بل أحياء ولكن لا تشعرون. (البقرة: 154) “Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”. (QS. Al Baqarah: 154). ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله امواتا، بل احياء عند ربهم يرزقون. (ال عمران: 169) “Janganlah kamu mengira orang orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup disisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki”. (QS: Ali Imran: 169). Jika para syuhada’ hidup di alam barzah, apakah para Nabi yang menjadi pemimpin para syuhada’ mati tanpa ada khususiyahnya sebagaimana manusia pada umumnya?...... 2. Kehidupan Rasulullah SAW. dan para nabi lainnya di alam barzah. وعن أوس بن أوس رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:"إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة، فأكثروا علي من الصلاة فيه، فإن صلاتكم معروضة علي"فقالوا :يارسول الله، وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد أرمت؟. قال: يقول: بليت ،قال "إن الله حرم على الارض أجساد الانبياء" (رواه ابو داود) Diriwayatkan oleh Aus bin Aus RA : Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya hari yang paling utama bagimu adalah hari Jum’at. Maka perbanyaklah membaca shalawat untukku didalamnya. Sesungguhnya shalawat kalian disampaikan kepadaku”. Para sahabat bertanya : Ya Rasulallah, Bagaimanakah shalawat kami disampaikan kepada Tuan, padahal Tuan sudah berkalang tanah?... Rasulullah SAW menjawab: “Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan bagi tanah untuk makan jasad para Nabi” ( HR. Abu Daud ). وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "مامن أحد يسلم علي الا رد الله علي روحي حتى أرد عليه السلام، (رواه ابو داود باسناد صحيح) Diriwayatkan oleh Abi Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda: “Tak seorangpun yang bershalawat kepadaku, kecuali Allah mengembalikan ruhku kepada (jasad)ku, sehingga aku menjawab salamnya”. (HR. Abu Daud dengan sanad shahih). Bertemu Rasulullah SAW dalam keadaan sadar adalah salah satu kekaramatan para wali Allah, termasuk juga bagian dari mu’jizat bagi Rasulullah SAW yang berlaku bukan hanya ketika beliau masih hidup,setelah wafatpun tetap jalan, diantaranya adalah Al Qur’an. Dimana kita selaku muslim menyakini adanya mukjizat bagi para Nabi serta Karamah bagi para Wali. Kalau fenomena ini kita kaji dengan akal sesehat dan secerdas apapun jelas tidak akan terjangkau. Karena memang sudah bukan ruang lingkup cakupan akal yang sangat terbatas kemampuannya. Persoalan utamanya disini bukan tidak masuk akal tapi tidak terjangkau oleh akal. Yang bisa jangkau hanyalah pandangan hati yang sangat bersih, bening dan penuh dengan iman. Bukti lain bahwa Rasulullah SAW tetap berkomunikasi dengan sahabatnya setelah beliau wafat adalah paparan Saykhul Islam Al Imam Fahrur Razi dalam menafsiri S. Al Kahfi berkata : “Adapun S. Abu Bakar Al Shiddiq ra. maka sebagian karomahnya ialah, bahwa setelah janazahnya dibawa menuju pintu kuburan Nabi SAW dan disampaikan ucapan : السلام عليك يارسول الله هذا أبو بكر بالباب “Salam sejahtera untukmu ya Rasulullah, ini Abu Bakar di pintu”. Maka tiba tiba pintu terbuka dengan sendirinya dan ada hatif ( suara tanpa diketahui orangnya ) berkumandang dari arah kubur Rasulullah SAW. أدخلوا الحبيب إلى الحبيب “Masuklah kekasih pada (tempat) kekasih" . Berkata Syeikh Jalaluddin Al Suyuthi dalam kitabnya “Anbaaul Adzkiya’ Hayaatul Anbiya’”. “ Nabi SAW hidup di dalam kuburnya, begitu juga para Nabi lainnya ‘alaihimus shalatu was salam. Adalah suatu hal yang kami ketahui dan yakini berdasarkan dalil hadits yang mutawattir”. Adapun hadits yang menguatkan pendapat ini adalah : عن انس رضي الله عنه: "أن النبي صلى الله عليه وسلم مر بقبر موسى عليه السلام فإذا هو حيى فى قبره يصلى قائما" ومن ذلك الحديث "الأنبياء أحياء في قبورهم يصلون" ( رواه مسلم ) Diriwayatkan oleh Anas ra.: “Sesungguhnya Rasulullah SAW lewat di kuburan Nabi Musa AS. (pada malam Isra’ dan Mi’raj ), Dia hidup di kuburannya sedang berdiri dalam shalat”. dan dari hadits ini pula, “Para Nabi hidup di kuburnya dan melaksanakan shalat”. ( HR. Muslim ) */berapa abad jarak wafatnya Nabi Musa dengan kehidupan Nabi muhammad SAW?.... Lebih jelas lagi, kehidupan para Nabi dan Rasul di alam barzah banyak dijelaskan dalam hadits – hadits tentang Isra’ wal Mi’raj Rasulullah SAW. 3. Wali Allah berdasarkan Al Qur’an dan Al Sunnah. Firman Allah SWT: أَلآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ اللهِ لاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ(62) اَلَّذِيْنَ أَمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ البُشْرَى فِى الحَيَوةِ الدُّنْيَا وَفِى الأَخِرَةِ، لاَتَبْدِيْلَ لِكَلِمَاتِ اللهِ، ذَلِكَ هُوَ الفَوْزُ العَظِيْمِ.(64)(يونس: 62-64) “Ingatlah !, Sesungguhnya para wali Allah itu adalah mereka yang tidak merasa takut (akan kematian) dan mereka tidak bersedih hati (karena berbagai cobaan dan kesulitan dunia). (62) Yaitu orang orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa (63). Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat kalimat (janji janji) Allah, yang demikian itu adalah kemenangan yang sangat besar.(64). (Q.S. Yunus: 62-64) Sabda Rasulullah SAW dalam menjelaskan adanya Awliya’: عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قال: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ أَذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَاتَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبدِي بِشَيْئٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُبِهِ وَيَدَهُ الَّذِيْ يُبْطِشُ بِهَا وَرِجلَهُ الَّذِي يَمْشِيْ بِهَا وإِنْ سَأَلَنِي َلاُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اَسْتَعَاذَنِي َلَأُعِيْذَنَّهُ. (رواه البخاري) Diriwayatkan oleh Imam Abi Hurairah RA, bersabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman: Barangsiapa yang menyakiti WALIKU maka benar benar Aku umumkan perang dengannya. Dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku sukai yaitu sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan hambaku senantiasa mendekatkan diri kepadaku dengan sunnah sunnah sampai Aku mencintainya, Apabila aku mencintainya, maka akulah yang menjadi pendengarannya yang mana ia akan mendengarkan dengannya, dan Akulah yang jadi matanya ketika ia melihat dengannya, dan Akulah yang jadi tangannya ketika ia memegang dengannya, dan Akulah yang jadi kakinya ketika ia berjalan dengannya, dan jika ia meminta kepadaku maka aku benar benar memberinya, dan jika ia mohon perlindungan kepada-Ku niscaya Aku benar benar melindunginya”. (HR. Bukhari). 4. Melihat / bertemu Rasulullah SAW dalam sadar bagi para Pembesar Awliya’ adalah perkara wajar dan bagian dari karomah yang menjadi BUSYRO bagi mereka (para Awliya’). Sebagai pejabat ruhani / pegawai Allah, para Nabi mendapat bekal mukjizat sebagai hujjah yang haq kepada seantero alam raya. Demikian pula para Wali Allah, mereka mendapat bekal khusus sebagai bukti kebenaran dakwah mereka berupa karomah, yang mana karomah itu sendiri sebenarnya sebagai berita gembira dari Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Yunus ayat 64 : لَهُمُ البُشْرَى فِى الحَيَوةِ الدُّنْيَا وَفِى الأَخِرَةِ، لاَتَبْدِيْلَ لِكَلِمَاتِ اللهِ، ذَلِكَ هُوَ الفَوْزُ العَظِيْمِ.(64)(يونس: 64) Bagi mereka BERITA GEMBIRA di dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat kalimat (janji janji) Allah, yang demikian itu adalah kemenangan yang sangat besar.(64). (Q.S. Yunus: 64) Syaikhul Islam Al Imam Al Hafidz Imaduddiin, Abil Fida’ Ismail bin Katsir dalam kitab tafsirnya yang terkenal dengan Tafsir Ibnu Katsir, beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Berita gembira” pada surat Yunus ayat 64 tersebut diatas adalah: عن أبي الدرداء رضي الله عنه, عن النبي صل الله عليه وسلم فى قوله: (لَهُمُ البُشرَى فِى الحَيَوةِ الدُّنيَا وَفِى الأَخِرَةِ) هِيَ الرُّؤيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الرَّجُلُ الْمُسْلِمُ أَو تُرَى لَهُ , بَشَّرَاهُ فِى الحَيَاةِ الدُّنْيَا وَبَشَّرَاهُ فِى الْأَخِرَةِ اَلْجَنَّةَ. (رواه أحمد وءابن جرير والحاكم وغيرهما ) "Dari Abi Darda' ra. dari Rasulullah SAW menjelaskan firman Allah SWT yang artinya 'Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat' adalah mimpi baik seorang muslim, atau melihat langsung (dalam sadar) terhadap (fenomena) yang menjadi kabar gembira baginya untuk kehidupan dunia dan kabar gembira baginya untuk kehidupan akhirat berupa surga". (HR. Ahmad, Ibnu Jarir dan Al Hakim serta ulama' Hadits lainnya) اَلرُّؤْيَا الصَّالِحَةِ يَرَاهَا الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ فِى الْمَنَامِ أَوْتُرَى لَهُ وَهِيَ جُزْءٌ مِنْ أَرْبَعَةِ وَأَرْبَعِيْنَ جُزْأً أَوْ سَبْعِيْنَ جُزْأً مِنَ النُّبُوَّةِ. (تفسيرالقران العظيم – ءابن كثير: 2/364) “Berita baik bagi hamba Allah yang mukmin yang didapat melalui mimpi atau melihatnya secara langsung (secara sadar), hal seperti ini adalah 1/44 atau 1/70 bagian dari ilmu kenabian”. (Tafsir Ibnu Katsir : Jilid 2 halaman 364). Pendapat ini dijelaskan secara panjang lebar dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, dengan dasar beberapa riwayat hadits shahiih mengenai maksud ayat tersebut diatas. Demikian juga Syaikhul Islam Al Imam Jalaluddin Al Suyuthy dalam kitab tafsir Jalalain menjelaskan maksud ayat ini dengan penafsiran yang sama yaitu ru’yah al shalihah. Dalam beberapa riwayat hadits ru’yah al shalihah ini termasuk satu bagian dari 44 bagian ilmu kenabian (nubuwah), riwayat lain menyebut satu bagian dari 70 bagian ilmu nubuwwah. Menurut terminologi kaum sufi, Al Ru’yatu as shalihah paling shahih adalah ru’yah / melihat Rasulullah SAW. karena Rasulullah SAW tidak bisa ditiru oleh syetan. Sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW: Hadits lain yang menjelaskan masalah bisyarah: وعن أنس بن مالك رضي الله عنه قال, قال النبي صل الله عليه وسلم: إِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ قَدْ إِنْقَطَعَتْ, فَلاَ رَسُولَ بَعْدِي وَلاَنَبِيَّ : قَالَ فَشَقَ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ, فَقَالَ: وَلَكِنَّ الْمُبَشِّرَاتِ. قَالُوا يَارَسُولَ اللهِ وَمَاالْمُبَشِّرَاتُ؟ قَالَ: رُؤيَا الرَّجُلُ الْمُسْلِمِ وَهِيَ جُزْءٌ مِن أَجْزَاءِ النُّبُوَّةِ. (رواه الترمذي وقال صحيح غريب) "Dan diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya kerasulan dan kenabian(wahyu, syari'at) sudah putus (ditutup). Maka tidak ada lagi Rasul dan Nabi setelahku". Sahabat berkata: (Manusia pasti rusak jika begitu). Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Tapi ada mubasysyirat". Sahabat bertanya: Ya Rasulallah, apa mubasysyirat itu?. Rasulullah SAW bersabda: "Mimpi seorang laki laki muslim termasuk bagian dari kenabian". (HR. Turmudzi, dan dia mengatakan bahwa hadits ini shahiih gharib). Riwayat hadits yang mempertegas adanya mubasysyirat (berita gembira) untuk para auliya' radliyallaahu anhum sebenarnya sangat banyak, untuk menambah wawasan berikut ini kami sampaikan lagi sebuah hadits: عَن عُثمَانِ بِن عُبَيْدِ الرَّاسِبِي قَالَ, سَمِعْتُ أَبَا الطُفَيْلِ رَضِيَ الله عَنْهُ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّ الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ: لاَنُبُوَّةَ بَعْدِي إِلاَّ الْمُبَشِّرَاتِ.قِيلَ:وَمَاالْمُبَشِّرَاتُ يَارَسُولَ الله؟ قَالَ: اَلرُّؤْياَ الْحَسَنَةِ. أَو قَالَ: اَلرُّؤْياَ الصَّالِحَةِ. (رواه أحمد) Diriwayatkan oleh Utsman bin Ubaid Ar Rasibi yang mengatakan: Saya mendengar Aba Ath Thufail ra mengatakan: Rasulullah SAW bersabda:"Tidak ada lagi (wahyu) kenabian setelahku, kecuali Al Mubasysyirat". Sahabat bertanya: "Apakah Al Mubasysyirat itu ya Rasulallah?" Rasulullah SAW menjawab: Mimpi yang baik". (HR. Ahmad). Dalil yang menguatkan bahwa seseorang bisa bertemu Rasulullah SAW baik dalam mimpi ataupun dalam keadaan sadar / tidak tidur adalah sabda Nabi SAW: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من رأني فى المنام فسوف يراني يقظة ولا يتمثل الشيطان بي ( رواه البخاري ومسلم وابو داود وغيرهم ) Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka dia akan melihatku dalam keadaan jaga, dan syaithan tidak bisa menyerupai aku”. (HR. Buhari, Muslim, Abu Daud dan muhaddits lainnya). Riwayat hadits lain mengatakan : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من رأني فى المنام فسيراني فى اليقظة. (رواه البخاري) Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka dia akan melihatku dalam keadaan jaga”. ( HR. Buhari ). Kedua hadits Nabi SAW tersebut diatas, sangat jelas dan tidak perlu penafsiran lagi, bahwa Nabi bisa dilihat dalam mimpi ataupun jaga (sadar / bukan mimpi), dan adanya jaminan syaithan tidak bisa ngaku atau menyamar sebagai Nabi. Dalam kitab Bughyatul Mustafid li Syarhi Munyatul Murid karangan Sayyidi Muhammad Al ‘Araby halaman 211 diterangkan bahwa : “Dan diantara faedah / keuntungan bershalawat kepada Nabi SAW ialah mendekatkan hamba tersebut dengan Nabi Muhammad SAW. yang ahirnya sampai bisa bertemu dengannya dalam keadaan sadar / jaga. Dan dengan demikian dia aman dari resiko dicabut pangkat kewaliannya. Sebelum bertemu Rasulullah dalam sadar, seorang wali yang ‘arif billah masih takut dicabut kewaliannya. Orang yang mengklaim bertemu langsung (dalam keadaan sadar) dengan Rasulullah SAW setelah beliau wafat, bukan hanya Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad Attijany RA. dan para Wali lainnya yang dianggap sesat dan syirik oleh golongan salafi dan wahhabi. Para sahabat banyak yang menyatakan bertemu Rasulullah SAW setelah wafatnya. Salah satunya dan tertulis dalam sejarah adalah diceriterakan oleh Abdullah bin Salam RA. Khalifah Ar Rasyidiin ke tiga Sayyidina Utsman bin Affan RA. ketika dikepung para musuh politiknya pada saat hari terbunuhnya beliau, juga dijumpai Rasulullah SAW dalam jaga / sadar / bukan mimpi dan ditawari dua pilihan ; diselamatkan dari kepungan musuh atau berbuka bersama Rasulullah SAW. Dia memilih yang kedua dan wafat hari itu juga. Dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj diceriterakan bahwa Rasulullah SAW bertemu dan menjadi imam shalat berjamaah dengan para Nabi sebelumnya, serta pertemuan dan diskusi Rasulullah SAW dengan Nabi Adam, Ibrahim, Musa dan lain sebagainya. 5. Mimpi para Nabi bisa dijadikan dalil syar’i karena tergolong wahyu kenabian. Padahal Al Qur an menegaskan “Busyra = Ar Ru’yah As Shalihah (mimpi baik orang beriman)” itu merupakan 1/44 atau 1/70 bagian dari ilmu kenabian (Nubuwwah). Lebih dari itu kalau kita mau sedikit jeli. Banyak perkara besar dalam syariat agama kita ini perintahnya lewat mimpi. Diantaranya dalam tafsir Ibnu Katsir, dalam menjelaskan Busyra = Ar Ru’yatus Shalihah, terdapat sebuah Hadits yang menyatakan bahwa wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW adalah mimpi melihat terbitnya fajar. Demikian juga fathul Makkah (penaklukan kota Mekkah) Rasulullah SAW diberitahu oleh Allah SWT melalui mimpi dan ditegaskan oleh Allah melalui firman-Nya: لَقَدْ صَدَقَ اللهُ رَسُوْلُهُ الرُّءْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللهُ أَمِنِيْنَ مُحَلَّقِيْنَ رُؤُسَكُمْ وَمُقَصِّرِيْنَ لاَتَخَافُوْنَ فَعَلِمَ مَالَمْ تَعْلَمُوْا فَجَعَلَ مِنْ دُوْنِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيْبًا. ( الفتح : 27 ) Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenar benarnya bahwa, sesungguhnya kamu akan memasuki Masjid Al Haram insya-Allah dengan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya. Sedangkan kamu tidak merasa takut. Maka Allah Maha mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, dan Dia memberikan selain itu kemenangan yang dekat. (QS. Al Fath : 27). Nabi Ibrahin Al Khalil as. berkorban dengan menyembelih putranya Nabi Ismail as. perintahnya juga lewat mimpi. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيُ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِى الْمَنَامِ إِنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى، قَالَ يَأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّبِرِيْنَ، (الصفات: 102 ) “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama sama Ibrahim, Ibrahim berkata; ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi, bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah apa pendapatmu?’, Ia menjawab; ‘Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (oleh Allah) kepadamu, Insya-Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang orang yang sabar”. (QS. As Shaffat : 102) Demikian juga Nabi Yusuf yang bermimpi bintang, bulan dan matahari sujud sebagai kabar gembira bahwa dia akan jadi raja. إِذْ قَالَ يُوْسُفَ لِأَبِيْهِ يَأَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَجِدِيْنَ ( يوسف : 4 ) “Ketika Yusuf berkata pada ayahnya; Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang dan matahari serta bulan sujud kepadaku”, (QS. Yusuf : 4 ) 6. Mimpi para Awliya’ tdk bisa dijadikan dalil syar’i, tapi tergolong busyra yang bersifat fadhailul a’mal dan baik untuk diamalkan jika tdk bertentangan dengan syariat Islam. Hadits Rasulullah SAW: عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى قَوْلِهِ : (لَهُمُ البُشْرَى فِى الْحَيَوةِ الدُّنْيَا وَفِى الأَخِرَةِ) هِيَ الرُّؤْياَ الصَّالِحَةِ يُبَشِّرُهَا الْمُؤْمِنُ جُزْءٌ مِنْ تِسْعَةٍ وَأَرْبَعِيْنَ جُزْأً مِنَ النُّبُوَّةِ، فَمَنْ رَأَى ذَلِكَ فَالْيُخْبِرْ بِهَا، وَمَنْ رَأَى سِوَى ذَلِكَ فَإِنَّمَا هُوَ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيُحْزِنَهُ فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَرِهِ ثَلاَثًا وَلْيُكَبِّرْ وَلاَ يُخْبِرْهَا أَحَدًا. (رواه أحمد وءابن جرير وغيرهما) "Diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, dari Nabi SAW, menjelaskan firman Allah SWT yang artinya 'Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat' adalah mimpi baik seorang mukmin adalah satu bagian dari empat puluh sembilan bagian ilmu kenabian. Barang siapa mengalaminya maka hendaklah hal tersebut diceriterakan, dan bagi siapa saja yang bermimpi buruk maka itu dari syeitan yang bertujuan menyusahkan kita, maka (ketika terbangun) meludahlah tiga kali ke sebelah kiri dan bertakbirlah, dan jangan ceriterakan (mimpi buruk tersebut) kepada siapapun"(HR. Ahmad dan Ibnu Jarir dan ulama' Hadits lainnya). 7. Mu'jizat para Nabi dan Karomah para Wali. Menurut para ulama’, difinisi mu’jizat ialah: اَلْمُعْجِزَةُ الأَمْرُ الْخَارِقُ لِلْعَادَةِ الْمَقْرُونُ بِالتَّحَدِّى اَلْمُوَافِقُ لِلدَّعْوَى مَعَ عَدَمِ إِمْكَانِ مُعَارَضَتِهِ، (كفاية العوام : 73) Mukjizat adalah suatu perkara yang menyalahi adat yang disertai tantangan sesuai dengan dakwah (kenabian)serta tidak mungkin tertandingi. (Kifaayatul ‘awam: 73) Sedangkan Karomah para Wali pada hakekatnya adalah mukjizat para nabi yang menjadi panutannya. Cuma ada sedikit perbedaan antara mukjizat dan karomah, kalau mukjizat kemunculannya disertai tantangan, sedangkan karomah tidak selalu muncul karena adanya tantangan. Adapun difinisi karomah adalah: الكَرَامَةُ: الأَمْرُ الخَرِقُ لِلْعَادَةِ الَّذِيْ يَظْهَرُ عَلَى يَدِ عَبْدٍ ظَاهِرِ الصَّلاَحِ (حجة الله على العالمين: 13 – يوسف النبهاني) Karamah adalah sesuatu yang menyalahi hukum adat (bukan menyalahi hukum Islam / Syariah) yang memancar dari tangan / anggota badan hamba Allah yang benar benar shalih. (Hujjatullah ‘alal ‘alamiin ; 13. oleh Yusuf An Nabhani) 8. Puncak Karomah para Wali Allah adalah bertemu Rasulullah dalam sadar. Dalam banyak literatur sufi, seperti kitab Jami' Karamatil Auliya' banyak kita jumpai ceritera ceritera tentang kekeramatan para Wali Allah. Dari kekaramatan dzahir seperti bisa terbang dan lain lain sampai pada kekeramatan maknawi (batin). Sedangkan kekaramatan maknawi adalah karomah yang mempunyai nilai tertinggi disisi Allah SWT maupun bagi kebaikan manusia. Puncak dari karomah maknawi adalah karunia pertemuan khusus dalam keadaan sadar dan bercakap cakap langsung dengan Rasulullah SAW. Ini pula yang menjadi standart paling akurat dari ketinggian derajat seorang Wali Allah termasuk juga standart terbaik dari tingkat kemakrifahannya disisi Allah SWT. Sebagaimana diterangkan dalam kitab Rimah jilid 1 halaman 210 dijelaskan : سَمِعْتُ سَيِّدِي عَلِيًّا اَلْخَوَاصَ رَحِمَهُ الله تَعَالَى يَقُوْلُ: لَايَكْمُلُ عَبْدٌ فِي مَقَامِ الْعِرْفَانِ حَتىَّ يَصِيْرَ يَجْتَمِعُ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْظَةً وَمُشَافَهَةً (رماح: 1/210) Saya mendengar Sayyidi Ali Al Khawwash Rahimahullaahu ta’ala berkata: “Tidak sempurna kedudukan seorang hamba pada maqam MA’RIFAH sampai hamba tersebut bertemu l berkumpul dengan Rasulullah SAW secara langsung (musafahah) dan dalam kondisi sadar / yaqadzah (bukan hanya melalui mimpi). Karomah dalam segala bentuknya selama itu tidak bertentangan dengan syariah (hukum Islam) adalah sesuatu yang mumkin / boleh terjadi sebagaimana adanya mukjizat bagi para Nabi. Dalam kitab Al Fatawi haditsiyah – Ibnu Hajar Al Haitami halaman 256 dikatakan bahwa: وَقَدْ تَقَرَّرَ أَنَّ مَاجَازَ لِلأَنْبِيَاءِ مُعْجِزَةً جَازَ لِلأَوْلِيَاءِ كَرَامَةً بِشَرْطِ عَدَمِ التَّحَدِّى. (الفتاوى الحديثية لابن حجر الهيتمي : 258) Dan telah menjadi ketetapan bahwa sesungguhnya apa saja yang bisa menjadi mukjizat bagi para nabi, maka bisa juga menjadi karomah para wali, dengan syarat tidak disertai tantangan. (Al Fatawi haditsiyah – Ibnu Hajar Al Haitami halaman 256) Kesimpulan. 1. Bertemu barzakhi dengan Rasulullah SAW dalam sadar secara hukum diakui kebenarannya sesuai Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW dan atsar para Sahabat dan Para Ulama Khas (para Awliya’). 2. Amalan yang diberikan/ diijazahkan oleh Rasulullah SAW melalui pertemuan barzakhi secara hukum bisa diterima dan diamalkan. Karena status kenabian dan kerasulan Rasulullah SAW tetap berlaku sampai akhir zaman. 3. Untuk perkara umum dalam syariat Islam, sudah putus dan sudah sempurna, maka tidak ada tambahan lagi sejak wafatnya Rasulullah SAW. sedangkan untuk perkara khusus untuk kalangan khusus tetap berjalan sampai akhir zaman. Dari penjelasan Al Qur’an dan Hadits tentang PERTEMUAN BARZAKHI dengan Rasulullah SAW adalah PERKARA MUMKIN. Maka secara hukum mumkin pula adanya percakapan / pesan barzakhi dengan beliau. Oleh karena itu =SANAD BARZAKHI= yang merupakan hasil pertemuan barzakhi secara hukum bisa diterima. Karena Sifat Rasulullah SAW tetap AL AMIN baik ketika masih hidup maupun setelah wafatnya. Dan martabat kenabian dan kerasulan Beliau tetap berlaku / tidak dicabut sanpai hari kiamat.

