Minggu, 24 Februari 2013
Pendapat Para Imam dan Muhaddits Tentang Perayaan Maulid
(yg tidak setuju maulid intinya merasa lebih pintar )
mohon disebarkan sebanyak banyak nya, salah satu bukti kita mencinta rasulullah saw,
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “Kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG-ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300, dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman-teman dan saudara-saudara, menjamu dengan makanan-makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi saw.
4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari hadits no.4813). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh-sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab.
6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata “tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”.
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : “ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yang terkenal “al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, “Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”.
9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: “Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.
10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dihyah alkalbi dengan karangan maulidnya yg bernama “Attanwir fi maulid basyir an nadzir”.
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri dengan maulidnya “urfu at ta’rif bi maulid assyarif”
12. Imam al Hafidh Ibn Katsir yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama : “maulid ibn katsir”
13. Imam Al Hafidh Al ‘Iraqy dengan maulidnya “maurid al hana fi maulid assana”
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
15. Imam assyakhawiy dengan maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi
16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi dengan maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yang terkenal dengan ibn diba’ dengan maulidnya addiba’i
18. Imam ibn hajar al haitsami dengan maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid sayid waladu adam
19. Imam Ibrahim Baajuri mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dengan nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar
20. Al Allamah Ali Al Qari’ dengan maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji dengan maulidnya yang terkenal maulid barzanji
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani dengan maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad
Namun memang setiap kebaikan dan kebangkitan semangat muslimin mestilah ada yg menentangnya, dan hal yg lebih menyakitkan adalah justru penentangan itu bukan dari kalangan kuffar, tapi dari kalangan muslimin sendiri, mereka tak suka Nabi saw dicintai dan dimuliakan, padahal para sahabat radhiyallahu’anhum sangat memuliakan Nabi saw, Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim hadits no.2069).
seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul saw datang kerumah orang itu dan bertanya : “dimana tempat yg kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga dijadikan musholla (Shahih Bukhari hadits no.1130). Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), “Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra”, maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328). Dihadapan Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yg sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”.
Dan masih banyak riwayat shahih lainnya tentang takdhim dan pengagungan sahabat pada Rasulullah saw, namun justru hal itu ditentang oleh kelompok baru di akhir zaman ini, mereka menganggap hal hal semacam itu adalah kultus, ini hanya sebab kedangkalan pemahaman syariah mereka, dan kebutaan atas ilmu kemurnian tauhid. Maka marilah kita sambut kedatangan Bulan Kebangkitan Cinta Muslimin pada Nabi saw ini dengan semangat juang untuk turut berperan serta dalam Panji Dakwah, jadikan medan ini benar benar sebagai ajang perjuangan kita untuk menerangi wilayah kita, masyarakat kita, masjid kita, musholla kita, rumah rumah kita, dengan cahaya Kebangkitan Sunnah, Cahaya Semangat Hijrah, kemuliaan kelahiran Nabi saw yg mengawali seluruh kemuliaan islam, dan wafatnya Nabi saw yg mengawali semangat pertama setelah wafatnya beliau saw.
Saudara saudarku, kelompok anti maulid semakin gencar berusaha menghalangi tegaknya panji dakwah, maka kalian jangan mundur dan berdiam diri, bela Nabimu saw, bela idolamu saw, tunjukkan akidah sucimu dan semangat juangmu, bukan hanya mereka yg memiliki semangat juang dan mengotori masji masjid ahlussunnah dengan pencacian dg memfitnah kita adalah kaum musyrik karena mengkultuskan Nabi,
Saudaraku bangkitlah, karena bila kau berdiam diri maka kau turut bertanggung jawab pula atas kesesatan mereka, padahal mereka saudara saudara kita, mereka teman kita, mereka keluarga kita, maka bangkitlah untuk memperbaiki keadaan mereka, bukan dengan pedang dan pertikaian, sungguh kekerasan hanya akan membuka fitnah lebih besar, namun dg semangat dan gigih untuk menegakkan kebenaran, mengobati fitnah yg merasuki muslimin muslimat..