Kamis, 06 Juni 2013

Tanya Jawab Seputar Fiqih Thoriqoh Tijaniyah Oleh Sayyidi Syekh Hasan Al Jakkaany Ra. Soal 18 & 19 & 20 Oleh Ahmad Khairuddin: اْلأَجْوِبَةُ الشَّافِيَةْ عن بعض مسائل الطريقة التجانية Tanya Jawab Seputar Fiqih Thoriqoh Tijaniyah Oleh Sayyidi Syekh Hasan Al Jakkaany Ra. -سؤال: ما حكم الشخص نفسه إذا كانت تنتظره الوظيفة هل يأتي بالوظيفة أولا. أو يدخل معهم في الـهيللة ؟ الـجواب: وحيث فاتت الـجماعة في الوظيفة ووجدها في الـهيللة فلا يفوتها أيضا على نفسه في الـهيللة بل يدخل معهم فإذا كملها يأتي بوظيفة. Soal : Bagaimana Hukum seseorang yang menunggu bacaan Wadzifah ,apakah dia membaca sendirian dahulu atau tidak ,dan atau membaca Hailalah bersama mereka ? Jawab : Apabila telah terlambat membaca Wadzifah bersama jama,ah dan dia menemui Jamaah sedang membaca Hailalah ,berarti dia belum terlambat mengikuti pembacaan bersama mereka . Bahkan seharusnya dia membaca Hailalah bersama mereka , setelah mereka selesai pembacaan ,lalu dia menyempurnakan bacaan Wadzifah. Soal ke 19 : -سؤال: ما حكم الـمسبوق إذا وجدهم في آخر صلاة الفاتح؟ الـجواب: يدخل معهم ويكمل معهم ثم يرجع إلى ما سبق به مثاله من وجدهم في الآخرة من صلاة الفاتح يذكرها معهم كاملة ثم يذكر معهم الـهيللة والـجوهرة, فإذا وصلوا تعرفنا بها إياه يرجع ويقول بسم الله الرحمن الرحيم الـحمد لله رب العالـمين ...... الخ. كما سبق. Soal : Bagaimana Hukum Masbuq Bila Menemui Jama,ah Membaca Akhir Dari Sholawat Al Fatih ? Jawab : Masbuq Tersebut Membaca Wadzifah Bersama mereka Dan menyempurnakan bersama mereka. Kemudian dia membaca baca,an yang tertinggal. seperti orang yang menemukan Jama,ah membaca Akhir Sholawat Al Fatih, maka dia ikut membaca Al Fatih bersama Jama,ah sampai selesai,lalu Hailalah dan Shollawat Jauharatuk Kamal. sesampainya Pada baca,an ﺗﻌﺮﻓﻨﺎﺑﻬﺎﺇﻳﺎﻩ kembali membaca ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﺍﻟﺤﻤﺪ ﷲ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ Soal ke 20 : - سؤال: إذا وجدهم في جوهرة الكمال وعنده البدل هل يأتي بالـمسبوق؟ الـجواب: أجاب الفقيه سيدنا الـحاج الأحسن بن مـحمد البعقيلي رحمه الله ورضي عنه وأرضاه عنا. بأن صاحب البدل إذا كان مسبوقا ووجد الفقراء في الـجوهرة ولو الآخرة فإنه يدخل معهم بالنية ويأتي ببدله أولا حتى يكمله ثم يرجع إلى أول وظيفته قال لأن البدل له حكم الـمبدل منه في كل حكم والبدل لا يتجزأ وهذا فهم أهل البصائر. Soal Penting : Apabila Seseorang menemui Jama,ah membaca Jauharatul Kamal sedangkan dia harus membaca ganti Jauharatul Kamal yaitu Sholawat Al Fatih,apakah dia Harus Masbuk? Jawab : Al Faqih Al Haj Sayyid Ahsan Bin Muhammad Al Ba'qily Rahimakumullah Wa Radliyallah Menjawab : Sesungguhnya orang yang membaca pengganti Sholawat Jauharatul Kamal bila dia Masbuq, dan menemui para ikhwan sedang membaca Sholawat Jauharatul Kamal meski yg terakhir,maka sesungguhnya dia mengikuti mereka dengan niat membaca Pengganti Sholawat Jauharatul Kamal , dan dia membaca penggantinya Sholawat Jauharatul Kamal sampai dengan selesai lalu kembali ke pertama pembaca,an Wadzifah. Beliau Berkata : Karena pengganti (Jauharoh ) memiliki Hukum yang sama dengan yg di ganti ,dan pengganti tidak bisa terbagi bagi ( artinya dia membaca Shalawat Al Fatih 20 x ,meski dia menemui Jama,ah membaca Jauharoh terakhir kali ). Inilah Kefahaman para Ahli Bashoir ( Ahli Ma'rifah).
Ibnu Araby Tentang Khatamul Auliya'. Imam at-Tairmidzy al-Hakim, seorang filosuf agung dan Sufi terbesar di zamannya pernah menulis tentang Khatamul Auliya’ (Pamungkas para wali), sebagai konsep mengembangkan pamungkas para Nabi (Khatimul Anbiya’). Ibu Araby dalam kitabnya yang paling komprehensif sepanjang zaman, Al-Futuhatul Makiyyah. Disanalah Ibnu Araby menjawab 155 pertanyaan dalam Khatamul Auliya’-nya At-Tirmidy. Dalam pertanyaan pertama berbunyi: Berapakah Manazil (tempat pijakan ruhani) para Auliya’? Ibnu Araby menjawab: Ketahuilah bahwa manazil Auliya’ ada dua macam. Pertama bersifat Inderawi (hissiyah) dan kedua bersifat Maknawy. Posisi pijakan ruhani (manzilah) yang bersifat inderawi, adalah syurga, walau pun di syurga itu ada seratus jumlah derajatnya. Sedangkan manzilah mereka di dunia yang bersifat inderawi adalah ahwal mereka yang seringkali melahirkan sesuatu yang luar biasa. Diantara mereka ada ditampakkan oleh Allah seperti Wali-wali Abdal dan sejenisnya. Ada juga yang tidak ditampakkan seperti kalangan Wali Malamatiyah serta para kaum ‘Arifin yang agung, jumlah pijakan mereka lebih dari 100 tempat pijakan ruhani. Setiap masing-masing tempat itu berkembang menjadi sekian tempat yang begitu banyak. Demikian pijakan ruhani mereka yang bersifat inderawi di dua alam (dunia dan akhirat). Sedangkan yang bersifat Maknawy dalam dimensi-dimensi kema’rifatan, maka manzilah mereka 248 ribu tempat pijakan ruhani hakiki yang tidak dapat diraih oleh ummat-ummat sebelum Nabi kita Muhammad SAW, dengan rasa ruhani yang berbeda-beda, dan masing-masing rasa ruhani memiliki rasa yang spesial yang hanya diketahui oleh yang merasakan. Jumlah tersebut tersari dalam empat maqamat: 1) Maqam Ilmu Ladunny, 2) Maqam Ilmu Nur, 3) Maqam Ilmu al-Jam’u dan at-Tafriqat, 4) Maqam Ilmu Al-Kitabah al-Ilahiyyah. Diantara Maqamat itu adalah maqam-amaqam Auliya’ yang terbagi dalam 100 ribu lebih maqam Auliya, dan masing-masing masih bercabang banyak, yang bisa dihitung, namun bukan pada tempatnya mengurai di sini. Mengenai Ilmu Ladunny berhubungan dengan nunasa-nuansa Ilahiyah dan sejumlah serapannya berupa Rahmat khusus. Sedangkan Ilmu Nur, tampak kekuatannya pada cakrawala ruhani paling luhur, ribuan Tahun Ilahiyah sebelum lahirnya Adam as. Sementara Ilmu Jam’ dan Tafriqah adalah Lautan Ilahiyah yang meliputi secara universal, dimana Lauhul Mahfudz sebagai abian dari Lautan itu. Dari situ pula melahirkan Akal Awal, dan seluruh cakrawala tertinggi mencerap darinya. Dan sekali lagi, para Auliya selain ummat ini tidak bisa mencerapnya. Namun diantara para Auliya’ ada yang mampu meraih secara keseluruhan ragam itu, seperti Abu Yazid al-Bisthamy, dan Sahl bin Abdullah, serta ada pula yang hanya meraih sebagian. Para Auliya’ di kalangan ummat ini dari perspektif pengetahuan ini ada hembusan ruh dalam lorong jiwanya, dan tak ada yang sempurna kecuali dari Auliya’ ummat ini sebagai pemuliaan dan pertolongan Allah kepada mereka, karena kedudukan agung Nabi mereka Sayyidina Muhammad SAW. Di dalam pengetahuan tersebut tersembunyi rahasia-rahasia ilmu pengetahuan yang sesungguhnya berada dalam tiga pijakan dasar ruhani pengetahuan: 1) Pengetahuan yang berhubungan dengan Ilahiyyah, 2) Pengetahuan yang berhubungan dengan ruh-ruh yang luhur, dan 3) Pengetahuan yang berhubungan dengan maujud-maujud semesta. Yang berhubungan dengan ilmu ruh-ruh yang luhur menjadi beragam tanpa adanya kemustahilan kontradiktif. Sedangkan yang berhubungan dengan maujud alam beragam, dan memiliki kemustahilan dengan kontradiksi kemustahilannya. Jika pengetahuan terbagi dalam tiga dasar utama itu, maka para Auliya’ juga terbagi dalam tiga lapisan: Lapisan Tengah (Ath-Thabaqatul Wustha), memiliki 123 ribu pijakan ruhani, dan 87 manzilah utama, yang menjadi sumber serapan dari masing-masing manzilah yang tidak bisa dibatasi, karena terjadinya interaksi satu sama lainnya, dan tidak ada yang meraih manfaatnya kecuali dengan Rasa Khusus. Sementara lapisan yang sisanya, (dua lapisan) muncul dengan pakaian kebesaran dan sarung keagungan. Hanya saja keduanya yang menggunakan sarung keagungan itu memiliki mazilah lebih dari 123 ribu itu. Sebab pakaian kebesaran merupakan penampakan dari AsmaNya Yang Maha Dzahir, sedangkan sarungnya adalah penampakan dari AsmaNya Yang Maha Batin. Yang Dzahir adalah asal tonggaknya, dan Yang Batin adalah karakter baru, dimana dengan kebaruannya muncullah pijakan-pijakan ruhani (manazil) ini. Cabang senantiasa menjadi tempatnya buah. Maka apa yang ditemukan pada cabang itu merupakan sesuatu yang tidak ditemukan dalam tonggaknya, yaitu buah. Walaupun dua cabang di atas itu munculnya dari satu tonggak utamanya yaitu AsdmaNya Yang Maha Dzahir, tetapi hukumnya berbeda. Ma’rifat kita kepada Tuhan, muncul setelah kita mengenal diri kita, sebab itu “Siapa yang kenal dirinya, kenal Tuhannya”. Walaupun wujud diri kita sesungguhnya merupakan cabang dari dari Wujug Rabb. Wujud Rabb adalah tonggal asal, dan wujud hamba adalah cabang belaka. Dalam Martabat bisa akan mendahului, sehingga bagiNya ada Nama Al-Awwal, dan dalam suatu martabat diakhirkan, sehingga ada Nama Yang Maha Akhir. Disatu sisi dihukumi sebagai Asal karena nisbat khusus, dan dilain sisi disehukumi sebagai Cabang karena nisbat yang lain. Inilah yang bisa dinalar oleh analisa akal. Sedangkan yang dirasakan oleh limpahan Ma’rifat Rasa, maka Dia adalah Dzahir dari segi bahwa Dia adalah Batin, dan Dia adalah Batin dari segi kenyataanNya Yang Dzahir, dan Awwal dari kenyataanNya adalah Akhir, demikian pula dalam Akhir. Swedangkan jumlah para Auliya yang berada dalam manzilah-manzilah itu, ada356 sosok, yang mereka itu adala dalam kalbu Adam, Nuh, Ibrahim, Jibril, Mikail, dan Israfil. Dan ada 300, 40, 7, 5, 3 dan 1. Sehingga jumlah kerseluruhan 356 tokoh. Hal ini menurut kalangan Sufi karena adanya hadits yang menyebut demikian. Sedangkan menurut thariqat kami dan yang muncul dari mukasyafah, maka jumlah keseluruhan Auliya yang telah kami sebut diatas di awal bab ini, sampai berjumlah 589 orang. Diantara mereka ada 1 orang, yang tidak mesti muncul setiap zaman, yang disebut sebagai al-Khatamul Muhammady, sedangkan yang lain senantiasa ada di setiap zaman tidak berkurang dan tidak bertambah. Al-Khatamul Muhammady pada zaman ini (zaman Ibnu Araby, red), kami telah melihatnya dan mengenalnya (semoga Allah menyempurnakan kebahagiaannya), saya tahu ia ada di Fes (Marokko) tahun 595 H. Sementara yang disepakati kalangan Sufi, ada 6 lapisan para Auliya’, yaitu para Wali : Ummahat, Aqthab; A’immah; Autad; Abdal; Nuqaba’; dan Nujaba’. Pada pertanyaan lain : Siapa yang berhak menyandang Khatamul Auliya’ sebagaimana gelar yang disandang Khatamun Nubuwwah oleh Nabi Muhammad SAW.? Ibnu Araby menjawab: Al-Khatam itu ada dua: Allah menutup Kewalian (mutlak), dan Allah menutup Kewalian Muhammadiyah. Penutup Kewalian mutlak adalah Isa Alaihissalaam. Dia adalah Wali dengan Nubuwwah Mutlak, yang kelak turun di era ummat ini, dimana turunnya di akhir zaman, sebagai pewaris dan penutup, dimana tidak ada Wali dengan Nubuwwah Mutlak setelah itu. Ia disela oleh Nubuwwah Syari’at dan Nubuwwah Risalah. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW sebagai Penutup Kenabian, dimana tidak ada lagi Kenabian Syariat setelah itu, walau pun setelah itu masih turun seperti Isa, sebagai salah satu dari Ulul ‘Azmi dari para Rasul dan Nabi mulia. Maka turunnya Isa sebagai Wali dengan Nubuwwah mutlaknya, tertapi aturannya mengikuti aturan Nabi Muhammad SAW, bergabung dengan para Wali dari ummat Muhammad lainnya. Ia termasuk golongan kita dan pemuka kita. Pada mulanya, ada Nabi, yaitu Adam, AS.Dan akhirnya juga ada Nabi, yaitu Isa, sebagai Nabi Ikhtishah (kekhususan), sehingga Isa kekal di hari mahsyar ikut terhampar dalam dua hamparan mahsyar. Satu Mahsyar bersama kita, dan satu mahsyar bersama para Rasul dan para Nabi. Adapun Penutup Kewalian Muhammadiyah, saat ini (era Ibnu Araby) ada pada seorang dari bangsa Arab yang memiliki kemuliaan sejati. Saya kenal ditahun 595 H. Saya melihat tanda rahasia yang diperlihatkan oleh Allah Ta’ala pada saya dari kenyataan ubudiyahnya, dan saya lihat itu di kota Fes, sehingga saya melihatnya sebagai Khatamul Wilayah darinya. Dia adalah Khatamun Nubuwwah Mutlak, yang tidak diketahui banyak orang. Dan Allah telah mengujinya dengan keingkaran berbagai kalangan padanya, mengenai hakikat Allah dalam sirrnya. Sebagaimana Allah menutup Nubuwwah Syariat dengan Nabi Muhammad SAW, begitu juga Allah menutup Kewalian Muhammady, yang berhasil mewarisi Al-Muhammadiyah, bukan diwarisi dari para Nabi. Sebab para Wali itu ada yang mewarisi Ibrahim, Musa, dan Isa, maka mereka itu masih kita dapatkan setelah munculnya Khatamul Auliya'’Muhammady , dan setelah itu tidak ada lagi Wali pada Kalbu Muhammad SAW. Inilah arti dari Khatamul Wilayah al-Muhammadiyah. Sedangkan Khatamul Wilayah Umum, dimana tidak ada lagi Wali setelah itu, ada pada Isa Alaissalam. Dan kami menemukan sejumlah kalangan sebagai Wali pada Kalbu Isa As, dan sejumlah Wali yang berada dalam Kalbu para Rasul lainnya. Wallahu A’lam bish-Shawab.
Tatakrama atau Adab seorang murid/ikhwan Tijani pada diri sendiri di antaranyaa: @'' Menyibukkan diri dengan Allah dan zuhud dengan selainnya. @'' Mencintai yang di cintai Allah dan membenci setiap yang di larang-Nya. @" Menutup mata dari hal yang di haramkan @'' Memuliakan diri sehingga dunia tiada memiliki harga disisinya dan menggunakannya untuk semua perintah Allah. @'' Menginginkan kehalalan pada semua makanan,minuman dan pakeannya. @" Menghindari keharaman( tempat-tempat maksiat) @" Tidak boleh loba / rakus pada yang dimiliki oleh orang lain. @" Taqwa kepada Allah dalam setiap keadaan ( sendiri atau di depan orang lain) @" Berusaha memperbaiki dhohiron wa batinan semaksimal mungkin. Tatakama sungguh sangat banyak,namun yang saya kemukakan sudah mencukupi, Hanya Allah pemilik taufik dan petunjuk. Wallahu'alam. (Oleh Syeikh Muhammad Sa'id bin Abdillah ar-Rabath bin at-Tijani ra)
73 Manfaat Dzikir Bagi Manusia Dzikir atau mengucapkan kata-kata pujian yang mengingat kebesaran Allah SWT, adalah amalan istimewa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dzikir merupakan media yang membuat kehidupan Nabi dan para sahabat benar-benar hidup. Ibnu al-Qoyyim Rahimahullah mengatakan bahwa dzikir memiliki tujuh puluh tiga manfaat yaitu: 1. Mengusir setan dan menjadikannya kecewa. 2. Membuat Allah ridah. 3. Menghilangkan rasa sedih,dan gelisah dari hati manusia. 4. Membahagiakan dan melapangkan hati. 5. Menguatkan hati dan badan. 6. Menyinari wajah dan hati. 7. Membuka lahan rezeki. 8. Menghiasi orang yang berdzikir dengan pakaian kewibawaan, disenangi dan dicintai manusia. 9. Melahirkan kecintaan. 10. Mengangkat manusia ke maqam ihsan. 11. Melahirkan inabah, ingin kembali kepada Allah. 12. Orang yang berdzikir dekat dengan Allah. 13. Pembuka semua pintu ilmu. 14. Membantu seseorang merasakan kebesaran Allah. 15. Menjadikan seorang hamba disebut disisi Allah. 16. Menghidupkan hati. 17. Menjadi makanan hati dan ruh. 18. Membersihkan hati dari kotoran. 19. Membersihkan dosa. 20. Membuat jiwa dekat dengan Allah. 21. Menolong hamba saat kesepian. 22. Suara orang yang berdzikir dikenal di langit tertinggi. 23. Penyelamat dari azab Allah. 24. Menghadirkan ketenangan. 25. Menjaga lidah dari perkataan yang dilarang. 26. Majlis dzikir adalah majlis malaikat. 27. Mendapatkan berkah Allah dimana saja. 28. Tidak akan merugi dan menyesal di hari kiamat. 29. Berada dibawah naungan Allah dihari kiamat. 30. Mendapat pemberian yang paling berharga. 31. Dzikir adalah ibadah yang paling afdhal. 32. Dzikir adalah bunga dan pohon surga. 33. Mendapat kebaikan dan anugerah yang tak terhingga. 34. Tidak akan lalai terhadap diri dan Allah pun tidak melalaikannya. 35. Dalam dzikir tersimpan kenikmatan surga dunia. 36. Mendahului seorang hamba dalam segala situasi dan kondisi. 37. Dzikir adalah cahaya di dunia dan ahirat. 38. Dzikir sebagai pintu menuju Allah. 39. Dzikir merupakan sumber kekuatan qalbu dan kemuliaan jiwa. 40. Dzikir merupakan penyatu hati orang beriman dan pemecah hati musuh Allah. 41. Mendekatkan kepada ahirat dan menjauhkan dari dunia. 42. Menjadikan hati selalu terjaga. 43. Dzikir adalah pohon ma’rifat dan pola hidup orang shalih. 44. Pahala berdzikir sama dengan berinfak dan berjihad dijalan Allah. 45. Dzikir adalah pangkal kesyukuran. 46. Mendekatkan jiwa seorang hamba kepada Allah. 47. Melembutkan hati. 48. Menjadi obat hati. 49. Dzikir sebagai modal dasar untuk mencintai Allah. 50. Mendatangkan nikmat dan menolak bala. 51. Allah dan Malaikatnya mengucapkan shalawat kepada pedzikir. 52. Majlis dzikir adalah taman surga. 53. Allah membanggakan para pedzikir kepada para malaikat. 54. Orang yang berdzikir masuk surga dalam keadaan tersenyum. 55. Dzikir adalah tujuan prioritas dari kewajiban beribadah. 56. Semua kebaikan ada dalam dzikir. 57. Melanggengkan dzikir dapat mengganti ibadah tathawwu’. 58. Dzikir menolong untuk berbuat amal ketaatan. 59. Menghilangkan rasa berat dan mempermudah yang susah. 60. Menghilangkan rasa takut dan menimbulkan ketenangan jiwa. 61. Memberikan kekuatan jasad. 62. Menolak kefakiran. 63. Pedzikir merupakan orang yang pertama bertemu dengan Allah. 64. Pedzikir tidak akan dibangkitkan bersama para pendusta. 65. Dengan dzikir rumah-rumah surga dibangun, dan kebun-kebun surga ditanami tumbuhan dzikir. 66. Penghalang antara hamba dan jahannam. 67. Malaikat memintakan ampun bagi orang yang berdzikir. 68. Pegunungan dan hamparan bumi bergembira dengan adanya orang yang berdzikir. 69. Membersihkan sifat munafik. 70. Memberikan kenikmatan tak tertandingi. 71. Wajah pedzikir paling cerah didunia dan bersinar di ahirat. 72. Dzikir menambah saksi bagi seorang hamba di ahirat. 73. Memalingkan seseorang dari membincangkan kebathilan. Sungguh luar biasa manfaatnya, tetapi orang tidak akan yakin dengan manfaat-manfaat diatas kecuali yang telah merasakan dan menikmatinya. Mari kita coba memulainya dari sekarang.
SAYYYIDUS SHOLAWAT Membaca sholawat kepada nabi Muhammad SAW ada yang menggunakan kalimat wa sallim atau wa sallam, dan ada pula yang tidak memakainya. Sholawat yang menggunakan kalimat wa sallam adalah sholawatnya orang-orang yang beriman, seperti firman Allah SWT : Yaa ayyuhal ladziina ‘aamanuu sholluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa. Kalau sholawat itu bersumber dari Allah dan Malaikat, kalimatnya adalah : Innalloha wa malaaikatahu yusholluuna ‘alan nabiy. Oleh sebab itu ketika syekh Ahmad ra ditanya, mengapa sholawat al-Fatih tidak memakai kalimat wa sallim ?. Beliau menjawab : “Karena sholawat al-Fatih bersumber dari Allah, bukan susunan yang dibuat oleh manusia. Cukup lama sekali syekh Muhammad al-Bakriy ber-riyaadhoh dan munajat kepada Allah SWT, agar diberikan sholawat yang pahala, sirri, faedah dan keistimewaannya mengungguli seluruh sholawat yang pernah ada. Kemudian seorang malaikat mendatanginya dengan membawa secarik kain dari sorga bertuliskan sholawat al-Fatih dengan tulisan cahaya, oleh sebab itu pula sholawat al-Fatih disebut juga dengan sholawat al-Bakriyyah, dan ada juga yang menamakan dengan al-Yaaqutatil Fariidah ( Mutiara yang tak ada duanya ) dan ada juga yang menyebutnya dengan sayyidus sholawat ( pimpinan dari seluruh sholawat. Tapi yang paling dikenal adalah dengan sebutan sholawat al-Fatih. Setelah 16 tahun berkholwatm tepatnya saat syekh Ahmad ra berusia 46 tahun, beliau berjumpa dengan sayyidul wujud Rosulullah SAW dalam keadaaan sadar dan terjaga. Beliau mengajarkan serta mengijazahkan sholawat al-Fatih dan menjelaskan semua keistimewaan dan rahasianya kepada beliau. Sholawat al-Fatih harus diajarkan kepada semua orang dengan 2 tingkatan. Tingkatan khusus harus mendapat izin talkin resmi dari orang-orang yang menerimanya datri syekh Ahmad secara estafet dan yang menerimanya pun harus berkeyakinan bahwa sholawat ini bersumber dari Allah, bukan susunan manusia. Sedangkan tingkatan umum, seperti yang dikatakan oleh beliau : Ajarkan semua orang unruk membaca sholat al-Fatih, agar mereka dapat mati dengan membawa iman. ( al-Khulashoh Wafiyah 73 ).
7 Permata yang tak ternilai Sidi Syaikh Ahmad tijani Ra berkata Jauharoot dalam hati itu ada tujuh : Jauharot al-dzikru,derajat ini dicapai ketika hati selalu mengingat kepada Alloh disetiap sa'at dan dia sampai lupa pada dir sendiri. ibarat mudahnya kalau kita ketika ngaji dan mengingat sesuatu atau melamunkan sesuatu maka kita tdk terdengar penerangan guru bahkan gurupun tidak terlihat oleh mata kita. kalau kita bagaimana mengingat kepada Alloh ? dalam sholatpun kita jarang mengingat-Nya, dan ini mengingatkan pada sebuah kisah ketika imam Ghozali baru belajar fiqh dan menjadi guru besar an-Nidzomiyah dia jadi imam sholat. kebetulan adiknya syaikh ahmad sudah mencapai sufi dan ia tdk mau berimam kpd imam ghozali akhirnya beliau mengadu kepada ibunya supaya syaikh ahmad berjama'ah. dan syaikh ahmad menurut ibunya. berjama'ah dimesjid dan ketika berjama'ah beliau berpisah dari imam, dn dirasakan olah imam Ghozali setelah selesai sholat maka imam gozali menanyakan sebabnya mufaroqoh jawab belaiu saya tdk mau berjama'ah dngn orang yg tdak khusyu. kenapa ? karena saya melihat perutmu penuh dengan darah. dan imam Ghozali ingat bahwa tadi sedang sholat mengingatkan masalah fiqh tentang darah mutahayyiroh. bagaimana kita? sedang sholat yg selalu mengingat dunia berarti dalam perut kita penuh dengan bangkai karena menurut Sayyidina Ali ra dunia itu ibarat bangka Jauharat al syauq (rindu),Jauharoh Syauq dimana keadaan ini hati merasa rindu selamanya kepada Alloh sehingga ia ingin mati dalam setiap nafas. Jauharot al- mahabbah, hati merasa ridho dan merasa ni'mat dengan hukum2nya walaupun berada dalam kesusahan. jauharot al-sirr, jauharoh ini suatu yg ghaib yang tdk diketahui haqiqatnya cuman cirinya bahwa hamba itu tiada gerak, diam kecuali karena Alloh dan tdk pernah melakukan yang tdk sesuai dengan syari'at jauharot al-ruuh, terbukanya haqiqat ruuh dengan terbuka secara nyata (disebut dengan kasyaf) tanpa samar sedikitpun. jauharot al-ma'rifah, tetapnya seorang hamba pada perbuatan antara haqiqat rububiyyah dan 'ubudiyyah jauharot al-faqrseorang hamba selalu butuh kepada Alloh dalam setiap nafas. Sumber : Kitab Jawahirul Ma'ani Aouthor :Kh Ma'mun Hanifah

Minggu, 02 Juni 2013

Mengapa Hizib Perlu Ijazah ? Tanya : Assalamu'alaikum Wr Wb. Habib Luthfi yang saya hormati. Saya ingin bertanya seputar hizib. Apa sebenarnya hizib itu? Mengapa ada yang disebut hizib keras dan ada yang lembut? Apa bedanya dengan ratib? Apa fadhilah mengamalkan hizib? Mengapa untuk mengamalkannya diperlukan ijazah? Wassalamu'alaikum Wr Wb. Jawab Habib Luthfi : Wa'alaikumussalam Wr. Wb. Kapsul, atau tablet, tentu tidak mempunyai dosis yang sama. Demikian juga dosis obat antibiotik dan vitamin. Jika yang satu bisa diminum sehari tiga kali, yang lain mungkin hanya boleh diminum satu kali dalam sehari. Bahkan vitamin, yang jelas-jelas berguna, pun jika diminum melebihi dosis yang ditentukan dokter; efeknya akan berakibat buruk bagi tubuh. Badan bisa meriang atau bahkan kera­cunan. Begitu pula halnya dengan hizib dan ratib. Hizib dan ratib, dilihat dari susunannya, sebenarnya sama. Yakni, sama-sama kumpulan ayat, dzikir; dan doa yang dipilih dan disusun oleh ulama salafush shalih yang termasyhur sebagai waliyullah (Kekasih Allah). Yang membedakan suatu ratib dengan ratib lain, atau hizib dan hizib lain, adalah asrar yang terkandung dalam setiap rangkaian ayat, doa, atau kutipan hadits, yang disesuaikan dengan waqi’iy­yah (latar belakang penyusunan)-nya. Namun, meski muncul pada waqi' yang sama dan oleh penyusun yang sama, ratib sejak awal dirancang oleh para awliya untuk konsumsi umum, meski tetap mustajab. Semua orang bisa mengamalkan untuk memperkuat benteng dirinya, bahkan tanpa perlu ijazah. Meski tentu jika dengan ijazah lebih afdhal. Sementara hizib, sejak awal dirancang untuk kalangan tertentu yang oleh sang wali (penyusun-red) dianggap memiliki kemampuan lebih, karena itu mengandung dosis yang sangat tinggi. Hizib juga biasanya mengandung banyak sirr (rahasia) yang tidak mudah dipahami oleh orang awam, seperti kutipan ayat yang isinya terkadang seperti tidak terkait dengan rangkaian doa sebelumnya padahal yang terkait adalah asbabun nuzul-nya. Hizib juga biasanya mengandung lebih banyak ismul a'zham (asma Allah yang agung), yang tidak ada dalam ratib. Dan yang pasti, hizib tidak disusun berdasarkan keinginan sang ulama, karena hizib rata-rata merupakan ilham dari Allah SWT: Ada juga yang mendapatkannya­­ langsung dari Rasulullah SAW seperti Hizbul Bahr, yang disusun oleh Syaikh Abul Hasan Ali Asy-Syadzili.rhm Karena itulah, hizib mempunyai fadhilah dan khasiat yang luar biasa. Selain itu, ada juga syarat usia yang cukup bagi pengamal hizib. Sebab orang yang sudah mengamalkan hizib biasanya tidak lepas dari ujian. Ada yang hatinya mudah panas, sehingga cepat marah. Ada yang, karena Allah SWT, menampakkan salah satu hizibnya dalam bentuk kehebatan, lalu pengamalnya kehilangan kontrol terhadap hatinya dan menjadi sombong. Ada juga yang berpengaruh ke rizqi, yang selalu terasa panas sehingga sering menguap tanpa bekas, dan sebagainya. Karena itu pula diperlukan ijazah dari seorang ulama yang benar-benar mumpuni dalam arti mempunyai sanad ijazah hizib tersebut yang bersambung dan mengerti dosis hizib. Selain itu juga diperlukan guru yang shalih yang mengerti ilmu hati untuk mendampingi dan ikut membantu si pengamal dalam menata hati dan menghindari efek negatif hizib. Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan).