Nah saudara saudaraku, para pembela Rasulullah saw.. jadikan 12 Rabiul awwal adalah sumpah setiamu pada Nabimu Muhammad saw, Sumpah Cintamu pada Rasulullah saw, dan Sumpah Pembelaanmu pada Habibullah Muhammad saw.
Kamis, 21 Februari 2013
Keutamaan Shalawat al-Fatih
(Mutiara Yang Tak Ada Tandingannya)
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ .
Artinya: “Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad yang membuka apa yang tertutup dan yang menutupi apa-apa yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.”
Keutamaan shalawat al-Fatih disebutkan dalam nazham al-Yaqutah al-Faridah:
وفضل فريدة على كل صيغة
كفضل سُرى القطا على دب نَملة
Keutamaan shalawat al-Fatih yang terkenal dengan sebutan al-Yaqutah al-Faridah atas redaksi shalawat lainnya seperti lebih hebatnya burung Qatha berjalan di waktu malam dibandingkan dengan rayapan semut.
فما صيغة من الصلاة على النبي
تقاربـها في وصلة ومثوبـة
Tidak ada bentuk shalawat kepada Nabi yang membandinginya untuk seseorang bisa wushul kepada Allah dan mendapat pahala.
فما حد فضلها ولا قيس في الـحجا
اذ الفضل من ورا العقول السليمة
Keutamaannya tidak bisa dibatasi dan tidak bisa dianalogikan oleh akal. Karena keutamaan yang Allah berikan tidak bisa dipikirkan akal cerdas manusia.
وكم صيغ لـها تفوق خرائدا
وان شئتها فسل حُـماة الطريقة
Shalawat al-Fatih memiliki banyak bentuk redaksi yang lebih mahal dari mutiara berharga. Jika engkau menginginkannya, maka bertanyalah kepada pelindung thariqah.
بها انطوت الفلا بأسرع لَمحـة
بِها تسبق العرجاء كل صحيحة
Keutamaannya dapat melipat tempat yang luas dengan sekejap mata. Dengan membaca shalawat al-Fatih orang yang pincang dapat mendahului berlarinya orang yang sehat.
وكم من غنيمة تحاز بذكرها
ولا سـيما في الليل بعـد عتيمة
Banyak keberuntungan yang dapat diraih dengan membaca shalawat al-Fatih. Terutama apabila dibaca pada malam hari selepas shalalat isya.
فتعـدل منها مرة خَمسمائة
نَهارية منها لضعف الْمـثوبـة
Keutamaan satu kali membacanya di waktu malam seperti 500 kali membacanya di waktu siang lantaran pahala menjadi berlipat ganda.
وكم من قصور في جـوار مُحمد
وحور حسان والْجـواري وغلمة
Banyaknya istana dan berdampingan dengan Nabi Muhammad serta para bidadari yang cantik dan pelayan-pelayan dari wanita dan pria.
وكم حجج وعمـرة مع غـزوة
وكم من مئين من الـوف عديدة
Mendapat pahala haji, umrah dan berperang ratusan dan puluhan kali.
واربعمائة سنـــون تكفــر
بِمائة مــــرة بليلة جُمعة
Seandainya seseorang melakukan dosa sebanyak 400 tahun, maka dosa itu akan diampuni oleh Allah dengan sebab membaca shalawat al-Fatih sebanyak 100 kali pada malam jum’at.
لَها من مــراتب ثَمان فبعضها
سليل سـعيد باح مـنها بنقطة
Keutamaannya memiliki 8 martabat sebagiannya telah diungkap oleh putra said yang bernama Syaikh Umar Ibn Said al-Futiy dengan satu titik.
ومنها بـكل مرة سـتمائة
من الف صلاة الملأك الانس جِنة
Diantaranya: membaca shalawat al-Fatih satu kali sama dengan 600 kali dari ribuan shalawat para malaikat, manusia dan jin.
من اول خلقهم الى وقت ذكرها
باذن تِجانـي ولـو بوسيطة
Dari awal mereka diciptakan sampai waktu shalawat al-fatih diucapkan. Dengan adanya izin dari Sayid Ahmad al-Tijaniy sekalipun dengan perantara.