18 hukuman yg Allah Tetapkan bagi kaum perempuan فائدة : قيل إن حواء لـما عصت ربها فـي الـجنة بأكلها من الشجرة عاقب الله تعالـى بناتها النساء بثمانية عشر عقوبة إحداها الـحيض وثانيها الولادة وثالثها فراق أبيها وأمها ورابعها التزوج بأجنبـي وخامسها النفاس والتلطخ بدمه وسادسها أن لا تـملك نفسها وسابعها نقص ميراثها وثامنها الطلاق وكونه بيد غيرها وتاسعها التزوج عليها بثلاث غيرها وليس لـها ذلك وعاشرها أن لا تـخرج من بيتها ولو لـحجها إلا بـمحرم وحادي عشرها صلاة الـجمعة وثاني عشرها صلاة العيدين وثالث عشرها صلاة الـجنازة ورابع عشرها الـجهاد وليس للنساء ذلك وخامس عشرها عدم صلاحيتها للولاية والقضاء وسادس عشرها أن النساء الفواجر يعذبن يوم القيامة ضعف عذاب الرجال وسابع عشرها اعتدادها لـموت زوجها بأربعة أشهر وعشرة أيام وإحدادها مع ذلك وثامن عشرها إذا طلقها زوجها فإنها تعتد له بثلاثة أشهر أو ثلاث حيضات إن كانت من ذوات الـحيض وليس له ذلك فهذه عقوبة للنساء وبئست العقوب. maraji kitabnya : 1. غاية الأماني فـي مناقب وكرامات أصحاب الشيخ سيدي أحمد التجاني. للشيخ مـحمد السيد التجاني. 2. كاشفة السجا شرح على سفينة النجا فـي أصول الدين والفقه. للشيخ أبي عبد الـمعطي مـحمد نووي الـجاوي. 3. إعانة الطالبين حاشية على فتح الـمعين للشيخ أبي بكر ابن الشيخ مـحمد شطا الدمياطي. 4. فتح الوهاب شرح منهاج الطلاب لشيخ الإسلام أبي يحيى زكريا الأنصاري الشافعي. 5. بغية الـمسترشدين للسيد عبد الرحـمن بن مـحمد بن حسين الـمشهور باعلوي مفتـي الديار الـحضرمية. 6. النوادر للشيخ شهاب الدين أحـمد بن سلامة القليوبي. 7. فيض القدير شرح الجامع الصغير للعلامة الـمناوي. 8. سراج الطالبين شرح على منهاج العابدين للشيخ إحسان مـحمد دحلان الـجمفسي الكديري. 9. نهاية الزين للشيخ أبي عبد الـمعطي مـحمد نووي الـجاوي. 10. دليل الفالحين لطرق رياض الصالحين للشيخ ابن علان الصديقى kurang lebih 18 hukuman yg Allah Tetapkan bagi kaum perempuan keturunan Nabi Adam As, Akibat ke salahan Ibunda Hawa Memakan Buah Khuldi 1. Haid ( Ibunda Hawa Tidak pernah Mengalami Masa2 Haid lantaran Tercipta dalam kondisi sudah dewasa ) 2. Nifas ( belepotan dgn darah akibat melahirkan selama 40 / 60 hr) 3.Wiladah ( beranak ) 4. harus menikah dengan orang lain ( dahulunya Syariat Nabi Adam Pernikahan Masih Dibolehkan dgn Saudara ) 5. Harus terpisah dgn keluarganya ( umumnya Stlh Menikah Wanita Harus Ikut Dgn Suaminya ) 6. Tidak bisa Memiliki dirinya sendiri ( Tidak bebas menikah tanpa izin wali nikahnya ) 7. kurang mendapatkan harta warisan 8. bisa tercerai oleh suaminya namun dia tidak bisa melakukan sebaliknya 9.harus rela jika dimadu dgn tiga wanita yg lainya dgn satu suami 10. tidak boleh keluar rumah kecuali dgn izin suaminya 11. tidak wajib mengerjakan sholat jum'at 12. tidak di anjurkan bagi perempuan helat mengerjakan sholat sunnat iedul fitri 13. Tidak sah mengerjakan sholat jenazah 14. tidak di perkenankan ikut berjihad dlm medan pertemuran 15. tdk layak menjadi pemimpin 16. jika durhaka wanita 2x lipat azabnya di neraka 17. terkena masa iddah 4bln 10 hari ( cerai mati) 18 kena masa iddah 3x suci ( cerai hidup ) keseluruhannya terhimpun pada kurang akal dan agamanya perempuan yg wajib di sempurnakan oleh kaum laki2. Aqibath di atas bukan di artikan Dosa turunan / Azab , Tapi ( Hukum ) Ketetapan Yg Allah Swt berlakukan Sebagai Adat Bagi kaum Hawa untuk menjalankan sunnahtullah di dunia dari Hikmah Perbuatan Ibunda Hawa ketika di surga dan Maha Suci Allah Dari Perbuatannya Yang Sia-Sia , semua ketetapan yg Allah berlakukan Bagi Hambanya Mengandung Kebaikan2 bagi kaum hawa tersebut jika seandainya di lihat dari sisi positifnya sebagai contoh wanita yg di cerai harus menahan diri 3x suci salah satu hikmahnya semata2 menjaga harga dirinya dari tuduhan lacur , atw wanita yg cerai mati untuk menahan diri 4bln 10 hari semata2 agar si wanita tidak dipandang orang sebagai perempuan yg kurang setia terhadap suaminya. dan semuanya dinamai Aqibathuul umur
Manfa’at dan faedah membaca sholawat antara lain : 1. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa membaca sholawat kepadaku 10x, maka Allah SWT membalas sholawat kepadanya 100x, dan barang siapa membaca sholawat kepadaku 100x, maka Allah SWT menulis diantara kedua matanya “Bebas dari munafiq dan bebas dari neraka “, dan Allah SWT menempatkan dirinya pada hari qiyamat bersama dengan para syuhada”. 2. Rosulullah SAW bersabda : ”Telah datang malaikat Jibril as kepadaku sambil berkata : “Barangsiapa diantara umatmu membaca sholawat kepada-mu satu kali, maka sebab bacaan sholawat tadi, Allah SWT menuliskan baginya 10 kebaikan, dan mengangkat derajatnya 10 tingkatan, dan.Allah membalas sholawat kepadanya sesuai dengan sholawat yang ia baca “. 3. Rosulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya manusia yang paling utama disisi-ku pada hari qiyamat adalah mereka yang paling banyak membaca sholawat kepadaku”. 4. Rosulullah SAW bersabda : “Yang paling banyak diantara kalian membaca sholawat kepadaku, dia-lah yang paling dekat denganku besok di hari qiyamat. 5. Rosulullah SAW bersabda : “Bacalah kalian sholawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan sholawat itu menjadi penebus dosa dan pembersih bagi jiwa kalian, dan barangsiapa membaca sholawat kepada-ku satu kali, Allah SWT membalas sholawat kepadanya sepuluh kali”. 6. Rosulullah SAW bersabda : ‘Sholawat kalian kepada-ku itu merupakan pengawal bagi dikabulnya do’a kalian dan memperoleh keridloan dari Allah, dan menjadi pembersih dari amal-amal kalian”. 7. Rosulullah SAW bersabda : “Semua doa itu terhijab (terhalang), sehingga ia memuji Allah dan bersholawat kepada Nabi SAW, maka do’anya itu diterima”. 8. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa membaca sholawat kepadaku setiap hari 100 kali, maka Allah SWT mengabulkan 100 macam hajatnya, yang 30 macam untuk kepentingan di dunia, sedangkan yang 70 macam untuk kepentingannya di akhirat ”. 9. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa membaca sholawat kepadaku setiap hari 1000 kali, dia tidak akan mati sebelum melihat tempatnya di surga”. 10. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang menulis sholawat kepadaku di dalam suatu kitab, maka para malaikat tidak henti-hentinya memohonkan ampunan baginya selama namaku masih berada di dalam Kitab itu “. 11. Rosulullah SAW bersabda : ”Hiasilah ruangan tempat perkumpulanmu dengan bacaan sholawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan sholawatmu akan menjadi nuur ( cahaya ) pada hari kiamat”. 12. Rosulullah SAW bersabda : “Segala sesuatu itu ada alat .pencuci dan pembersihnya. Adapun alat pencuci hati seorang mu’min dan pembersihnya dari kotoran dosa yang sudah melekat dan berkarat itu adalah dengan membaca sholawat kepadaku”. 13. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang merasa kesulitan memperoleh sesuatu, maka sesungguhnya sholawat itu akan menghilangkan kesulitan dan kesusahannya”. 14. Rosulullah SAW bersabda : “Perbanyaklah membaca sholawat kepadaku pada setiap hari Jum’at, maka sesungguhnya bacaan sholawat ummatku pada setiap hari Jumat itu dilaporkan kepada-ku”. 15. Rasulullah SAW bersabda : “Dalam mimpi, aku pernah melihat pamanku Hamzah dan saudaraku Ja’far Ath-Thayyar. Mereka memegang tempat makanan yang berisi buah pidara dan merekapun memakannya, kemudian buah pidara itu berubah menjadi anggur.dan merekapun memakannya, dan buah anggur itu berubah menjadi buah kurma yang masih segar. Kemudian merekapun memakannya, lalu aku mendekat dan bertanya kepada mereka: Demi ayahku jadi tebusan, amal apakah yang telah kalian lakukankan ? Mereka menjawab : Demi ayah dan ibuku jadi tebusanmu, kami dapatkan amal yang paling utama adalah bershalawat kepadamu”, 16. Rasulullah SAW bersabda : “Ketika aku di-mi’raj-kan ke langit, aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan di setiap tangannya ada seribu jemari. Ketika ia sedang menghitung dengan jari-jarinya, aku bertanya kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang ia hitung ? Jibril menjawab : Dia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi. Aku bertanya kepada malaikat itu : Apakah kamu mengetahui jumlah tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia ? Ia menjawab: Ya Rasulallah, demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran, aku tidak hanya mengetahui setiap tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi aku juga mengetahui secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di daratan, di bangunan, di perkebunan, dan di pekuburan. Rasulullah SAW bersabda : Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam menghitung. Ia berkata : Ya Rasulallah, ada yang tak sanggup aku hafal dan menghitungnya. Rasulullah SAW bertanya : Menghitung apakah itu ? Ia menjawab : Aku tidak sanggup menghitung pahala shalawat yang dibaca oleh sekelompok orang dari umatmu ketika namamu disebut di suatu majlis.” 17. Rasulullah SAW bersabda : “Pada hari kiamat nanti aku akan berada di dekat mizan ( timbangan ) amal. Barangsiapa yang amal buruknya lebih berat dari amal baiknya, aku akan datang bersama sholawat yang pernah dibacanya, sehingga amal baiknya akan lebih berat, berkat shalawatnya itu”. 18. Rasulullah SAW bersabda : ”Barangsiapa yang bershalawat kepadaku 3 kali setiap pagi dan 3 kali setiap malam karena cinta dan rindu kepadaku, maka Allah SWT berhak mengampuni dosa-dosanya pada hari itu”. 19. Rasulullah SAW bersabda : ”Barangsiapa yang bershalawat kepadaku saat akan membaca Al-Qur’an, maka malaikat akan selalu memohonkan ampunan baginya selama namaku berada di dalam Al-Qur’an”. 20. Saidina Abu Huroiroh ra berkata : “Membaca sholawat kepada Nabi SAW adalah jalan menuju sorga “. 21. Saidina Ali Zainal ‘Abidin bin Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib ra berkata : “Tanda-tanda orang ahlus-sunnah adalah memperbanyak sholawat kepada Nabi SAW“. 22. Imam Ja’far Ash-Shodiq berkata : “Ketika nama Nabi SAW disebut, maka perbanyaklah sholawat kepadanya, sesungguhnya orang yang bersholawat kepada Nabi SAW satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya 1000 kali bersama 1000 barisan malaikat. Tidak ada satu pun makhluk Allah kecuali ia bershalawat kepadanya, karena Allah dan para malaikat bershalawat kepadanya. Barangsiapa yang tidak mau membaca sholawat, ia dianggap sebagai orang yang jahil dan tertipu”. 23. Imam Ja’far ash-Shodiq berkata : ”Barangsiapa yang tidak sanggup menutupi dosa-dosanya, maka perbanyaklah sholawat kepada Rasulullah SAW dan keluarganya, sesungguhnya shalawat itu benar-benar dapat menghapus dosa-dosanya”. 24. Imam Ja’far ash-Shodiq pernah ditanya : “Apa pahala membaca shalawat itu ? Beliau menjawab : “Ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti saat bayi yang baru lahir dari ibunya”. 25. Imam Muhammad al-Baqir berkata : ”Tidak ada satupun amal yang lebih berat dalam timbangan, kecuali shalawat kepada nabi Muhammad dan keluarganya. Sesungguhnya akan ada seseorang yang ketika amalnya ditimbang, maka timbangan amalnya miring ke kiri. Kemudian Nabi SAW datang membawakan pahala shalawatnya dan meletakkan di mizan amalnya, maka beruntunglah ia berkat shalawat itu”. 26. Syekh Showi dalam kitab tafsirnya berpendapat : “Sesungguhnya para ulama sependapat, bahwa semua amal ada yang diterima dan ada pula yang ditolak, kecuali sholawat kepada Nabi SAW. Maka sesungguhnya sholawat kepada Nabi SAW itu “ Maqbuulatun Qoth’an “ ( pasti diterima ) “. (Taqriibul Ushul Hal : 5 7). 27. AI-Allaamah Syamsuddin bin Qoyyim dalam kitabnya Jalaailul-Afhaam berkata : “Sesungguhnya membaca sholawat itu menjadi sebab bertambahnya rasa cinta kepada Allah SWT dan Rosul-Nya. Cinta itu kelak akan menjadi satu ikatan dari ikatan-ikatan keimanan, padahal keimanan itu tidak bisa sempurna kecuali dengan cinta”. 28. Sebagian ulama berpendapat : “Jalan yang paling dekat kepada Allah SWT pada akhir zaman, khususnya bagi orang-orang yang banyak berbuat dosa adalah memperbanyak istighfar dan membaca sholawat kepada Nabi SAW”. 29 Sebagian ulama berpendapat : “Sesungguhnya membaca sholawat kepada Nabi SAW itu dapat menerangi hati dan mewushulkan dirinya kepada Allah SWT”. 30. Sebagian ulama berpendapat : “Sesungguhnya memperbanyak baca sholawat dapat mimpi bertemu dengan Rosululloh SAW, bahkan apabila bersungguh-sungguh memperbanyak serta membiasakannya, maka pembaca sholawat itu kelak dapat melihat Rosululloh SAW dalam keadaan jaga “. Kisah nabi Adam as membaca sholawat kepada Rosululloh SAW. : “Ketika Allah SWT telah menciptakan nabi Adam as, maka ia sempat memandang ke atas arsy. Di atas sana ia melihat tulisan “Muhammad”. Dia bertanya kepada Allah : Wahai tuhanku, diakah orang yang paling mulia disisi-Mu ? Allah SWT menjawab : “Benar, dan jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan langit, bumi, surga dan neraka”. Kemudian Allah menciptakan Ibu Hawwa dari tulang rusuk sebelah kiri nabi Adam as, Dan ketika beliau mengarahkan pandangan matanya kesana, Allah-pun memberikan hawa syahwat kedalam hatinya. Nabi Adam pun bertanya : “Wahai tuhanku, siapakah dia ?”. Allah SWT menjawab : “Itu Hawwa”. “Kawinkanlah aku dengannya”. Pinta nabi Adam as. “Dapatkah engkau membayar mas kawinnya ?” Nabi Adam as bertanya : “Apa mas kawinnya ?”. Allah SWT menjelaskan : ”Mas kawinnya membaca sholawat kepada nabi Muhammad SAW 10 kali”. Kemudian nabi Adam as pun membaca sholawat sepuluh kali kepada nabi Muhammad SAW. Maka bacaan sholawatnya itu menjadi maskawinnya Ibu Hawwa. Kisah nabi Musa as membaca sholawat kepada Rosululloh SAW : “Dalam Kitab “Syifaa’ul Asqom”, syekh al-Hafidz Abu Nuaem bercerita, bahwa Allah SWT bertanya kepada nabi Musa as : ”Wahai Musa, apakah-engkau ingin agar Aku lebih dekat denganmu melebihi dekatnya kalammu dengan lisanmu, melebihi dekatnya pandanganmu dengan matamu dan melebihi dekatnya rohmu dengan badanmu ?”. Nabi Musa as menjawab : “Mau, wahai tuhanku”. Allah SWT berfirman : “Perbanyak-lah engkau membaca sholawat kepada nabi Muhammad SAW”. Kecaman dan celaan terhadap orang yang tidak mau membaca sholawat antara lain : 1. Rosulullah SAW bersabda : “Ada 3 kelompok orang yang tidak akan bisa melihat wajahku pada hari kiamat. Pertama, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Kedua, orang yang meninggalkan sunnah-ku, dan ketiga, orang yang tidak membaca sholawat kepadaku ketika namaku disebut”. 2. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang tidak mau membaca sholawat kepada-ku, maka tidak dianggap sempurna agamanya “. 3. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa mendengar namaku disebut di dekatnya dan ia tidak membaca sholawat kepadaku, maka dia itulah sebakhil-bakhilnya manusia”. 4. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa mendengar namaku disebut di dekatnya dan ia tidak membaca sholawat kepadaku, maka dia bukan golongan-ku dan aku-pun bukan golongannya. Kemudian Rosululloh SAW berdoa : “Yaa Allah, pertemukanlah aku dengan orang yang suka berhubungan denganku. dan putuskanlah hubunganku dengan orang yang tidak mau berhubungan denganku”. 5. Rasulullah SAW bersabda : “Pada hari kiamat nanti semua kaum muslimin akan melihatku, kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang tidak mau bersholawat ketika namaku disebut”.

Jumat, 31 Mei 2013

Keberkahan Na’lu Rasulullah SAW Lambang Thorekoh At-Tijaniyah Indonesia Keberkahan Na’lu Rasulullah SAW Malam 27 Rajab, adalah Isra` dan Mi’raj Junjungan Baginda RasuLullah SAW,. Kemuliaan Baginda SAW sulit Untuk di Ungkapkan sehingga apa saja yang bersama Beliau turut menjadi mulia, seperti diisyaratkan oleh ayat “al-ladzi baarakNaa haulahu” (yang Kami, yakni Allah, berkati sekitarnya”), jika ayat tersebut menceritakan keberkahan Masjidil Aqsa, Sedangkan Baginda s.a.w. kemuliaannya keberkatannya keagungannya melebihi segalanya selain Allah s.w.t.,. Kemuliaan baginda melimpah Ruah sehingga ke seluruh Atribut yang dibawa bersamanya ketika menghadap Allah SWT Tak terkecuali Na’lu ( Terompah ) Baginda SAW. Demi kecintaan kepada Empunya Terompah yang telah Teruji keberkahan dan rahasia yang sukar diungkapkan. Bentuk ( Gambar ) Na’lu Junjungan Nabi s.a.w. mempunyai rahsia dan keistimewaan di kalangan sebahagian ulama. Antara kelebihannya ialah seperti diceritakan oleh Imam al-Qasthaalani dalam kitabnya “al-Mawaahibul Laduniyyah” juz ke-2 mukasurat 174:- Dan di antara kelebihannya yang telah dicoba manfaat dan keberkahannya apa yang dikisahkan oleh seorang syaikh yang sholeh, Abu Ja’far Ahmad bin Abdul Majid:- “Aku telah membuat mitsal ni`al ini untuk seorang muridku, maka dia telah berjumpa denganku pada suatu hari dan berkata:- “Kemarin aku telah melihat keberkatan Na’lu ini yang ajaib. Isteriku telah ditimpa sakit Parah sehingga hampir-hampir binasa, maka aku letakkan mitsal Na’lu ini pada tempat sakitnya dan berdoa“ALLAHUMMA ARINIY BARAKATA SHOHIBI HADZAN-NA’LI” ( Ya Allah, tunjukkanlah aku keberkatan tuan empunya ni`al ini, yakni Junjungan Nabi s.a.w.), lalu dia disembuhkan Allah pada waktu itu juga. Telah berkata Abu Ishaq:-”Telah berkata Abul Qaasim bin Muhammad:-”Di antara yang telah mujarrab keberkatannya ialah sesiapa yang membawanya bersama dengan niat untuk mengambil berkat, jadilah dia selamat daripada kejahatan penjahat, memperolehi kemenangan ke atas musuh dan mendapat penjagaan daripada syaitan yang jahat serta dipelihara daripada kedengkian orang-orang yang hasad. Dan jika dibawa oleh orang perempuan hamil yang sedang sakit hendak bersalin pada sebelah kanannya, nescaya dipermudahkan urusannya tersebut dengan pertolongan dan kekuatan Allah.” Syaikhul Hadits Maulana Zakaria al-Kandahlawi dalam catatannya untuk kitab “Syamail at-Tirmidzi” menyatakan:-“Gambar lakaran capal dan kelebihan serta keberkatannya telah diberikan dengan begitu terperinci di dalam kitab “Zadus Sa`id” karangan Maulana Asyraf ‘Ali Thanwi (rahmatullah ‘alaihi). Khasiatnya tidak putus-putus. Alim tersebut telah mengalaminya beberapa kali. Beliau berkata dengan menyimpan sebuah gambar lakaran capal ini seseorang itu akan diberkati dengan ziarah bertemu Rasulullah, akan dilepasi daripada ancaman kuku besi penzalim, mencapai kemasyhuran dan berjaya di dalam segala cita-cita melalui tawassul tapal ini. Rupa bentuk Na’lu yang tercatat dalam kitab “Jawahirul Bihar” karangan Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani. Menurut Kiyai Haji Abdul Jalil Bakri, Mudir Pesantren Darut Tauhid, Brongkal, Pagelaran, Malang, Jawa Timur, sebahagian ulama menyatakan bahawa antara kelebihan timtsal /Lingkaran / gambaran / mitsal Na'lul Junjungan s.a.w. adalah:- Apabila timtsal ni`al ini disimpan dalam rumah, maka rumah tersebut selalu mendapat perlindungan Allah dari berbagai marabahaya seperti kebakaran, kecurian dan sebagainya, serta penghuni-penghuni rumah tersebut akan memperolehi rahmat, barakah, keamanan, selama di rumah tersebut tiada suatu apapun yang menjadi pantangan masuk malaikat rahmat ke dalamnya. Apabila timtsal ini dibawa berpergian, maka perjalanannya diberkati dengan keamanan dan selamat serta berhasil. Apabila timtsal ini ditaruh di badan orang sakit, maka insya-Allah cepat disembuhkan Allah dengan keberkatan Sayyidina Empunya Na'lu. KemulianNya dan Keberkahannya Melekat Pada Atribut Yang Di pakainya Menghadap Illahi inilah antara penyaksian ulama kita berhubung lakaran ni`al al-Musthofa s.a.w. Percaya atau tidak terpulanglah, “al-madad fil masyhad fil I’tiqaad nailul murad” (“Bantuan/ Sokongan sekadar penyaksian dan dalam pegangan teguh tercapainya tujuan”). Untuk pengetahuan, Imam al-Qasthaalani adalah seorang ulama terbilang, pemuka ilmu hadits dan fiqh mazhab Syafi`i. Antara gurunya ialah Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari dan as-Sakhawi. Banyak mengarang kitab antara yang masyhur ialah “Irsyadus Sari fi syarhi Shohihil Bukhari” merupakan syarah Shohih Bukhari dalam 10 jilid besar dan “al-Is`aad fi talkhis al-Irsyad” merupakan furu’ feqah Syafi`i. Maka terpulanglah. Alfu Alfi Sholaatin Wa Alfu Alfi Salaamin ‘Alaika, Ya Shohibal-Mi’raaj. Alfu Alfi Sholaatin Wa Alfu Alfi Salaamin ‘Alaika, Ya Shohiban-Na’lain. (Jutaan sholawat dan salam untukmu Wahai Tuan Empunya Mi’raaj; Jutaan sholawat dan salam untukmu Wahai Tuan Empunya Dua Ni`al). Lakaran Ni`al al-Mustafa s.a.w. yang dinisbahkan kepada Imam Ahmad Redha Khan Barelwi dan ditulis padanya bait-bait syair dalam bahasa Urdu yang menyanjung Junjungan al-Mustafa s.a.w. NA'lu Baginda SAW Yang berada Di museum kairo Mesir Kenang-Kenangan Bagi Umat Rasulullah SAW Sandal Junjungan Mahkota Kemegahan Na'lunya dijadikan simbol bagi Usrah Dandarawi yaitu pengamal Thoriqat Ahmadiyyah Rasyidiyyah Dandarawiyyah di Mesir, Dan pengamal Thorekoh Tijaniyah Di Indonesia. Ulama membuat Tapal atau imej sandal Junjungan s.a.w. demi kecintaan kepada Junjungan s.a.w. sehingga merasakan sandal di telapak kaki Junjungan s.a.w. lebih mulia dan lebih bertuah daripada diri mereka. Hal ini amat sulit untuk difahami oleh orang – orang yang tidak mengenal cinta dan orang yang tidak pernah Merasakan fana-ur-rasul. Perhatian diberikan Hanya ke Na’lu Baginda s.a.w. bukan kerana Terompahnya tetapi kerena yang Memakainya. Tulusnya cinta pada Sang Kekasih telah menyebabkan keberkatan. Berbagai ulama telah mengarang kitab mengenai Bentuk sandal atau ni`al al-Mustafa s.a.w. ini diantaranya : 1.. Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani memperkatakannya serta membawa nukilan berbagai ulama dalam kitabnya “Jawahirul Bihar” jilid ke-3, 2. Maulana Asyraf Ali Thanwi dalam “Zadus Sa`id”, 3. Imam Ibnu ‘Asakir dalam kitabnya“Timtsalu Na’l an-Nabiy“, 4. Imam Ibnu Muqri dalam kitabnya “Qurratul Aynayn fi Tahqiq Amr an-Na’layn“, 5. Imam Abul Abbas al-Maqqari dalam kitabnya “Fathul Muta`al fi Madhin-Ni`al”, 6 .Imam al-Qashthalani dalam kitabnya “Mawahibul Laduniyyah” 7. Syaikhul Hadits Maulana Zakaria al-Kandahlawi “Syamail at-Tirmidzi” dan banyak ulama-ulama Salafus sholeh lainya Sandal/tapal Junjungan menjadi simbol kepada para pencinta baginda bahawasanya segala tindak-tanduk, amal-perbuatan, bahkan apa saja hendaklah sentiasa atas jalan dan di bawah kaki Junjungan s.a.w. agar tidak menyimpang perjalanan menuju keredhaan Allah. Kemuliaan Junjungan tiada tara, sehingga Junjungan tidak diperkenankan Rabbul ‘Izzah untuk menanggalkan sandal baginda sehingga pertemuan di tempat pertemuan “qaba qawsaini aw adna” sandal masih berada di tapak kaki Junjungan. Sehebat-hebat mahkota para raja dan pemerintah tidak dapat melawan kemuliaan yang telah dicapai oleh sandal Junjungan s.a.w. Maka terpulanglah. Alfu Alfi Sholaatin Wa Alfu Alfi Salaamin ‘Alaika, Ya Shohibal-Mi’raaj. Alfu Alfi Sholaatin Wa Alfu Alfi Salaamin ‘Alaika, Ya Shohiban-Na’lain. (Jutaan sholawat dan salam untukmu Wahai Tuan Empunya Mi’raaj; Jutaan sholawat dan salam untukmu Wahai Tuan Empunya Dua Ni`al).