وكم من تضائف لأولى وثانية
وثالثة وهـكذا لــلأخيرة
Banyak sekali pelipat gandaan pahala dalam membaca shalawat al-Fatih yang pertama, kedua sampai seterusnya.
ومنها ضعاف ذكر كل العوالِم
بسـتة الآف وغفـران زلـة
Pahala yang berlipat sebanding dengan dzikir yang dilakukan oleh makhluk di alam ini dengan 6000 kali lipat dan mendapat ampunan dari segala dosa.
فلا تتركن شـاذة من ذنـوبنا
ولا فاذة منها لعظم الْمــزية
Oleh sebab itu janganlah engkau tinggalkan, lantaran membacanya menghilangkan dosa-dosa kita dan mendapat keutamaan tersendiri dari yang lainnya.
وموت على الاسلام افضل نعمة
اذا دُمْتَ منها مــرة للمَنِية
Wafat dalam agama islam yang merupakan ni’mat tertinggi, apabila engkau melazimi shalawat al-Fatih setiap hari satu kali sampai kematian menjemput.
ولا بد من اذن صحيح من احمدا
ولـو بوسـائط لنيل الفضيلة
Syarathnya adalah mendapat izin dari sayid Ahmad al-Tijaniy sekalipun melalui perantara agar mendapat keutamaannya.
مع الاعتقاد انها في صحيفة
من النور انزلت بأقـــلام قدرة
Disertai keyakinan bahwa shalawat al-Fatih itu datang berupa lembaran dari cahaya yang turun dengan kalamullah
وعد الرماح عشرةً من شروطها
وقال بكتمها ســوى عن خُويصة
Pengarang kitab Rimah Hizb al-Rahim menyebutkan 10 persyaratan. Beliau mengatakan 10 syarat tersebut tidak diketahui kecuali oleh orang-orang khusus.
واما ثوابـها العميم فحـاصل
لسـائر خلق الله دون شـريطة
Pahalanya meratai bagi seluruh ciptaan Allah tanpa 10 syarat.
وعن سيدي البكري من عنه انزلت
فـداء من الْجـحيم منها بِمَرة
Diriwayatkan dari sayid al-Bakriy bahwa shalawat al-fatih diturunkan sebagai tebusan dari neraka jahim sekalipun dibaca sekali.
فـوالله ما رأيت ذكـرا مقاربا
لـها بعد رُتبة الاسامي العظيمة
Demi Allah, aku tidak pernah melihat satu dzikir yang mendekatkan diri kepada Allah yang memiliki tingkatan yang agung seperti shalawat al-Fatih.
فلا تفتـرن عنها فتندم في غـدٍ
نـدامة كُسْعِي وصاحـب بَتة
Janganlah engkau melalaikannya sehingga menyesal dikemudian hari seperti penyesalan seorang yang bernama kusaiy dan seperti orang yang menetapkan keputusannya (al-farazdaq).
فعَض عليها بالنـواجـذ سرمدا
فتسموا على اقـطاب كل وسيلة
Peganglah sekuat-kuatnya dengan gigi gerahammu selamanya, maka engkau akan mendapat derajat menjadi Aqthab dengan segala wasilah.
فـلا تعدلـن عنها الى اي صيغة
اذا كنت يا أخي من اصحاب نُهية
Janganlah engkau pindah kepada bentuk shalawat lainnya, apabila engkau termasuk orang yang cerdas.
حوت سر كل صيغة في العوالـم
وزادت بأسـرار وأشيا عـزيزة
Di dalam shalawat al-Fatih telah mencakup setiap bentuk shalawat yang ada di alam. Dan lebih unggul dengan banyak rahasia serta banyak sesuatu sangat mahal nilainya.
ورَبـى بـها عُبيدة بن محـمد
وابـدى عجيبة بميـزاب رحمة
Keutamaan Shalawat al-Fatih juga dijelaskan oleh syaikh Ubaidah Ibn Muhammad, beliau memunculkan hal-hal ajaib dalam kitabnya yang bernama Mizab al-Rahmah.