Mengaji di Hadapan Rasulullah SAW Ia pernah mati suri. Dalam mati surinya itu ia mengaji di hadapan Rasulullah SAW. Haul ke-20 K.H. Surya, penyebar Tarekat Tijani di Banten asal Ciomas, Kabupaten Serang, Banten, diselenggarakan di halaman PP Al-Hidayah, Dukuh Cilongkrang, Desa Pondokkaharu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Jum’at (20/5). Acara yang diselenggarakan ba’da zhuhur itu dihadiri sekitar 3.000 ikhwan, muhibbin, dan beberapa muqaddam dari berbagai kota di Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, serta diisi taushiyah K.H. Soleh Muhammad Basalamah, muqadaam Tarekat Tijaniyah dari Brebes, Jawa Tengah. Dalam taushiyahnya, K.H. Soleh Basalamah mengatakan, memperingati haul adalah memperingati orang yang sudah meninggal. Pesan yang paling penting, kita nantinya juga akan meninggal, seperti orang yang diperingati haulnya tersebut. Menurut pengasuh PP Darussalam Jatibarang-Brebes ini, mati adalah pindah dari kehidupan di dunia ke kehidupan di akhirat. Setelah mati, kita memasuki alam kubur atau alam barzakh, yaitu batas menunggu dibangkitkan di alam akhirat. Di alam kubur akan ada dua kondisi bagi manusia, yaitu raudhatul jannah (taman surga), bagi yang beramal baik, dan hufratul nar (lubang neraka), bagi yang beramal buruk. Dua kondisi ini sudah dipilih ketika manusia hidup di dunia. “Kalau manusia ingin memilih di raudhatul jannah, ketika di dunia ia harus mematuhi seluruh perintah Allah SWT; dan bagi yang melanggar perintah Allah, dia akan diletakkan di hufratul nar,” kata Kiai Soleh. Setelah seseorang meninggal, ia hanya diantar oleh, pertama, para pengantar. Kedua, keranda. Ketiga, amalnya. Dua yang di depan akan meninggalkan dirinya usai ia dikubur; sedang yang terakhir, yakni amalnya, akan menyertainya di alam kubur. Pada awal kehiduapan di kubur, manusia akan mengalami kehidupan yang sangat susah. Namun mereka yang amalnya baik akan ditemani oleh sejenis makhluk yang akan menjadikan dirinya tenteram dan aman. Yang pertama adalah shalatnya, kedua puasanya, berikutnya zakatnya, sedekahnya, dan berbagai amal baiknnya di dunia. Sebaliknya, bagi orang yang beramal buruk di dunia, dia akan ditemani sejenis makhluk yang menyeramkan dan berbau busuk, sehingga menambah kesusahan dan ketakutan sepanjang waktu, ditambah siksaan dari malaikat. Kiai Soleh menyimpulkan, memperingati haul seorang tokoh atau ulama bukan sekadar menghadiri makan dan minum, tetapi lebih kepada meneladani sesuatu yang baik dari tokoh dan ulama yang kita peringati haulnya. Apabila kita mengingat kepada keteladanan ulama, itu akan mengantar kita ingat kepada Rasulullah SAW dan Allah SWT. Selain acara haul, para jama’ah juga membaca hailalah (membaca La ilaha illallah) seribu kali, kemudian wirid Wadzifah dan Ladzifah. Semua ini adalah wirid yang wajib dibaca oleh pengikut Tarekat Tijaniyah. Penyebar Tarekat Tijani Sedang dalam manaqibnya, yang dibacakan K.H. Tamini, anak kedelapan K.H. Surya, disebutkan, ulama besar ini lahir di Ciomas pada tahun 1900. Ia murid K.H. Usman Domiri (Bandung). Sementara K.H. Usman Domiri diangkat menjadi muqaddam Tijani oleh Sayyid Ali Ath-Thoyyibi dari Bogor, penyebar Tarekat Tijani di Indonesia. K.H. Usman memiliki beberapa murid, di antaranya K.H. Surya dan K.H. Badruzzaman (Garut). K.H. Surya menyebarkan Tarekat Tijaniyah di Provinsi Banten, dan Ciomas dijadikan sebagai pusat penyebaran. Berbagi tugas dengan rekan seperguruannya, K.H. Badruzzaman, yang menyebarkan Tarekat Tijaniyah di Jawa Barat dan berpusat di Garut. K.H. Surya memiliki beberapa murid, di antaranya Ajengan Shodiq dari Sumedang. Di antara pengikut Tarekat Tijaniyah adalah K.H. Sadeli, pendiri PP Salafiyah di Ciomas pada tahun 1958. Pesantren ini kemudian pindah ke Cilongkrang pada tahun 1993, dan berganti nama menjadi “PP Al-Hidayah”. Sekarang pesantren ini diasuh oleh K.H. Faizi Amrari, Sp.D.I. Di akhir hayatnya, terjadi keanehan pada kehidupan K.H. Surya. Ia pernah mati suri dalam beberapa jam. Ketika siuman pada ba’da ashar, para kerabat langsung bertanya kepadanya, “Apa yang terjadi?” Ia menjawab, “Baru saja mengaji di hadapan Rasulullah SAW.” K.H. Surya meninggal pada tahun 1991. Saiful Bahri Sumber : http://www.majalah-alkisah.com/index.php/berita-terhangat/876-mengaji-di-hadapan-rasulullah-saw
Adab Murid kepada Gurunya. 1. Salah satu adab seorang murid kepada gurunya adalah tidak melawan gurunya secara lahir dan tidak menolaknya dalam batin. Orang yang durhaka secara lahir berarti meninggalkan adabnya. Orang yang menolak secara batin berarti menolak pemberiannya. Bahkan, sikap tersebut bisa menjadi permusuhan dengan gurunya. Karena itu, dia harus bisa menahan diri untuk tidak menentang guru secara lahir maupun secara batin dan banyak membaca do’a: “Wahai Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman terlebih dahulu daripada kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun dan Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Hasyr: 10). Apabila melihat dari gurunya ada sesuatu yang dibenci dalam agama, hendaklah dia mencari tahu menangani hal itu dengan perumpamaan agar tidak menyebabkan gurunya kurang senang kepadanya. Manakala melihat sesuatu aib pada gurunya, hendaklah murid menutupi serat berprasangka buruk terhadap dirinya sendiri dan menakwilkan bahwa gurunya dalam batas agama. Apabila dia menemukan alas an bagi gurunya yang dibenarkan dalam agama, maka hendaklah dia memohonkan ampun untuk gurunya dan mohon agar gurunya diberi taufik, sadar, dan terpelihara. Jangan menganggap gurunya tersesat dan jangan memberitahukan hal itu kepada orang lain. Ketika kembali kepada gurunya pada hari atau waktu yang lain, hendaklah dia menganggap bahwa kekeliruan gurunya itu telah hilang, dan sesungguhnya gurunya telah berpindah ke tingkatan yang lebih tinggi yang belum dijangkaunya. Kekeliruan terjadi karena kelalaian, suatu kejadian atau pemisah di antara dua keadaan. Karena pada tiap-tiap dua keadaan itu ada pemisah dan kembali kepada kemurahan agama, seperti tanah kosong diantara dua kampong atau halaman di antara dua rumah. Selesai dari tingkatan pertama dan akan memasuki tingkatan berikutnya. Pindah dari suatu kewalian kepada tingkat kewalian yang berikutnya. Dia melepas sebuah mahkota kewalian dan mengenakan mahkota kewalian yang lain, yang lebih tinggi dan lebih mulia. Setiap hari, kedekatan mereka bertambah kepada Allah SWT. Apabila guru sedang marah dan wajahnya terlihat tidak menyenangkan, janganlah meninggalkannya. Tetapi dia harus memeriksa batinnya, mungkinkah dia telah melakukan adab yang kurang baik terhadap gurunya atau telah melakukan suatu kemaksiatan kepada Allah SWT dengan meninggalkan perintah atau melakukan pelanggaran?. Dia harus memohon ampun dan barutaubat kepada-Nya. Dia juga harus bertekad tidak akan mengulanginya, meminta maaf kepada guru, merendahkan diri di hadapannya, menyenangkannya dengan tidak akan melawannya, menemaninya selalu, dan menjadikannya sebagai perantara antara dia dengan Tuhannya, serta jalan yang akan menyampaikannya kepada-Nya. Seperti orang yang hendak datang kepada raja, sedang raja tidak mengenalinya, maka dia harus berusaha untuk setiap halangan yang menghadangnya, atau mengajak salah seorang yang dekat dengan raja untuk menunjukkan bagaimana caranya dapat berjumpa dengan raja. Dia harus belajar adab dan tata cara bercakap-cakap dengan raja atau hadiah apa yang sesuai untuknya, atau sesuatu yang tidak dimilikinya dan apa yang mesti diperbanyak. Selanjutnya, dia harus mendatangi istana dari pintu depan. Jangan lewat pintu belakang sehingga nanti akan dicela dan mendapatkan kehinaan serta tidak memperoleh apa yang dia inginkan dari sang raja. Sesungguhnya, setiap orang yang hendak memasuki sebuah istana mesti ada tata cara dan ada pelayan atau petugas yang akan membimbing tangannya atau memberikan isyarat kepadanya untuk mempersilahkan duduk di tempat yang telah disediakan. Dia mesti mengikuti supaya tidak mendapatkan kehinaan atau dituduh sebagai orang yang tidak beradab dan bodoh. Di antara adab yang harus dimiliki oleh seorang murid adalah murid tidak diperkenankan berbicara di depan guru kecuali seperlunya, dan tidak menampakkkan sedikit pun keadaan dirinya di depan guru. Dia juga tidak sepatutnya menggelar sajadahnya di depan guru kecuali pada waktu melakukan shalat. Jika telah selesai shalat, hendaknya dia segera melipat kembali sajadahnya. Murid harus selalu siap melayani gurunya dan orang yang duduk diruangannya dengan senang hati, ringan dan cekatan. Seorang murid harus bersunguh-sungguh jangan sampai menggelar sajadahnya sedang di atasnya ada orang yang lebih tinggi tingkatannya. Dia juga tidak boleh mendekatkan sajadahnya kepada sajadah orang yang lebih tinggi itu kecuali dengan izinnnya. Karena hal demikian dianggap kurang beradab bagi mereka. Bila menemukan kemusykilan gurunya, seorang murid hendaknya diam meskipun memiliki penjelasan dan jawaban mengenainya. Akan tetapi, dia boleh mengambil apa yang telah Allah SWT bukakan baginya melalui lisan gurunya, kemudian menerima dan mengamalkannya. Jika melihat ada kekurangan dalam jawaban gurunya, seorang murdi tidak boleh membantah atau menolaknya. Bahkan, dia harus bersyukur kepada Allah SWT atas apa yang telah diberikan kepadanya berupa keutamaan, ilmu, dan nur yang disembunyikan dalam dirinya. Dia tidak boleh memperpanjang perbincangannya dan tidak boleh mengatakan mengatakan,”Guru telah salah dalam masalah ini.” Dia tidak boleh membantah ucapannya kecuali terjadi secara spontan dan tidak sengaja. Jika demikian, dia harus segera menghantikan ucapannya dan menggantikan dengan diam, dan taubat serta bertekad tidak akan mengulanginya. Murid juga tidak sepatutnya banyak bergerak seaktu mendengar di depan guru kecuali karena mendapat isyarat darinya. Dia juga tidak sepatutnya melihat pada dirinya memiliki suatu keadaan kecuali terjadi padanya suatu hal yang memaksanya untuk membedakan dan memilih. Apabila hal itu telah reda, hendaknya dia kembali kepada keadaan semula, diam penuh adab, tawadhu’ dan menyembunyikan rahasia yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Sungguh, kami telah menyebutkan hal ini, yakni tentang sikap, perbuatan atau ucapan yang tidak baik bagi seorang murid, tetapi kini justru kadang terjadi di madrasah atau pondok mereka. Memang tidak dipungkiri, murid yang dapat melakukan adab yang demikian sempurna itu termasuk murid yang benar dan bersungguh-sungguh. Sehingga makna sesuatu yang telah dia dengar itu menyalakan cahaya kebenaran dan menguatkannya. Kemudian dia akan sibuk di dalam cahaya itu dan tenggelam di dalamnya. Anggota badannya bergerak di tengah kaum, namun sebenarnya dia berada di sebuah batas yang penuh dengan kelezatan watak dan keinginan. Tiap orang akan membayangkan dekat orang yang merindukannya. Murid yang bersungguh-sungguh, api kerinduannya tidak akan padam dan pancarannya tidak akan pernah redup. Kekasihnya tidak pernah ghaib dan penghiburnya tidak akan pernah jauh. Murid seperti ini akan senantiasa bertambah dalam kedekatan, kelezatan, dan kenikmatan. Tidak ada yang dapat mengguncangkan atau merubah keadaannya selain ucapan Dzat Yang dikehendakinya dan pembicaraan Dzat Yang Menolongnya. Meskipun pada saat itu, didekatnya banyak syair. Nyanyian, suara-suara teman-teman syetan, para pengikut hawa nafsu, dan para pengejar kesenangan. Seorang murid hendaknya tidak menentang seseorang pada saat ia mendengarkan dan tidak menolak seseorang dalam menuntut sesuatu yang diinginkan dan dirindukannya, berupa surga dan bidadari serta melihat Allah SWT di akhirat, yang mana ia telah zuhud terhadap dunia, kelezatan dan kesenangannya, anak-anak dan wanitanya. Ia telah berani bersabar atau keburukan, ujian dan cobaan di dunia serta berpaling kepada anak-anak di akhirat. Hendaknya dia menyerahkan semua itu kepada para guru yang ada. Sesungguhnya mereka itu dalam kekuasaan guru. Bila belajar pada seseorang guru, dia harus percaya bahwa dikampung itu tidak ada orang yang lebih utama dari gurunya, sehingga dia akan berhasil mendapatkan apa yang dia cita-citakan, dan sang guru akan dapat menghadapkan kepada Allah SWT. Murid harus menjaga rahasianya ketika berkhidmat bersama Allah SWT dalam mencapai kehendaknya. Dia harus menganggap bahwa apa yang dikatakan oleh gurunya adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaannnya. Sesungguhnya melawan guru adalah racun yang sangat berbahaya. Jadi, jangan sampai murid menentang guru, baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi. Dia tidak boleh menyembunyikan sedikitpun keadaan dan rahasianya terhadap guru, dan tidak memperlihatkan kepada orang lain apa yang telah diperintahkan kepadanya. Tidak sepatutnya bagi seorang murid bertekad meminta kemurahan atau meminta kembali kepada apa yang telah ditinggalkannya karena Allah SWT. Sesungguhnya hal itu merupakan kesalahan besar sekaligus kerusakan kehendak bagi ahli tharekat. Disebutkan dalam hadist Rasulullah SAW,”Orang yang kembali kepada keadaannya seperti anjing yang muntah lalu memakannya lagi”. Dia harus bersungguh-sungguh berpegang pada adab yang telah diperintahkan oleh gurunya, jangan sampai menjadi kurang beradab. Jika terjadi kekurangan dalam melaksanakan apa yang telah diisyararatkan gurunya, maka murid harus memberitahukan hal itu kepada gurunya sehingga guru akan memberikan arahan yang sesuai dengannya dan mendoakan agar mendapatkan taufik, kemudahan dan keberhasilan. ( Syekh Nur Ali Ahmad Al Batawi )

Kamis, 30 Mei 2013

Nasehat Al-Imam Al'Arif Billah Assayyid Al-Kabir Ahmad Arrifa'i RA الخطيئة والحسنة يقول الإمام العارف بالله السيد الكبير أحمد الرفاعي رضي الله عنه يا ولدي إن ملكت عقلا حقيقيا ما ملت إلى الدنيا وإن مالت لك لأنها خائنة كذابة تضحك على أهلها من مال عنها سلم منها ومن مال إليها بلي فيها وفي الحديث حب الدنيا رأس كل خطيئة فكما أن حبها رأس كل خطيئة فكذلك بغضها والإعراض عنها رأس كل حسنة هي كالحية لين لمسها قاتل سمها لذاتها سريعة الزوال وأيامها تمضي كالخيال فاشغل نفسك فيها بتقوى الله ولا تغفل عن ذكره تعالى ذرة واحدة وإن طرقك طارق الغفلة ذرة فاستغفر الله وارجع لباب الملاحظة واذكر الله واستح من الله راقبه في الخلوات والجلوات واحمده واشكره على الفقر والغنى واترك الأغيار يا ولدي كن صوفيا صافيا ولا تكن صوفيا منافقا فتهلك التصوف الإعراض عن غير الله وعدم شغل الفكر بذات الله والتوكل على الله وإلقاء زمام الحال في باب التفويض وانتظار فتح باب الكرم والاعتماد على فضل الله والخوف من الله في كل الأوقات وحسن الظن به في جميع الحالات يا ولدي إذا تعلمت علما وسمعت نقلا حسنا فاعمل به ولا تكن من الذين يعلمون ولا يعملون يا ولدي نجاة العالم عمله بعلمه وهلاكه ترك العمل . KEBURUKAN DAN KEBAJIKAN Berkata Al-Imam Al'Arif Billah Assayyid Al-Kabir Ahmad Arrifa'i RA: Wahai anakku Seandainya engkau memiliki akal yg hakiki, maka tidak mungkin kau akan condong berlebihan terhadap dunia, walaupun mungkin dunia condong kepadamu. Karena dunia adalah penghianat dan tukang bohong, selalu menertawakan dan menghina orang2 yg mencintainya. Barangsiapa yg menjauhinya maka dia akan selamat, sebaliknya barangsiapa yg condong mencintainya, maka dia akan terkena musibah karenanya. Disebutkan dalam sebuah Hadits : "Mencintai dunia adalah sumber segala keluputan atau dosa". Sebagaimana mencintainya adalah sumber dosa, berarti kebalikannya, membenci dunia dan berpaling darinya adalah sumber kebajikan Dunia diibaratkan bagai seekor ular yg gemulai jalannya, namun bisanya mematikan, kenikmatannya mudah sirna, hari2nya berlalu bagai hayalan Sibukkan dirimu dengan bertaqwa pada Allah SWT, jangan lalai untuk mengingatNya walau sesaat, seandainya terketuk dalam pintu hatimu ketukan lalai akan Allah, beristighfarlah dan kembalilah pada pintu selalu merasa diawasi olehNya. Ingatlah selalu akan keagungan Allah dan malu-lah padaNya, dekati diriNya dgn selalu merasa diawasi olehNya, baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keramaian, pujilah Dia dan berterima-kasihlah padaNya atas kefakiran dan kekayaan yg kau miliki dan tinggalkanlah selain Allah /al-aghyar Wahai anakku, jadilah engkau seorang sufi yg suci, ikhlas karena Allah, dan jangan menjadi sufi yg munafik, maka engkau akan mengalami kerusakan Tasawuf adalah berpaling dari dunia, tidak menyibukkan diri dan pikiran untuk merenungkan hakikat dzat Allah, tawakkal atas ketentuan Allah, melepaskan segala kendali zaman dan waktu dengan berpasrah diri atas ketentuanNya, selalu menunggu dibukakan pintu kemuliaan dariNya, selalu berpegang pada anugrahNya, takut akan amarah dan murkaNya dalam setiap waktu, selalu berbaik sangka padaNya dalam segala kondisi Wahai anakku di saat engkau belajar dan mendengarkan ucapan yg benar, maka ikutilah Janganlah engkau seperti orang2 yg mengerti tapi tidak mau mengamalkan ilmunya Wahai anakku keselamatan orang alim adalah di saat dia mengamalkan ilmunya, kecelakaan orang alim adalah di saat dia enggan untuk mengamalkan ilmunya
ahmad koerudin : Pulsa Nyasar, Milik Siapa ? Dalam pembelian pulsa kadang terjadi salah kirim. Entah karena sang pemilik Hp salah menyebutkan nomor atau pihak counter yang salah nomor. Rezeki mungkin itu perasaan yang hinggap dalam diri penemu pulsa nyasar, namun tekor dirasakan pihak counter. Sehingga tak jarang pihak counter menghubunginya dan meminta agar menggantinya walau tidak dengan harga semestinya . Apa yang harus dilakukan penerima pulsa nyasar, bila tidak ada yang menghubunginya? Wajibkah ia mengganti pulsa tersebut mengingat hal diatas bukan karena kesalahannya? Jawaban: Secara hukum fiqh, tidak wajib mengganti, karena penerima pulsa tidak dapat dikategorikan menguasai manfaat dari harta orang lain. Sebab yang bisa disebut manguasai manfaat adalah bila penggunaan disertai dengan benda yang menyimpan manfaat tersebut. Ta'bir (فى المدخل الفقهي العام للمصطفى أحمد الزرقاء ج 3 ص 231-232) 1. فى الفقه الأجنبي يقسمون الأموال الى أموال مادية وأموال معنوية ويريدون بالمعنوية ما كان له اعتبار فى ثروة الإنسان ولكنه ليس أعيانا مادية فى الوجود الخارجي فتدخل فى ذلك الحقوق الشخصية والعينية والمنافع والملكية الأدبية للمؤلفين فى انحصار حق طبع مؤلفتهم والملكية الصناعية المخترعين وحق استعمال العناوين التجارية ونحو ذلك. فكل منفعة او حق خولها القانون انسانا فهما مال معنوي يمكن ان يباع ويشترى، وهذا التقسيم لا يتناسب مع مفهوم المال بالنظر الشرعي المبني عليه بحثنا فقد فرق فقهنا بين المال والملك فاعتبر الحقوق المنافع ملكا يستمتع به لا مالا ترد عليه العقود الا استثناء كما تقدم

Minggu, 24 Februari 2013

Pendapat Para Imam dan Muhaddits Tentang Perayaan Maulid (yg tidak setuju maulid intinya merasa lebih pintar ) mohon disebarkan sebanyak banyak nya, salah satu bukti kita mencinta rasulullah saw, 1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah : Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “Kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG-ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164) 2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah : Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300, dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman-teman dan saudara-saudara, menjamu dengan makanan-makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”. 3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) : Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi saw. 4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif : Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari hadits no.4813). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh-sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya. 5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy : Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab. 6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah berkata “tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”. 7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : “ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw” 8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah dengan karangan maulidnya yang terkenal “al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, “Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”. 9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: “Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”. 10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dihyah alkalbi dengan karangan maulidnya yg bernama “Attanwir fi maulid basyir an nadzir”. 11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri dengan maulidnya “urfu at ta’rif bi maulid assyarif” 12. Imam al Hafidh Ibn Katsir yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama : “maulid ibn katsir” 13. Imam Al Hafidh Al ‘Iraqy dengan maulidnya “maurid al hana fi maulid assana” 14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi. 15. Imam assyakhawiy dengan maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi 16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi dengan maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah 17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yang terkenal dengan ibn diba’ dengan maulidnya addiba’i 18. Imam ibn hajar al haitsami dengan maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid sayid waladu adam 19. Imam Ibrahim Baajuri mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dengan nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar 20. Al Allamah Ali Al Qari’ dengan maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi 21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji dengan maulidnya yang terkenal maulid barzanji 23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani dengan maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad Namun memang setiap kebaikan dan kebangkitan semangat muslimin mestilah ada yg menentangnya, dan hal yg lebih menyakitkan adalah justru penentangan itu bukan dari kalangan kuffar, tapi dari kalangan muslimin sendiri, mereka tak suka Nabi saw dicintai dan dimuliakan, padahal para sahabat radhiyallahu’anhum sangat memuliakan Nabi saw, Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim hadits no.2069). seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul saw datang kerumah orang itu dan bertanya : “dimana tempat yg kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga dijadikan musholla (Shahih Bukhari hadits no.1130). Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), “Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra”, maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328). Dihadapan Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yg sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”. Dan masih banyak riwayat shahih lainnya tentang takdhim dan pengagungan sahabat pada Rasulullah saw, namun justru hal itu ditentang oleh kelompok baru di akhir zaman ini, mereka menganggap hal hal semacam itu adalah kultus, ini hanya sebab kedangkalan pemahaman syariah mereka, dan kebutaan atas ilmu kemurnian tauhid. Maka marilah kita sambut kedatangan Bulan Kebangkitan Cinta Muslimin pada Nabi saw ini dengan semangat juang untuk turut berperan serta dalam Panji Dakwah, jadikan medan ini benar benar sebagai ajang perjuangan kita untuk menerangi wilayah kita, masyarakat kita, masjid kita, musholla kita, rumah rumah kita, dengan cahaya Kebangkitan Sunnah, Cahaya Semangat Hijrah, kemuliaan kelahiran Nabi saw yg mengawali seluruh kemuliaan islam, dan wafatnya Nabi saw yg mengawali semangat pertama setelah wafatnya beliau saw. Saudara saudarku, kelompok anti maulid semakin gencar berusaha menghalangi tegaknya panji dakwah, maka kalian jangan mundur dan berdiam diri, bela Nabimu saw, bela idolamu saw, tunjukkan akidah sucimu dan semangat juangmu, bukan hanya mereka yg memiliki semangat juang dan mengotori masji masjid ahlussunnah dengan pencacian dg memfitnah kita adalah kaum musyrik karena mengkultuskan Nabi, Saudaraku bangkitlah, karena bila kau berdiam diri maka kau turut bertanggung jawab pula atas kesesatan mereka, padahal mereka saudara saudara kita, mereka teman kita, mereka keluarga kita, maka bangkitlah untuk memperbaiki keadaan mereka, bukan dengan pedang dan pertikaian, sungguh kekerasan hanya akan membuka fitnah lebih besar, namun dg semangat dan gigih untuk menegakkan kebenaran, mengobati fitnah yg merasuki muslimin muslimat.. Nah saudara saudaraku, para pembela Rasulullah saw.. jadikan 12 Rabiul awwal adalah sumpah setiamu pada Nabimu Muhammad saw, Sumpah Cintamu pada Rasulullah saw, dan Sumpah Pembelaanmu pada Habibullah Muhammad saw.