فيا رب جـازه وكل مؤلِــف
بخير واحســان عن الاحمدية
Ya Allah, balaslah beliau dengan kebaikan-kebaikan dan berikanlah balasan yang baik kepada setiap pengarang yang mengikuti ajaran Sayid Ahmad al-Tijaniy.
dikutip dari risalah:
فَوَاتِحُ الْمَفَاتِح
فِي اِبْرَازِ اْلأَسْرَارِ مِنْ كُنُوْزِ صَلاَةِ اْلفَاتِح
جمع وترتيب
الحاج رزقي ذوالقرنين أصمت البتاوي
الراجي الى رحمة ربه العزيز القوي
غفر الله له ولوالديه عن المساوي
آمين
Rabu, 20 Februari 2013
Memakai Imamah
Jawaban Al faqih Habib Munzir: saya jawab secara singkat saja,
ketahuilah bahwa sorban itu bukan
adat orang arab saja, tapi sunnah Nabi
saw, Rasulullah saw memakai surban. 1. dari Amr bin Umayyah ra dari
ayahnya berkata : Kulihat Rasulullah
saw mengusap surbannya dan kedua
khuffnya (Shahih Bukhari Bab Wudhu,
Al Mash alalKhuffain). 2. dari Ibnul Mughirah ra, dari ayahnya,
bahwa Rasulullah saw mengusap
kedua khuffnya, dan depan wajahnya,
dan atas surbannya (Shahih Muslim Bab
Thaharah) 3. para sahabat sujud diatas Surban
dan kopyahnya dan kedua tangan
mereka disembunyikan dikain lengan
bajunya (menyentuh bumi namun
kedua telapak tangan mereka
beralaskan bajunya krn bumi sangat panas untuk disentuh). saat cuaca
sangat panas. (Shahih Bukhari Bab
Shalat). 4. Rasulullah saw membasuh
surbannya (tanpa membukanya saat
wudhu) lalu mengusap kedua khuff
nya (Shahih Muslim Bab Thaharah) dan masih belasan hadits shahih
meriwayatkan tentang surban ini,
mengenai hadits hadits dhoif itu yg
disebutkan, seandainya kesemua
hadits itu tidak ada, cukuplah hadits
Nabi saw : “Barangsiapa yg tak menyukai sunnahku maka ia bukan
golongangku” (Shahih Bukhari). silahkan bantah sunnah Nabi saw, dan
itu tanda keluarnya mereka dari ummat
Nabi saw. Imam Syafii mengeluarkan fatwa bila
seorang muslim menghina sunnah
maka hukumnya kufur. mengenai Albaniy sungguh ia tak
mempunyai sanad, ia adalah orang
biasa yg menukil nukil hadits dari buku
buku yg ada, ia bukan muhaddits dan
tak berhak menilai hadits, karena ia tak
punya satu sanadpun, bagaimana disebut muhaddits? orang yg tak punya sanad maka
fatwanya mardud (tertolak), hujjahnya
dhoif dan tak bisa dijadikan dalil untuk
berfatwa. bukti dari kedangkalan
pemahamannya adalah
pengingkarannya atas sunnah
sayyidina Muhammad saw yg jelas jelas
teriwayatkan dalam hadits hadits
shahih Bukhari, sedangkan Shahih Bukhari adalah kitab hadits terkuat dari
seluruh kitab hadits.. Sumber Habib Munzir Al Musawwa Tambahan admin salafy tobat, Hadits
Hadist tentang sorban: 1. Dalam sebuah riwayat yang
bersumber dari Jabir dikemukakan:
“Nabi saw memasuki kota Makkah
pada waktu Fathu Makkah beliau
mengenakan sorban (‘imamah)
hitam.” (HR. At-Tarmidzi. Hadits ini diriwayatan oleh Muhammad bin
Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi,
dari Hammad bin Salamah. Hadits ini
pun diriwayatkan pula oleh Mahmud
bin Ghailan, dari Waki’, dari Hammad
bin Salamah, dari Abi Zubair, yang bersumber dari Jabir ra.) 2. ‘Amr bin Huraits berkata: “Aku
melihat sorban hitam di atas kepala
Rasulullah saw.” (HR. Tarmidzi.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Umar, dari
Sufyan, dari Musawir al-Waraq, dari
Ja’far bin ‘Amr bin Huraits, yang bersumber dari bapaknya.) 3. Dalam sebuah riwayat yang
bersumber dari Ibnu ‘Umar ra.
dikemukakan : “Apabila Nabi memakai
sorban, maka dilepaskannya ujung
sorbannya di antara kedua bahunya.”
Kemudian Nafi’ berkata: “Ibnu ‘Umar juga berbuat begitu.” ‘Ubaidullah
berkata: “Kulihat al-Qasim bin
Muhammad dan Salim, keduanya juga
berbuat demikian.” (HR. Tarmidzi.
Diriwayatkan oleh Harun bin Ishaq al
Hamdzani, dari Yahya bin Muhammad al-Madini, dari ‘Abdul ‘Aziz bin
Muhammad, dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar,
dari Nafi’, yang bersumber dari Ibnu
‘Umar.) 4. Ibnu ‘Abbas ra. mengemukakan:
“Sesungguhnya Nabi Muhammad
berpidato di hadapan ummat. Waktu itu
beliau mengenakan sorban, dan
sorbannya terkena minyak
rambut.” (HR. At-Tarmidzi. Diriwayatkan oleh Yusuf bin ‘Isa, dari Waki’, dari Abu
Sulaiman, yaitu ‘Abdurrahman bin
Ghasail, dari Ikrimah, yang bersumber
dari Ibnu ‘Abbas)
Muadz
Tujuh Langit, Tujuh Malaikat Penjaga, dan Tujuh Amal Sang
Hamba 444 hari yang lalu Allah menciptakan tujuh malaikat
sebelum Dia menciptakan langit dan
bumi. Di setiap langit ada satu malaikat
yang menjaga pintu. Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin
Ma'dan, mereka berkata kepada
Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan
kepada kami sebuah hadits yang telah
Rasulullah ajarkan kepadamu, yang
telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat
kerasnya hadits tersebut dan sangat
halus serta dalamnya makna
ungkapannya. Hadits manakah yang
engkau anggap sebagai hadits
terpenting?" Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku
ceritakan..." Tiba-tiba Mu'adz
menangis tersedu-sedu. Lama sekali
tangisannya itu, hingga beberapa saat
kemudian baru terdiam. Beliau
kemudian berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah.
Ingin sekali aku bersua kembali
dengan beliau...". Kemudian Mu'adz
melanjutkan: Suatu hari ketika aku menghadap
Rasulullah Saw. yang suci, saat itu
beliau tengah menunggangi untanya.
Nabi kemudian menyuruhku untuk
turut naik bersama beliau di
belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian
aku melihat Rasulullah menengadah
ke langit dan bersabda, "Segala
kesyukuran hanyalah diperuntukkan
bagi Allah yang telah menetapkan
kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz....! Labbaik, wahai penghulu para rasul....! Akan aku ceritakan kepadamu
sebuah kisah, yang apabila engkau
menjaganya baik-baik, maka hal itu
akan memberikan manfaat bagimu.
Namun sebaliknya, apabila engkau
mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....! Wahai Mu'adz...
Sesungguhnya Allah Yang Maha
Memberkati dan Mahatinggi telah
menciptakan tujuh malaikat sebelum
Dia menciptakan petala langit dan
bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan
menjadikan penjaga dari tiap pintu
tersebut satu malaikat yang kadarnya
disesuaikan dengan keagungan dari
tiap tingkatan langitnya. Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah
dengan amalan seorang hamba yang
amalan tersebut memancarkan cahaya
dan bersinar bagaikan matahari.
Hingga sampailah amalan tersebut ke
langit dunia (as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya.
Malaikat Hafadzah kemudian
memperbanyak amal tersebut dan
mensucikannya. Namun tatkala sampai pada pintu
langit pertama, tiba-tiba malaikat
penjaga pintu tersebut berkata,
"Tamparlah wajah pemilik amal ini
dengan amalannya tersebut!! Aku
adalah pemilik ghibah... Rabb Pemeliharaku memerintahkan
kepadaku untuk mencegah setiap
hamba yang telah berbuat ghibah di
antara manusia -membicarakan hal-
hal yang berkaitan dengan orang lain
yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka
mendengarnya- untuk dapat melewati
pintu langit pertama ini....!!" Kemudian keesokan harinya malaikat
Hafadzah naik ke langit beserta amal
shalih seorang hamba lainnya. Amal
tersebut bercahaya yang cahayanya
terus diperbanyak oleh Hafadzah dan
disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun
malaikat penjaga pintu langit kedua
tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian...!
Tamparlah wajah pemilik amal
tersebut dengan amalannya itu!
Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia
menginginkan penampilan duniawi
belaka ('aradla d-dunya).Rabb
Pemeliharaku memerintahkan
kepadaku untuk tidak membiarkan
amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit
berikutnya!" Mendengar itu semua,
para malaikat pun melaknati si hamba
tersebut hingga petang harinya. Malaikat Hafadzah lainnya naik
bersama amalan sang hamba yang
nampak indah, yang di dalamnya
terdapat shadaqah, shaum-shaumnya
serta perbuatan baiknya yang
melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan
mensucikannya hingga akhirnya
dapat menembus langit pertama dan
kedua. Namun ketika sampai di pintu
langit ketiga, tiba-tiba malaikat
penjaga pintu langit tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Tamparkanlah
wajah pemilik amalan tersebut
dengan amalan-amalannya itu! Aku
adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur).
Rabb Pemeliharaku memerintahkan
kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena
selama ini dia selalu bertakabur di
hadapan manusia ketika berkumpul
dalam setiap majelis pertemuan
mereka...." Malaikat Hafadzah lainnya naik ke
langit demi langit dengan membawa
amalan seorang hamba yang tampak
berkilauan bagaikan kerlip bintang
gemintang dan planet. Suaranya
tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah
shaum, shalat, haji dan umrah, hingga
tampak menembus tiga langit
pertama dan sampai ke pintu langit
keempat. Namun malaikat penjaga
pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan
amalan-amalan tersebut ke wajah
pemiliknya..! Aku adalah malaikat
penjaga sifat 'ujub (takjub akan
keadaan jiwanya sendiri). Rabb
Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan
amalannya melewatiku hingga
menembus langit sesudahku. Dia
selalu memasukkan unsur 'ujub di
dalam jiwanya ketika melakukan
suatu perbuatan...!" Malaikat Hafadzah lainnya naik
bersama amalan seorang hamba yang
diiring bagaikan iringan pengantin
wanita menuju suaminya. Hingga
sampailah amalan tersebut menembus
langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah.
Amalan tersebut memiliki cahaya
bagaikan sinar matahari.
Namun sesampainya di pintu langit
kelima tersebut, berkatalah sang
malaikat penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah
berbuat dengki kepada manusia
ketika mereka diberi karunia oleh
Allah. Dia marah terhadap apa-apa
yang telah Allah ridlai dalam
ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak
membiarkan amal tersebut
melewatiku menunju langit
berikutnya...!" Malaikat Hafadzah lainnya naik
dengan amalan seorang hamba
berupa wudlu yang sempurna, shalat
yang banyak, shaum-shaumnya, haji
dan umrah, hingga sampailah ke
langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata,
'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih
sayang). Tamparkanlah amalan
si hamba tersebut ke wajah
pemilikinya. Dia tidak memilki sifat
rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang
ketika melihat musibah menimpa
hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku
memerintahkanku untuk tidak
membiarkan amalannya melewatiku
menuju langit berikutnya...!' Naiklah malaikat Hafadzah lainnya
bersama amalan seorang hamba
berupa nafkah yang berlimpah,
shaum, shalat, jihad dan sifat
wara' (berhati-hati dalam bermal).
Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar
bagaikan bagaikan kilatan petir.
Namun ketika sampai pada langit
yang ketujuh, berhentilah amalan
tersebut di hadapan malaikat penjaga
pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru)
atau sum'ah (mencintai kemasyhuran)
di antara manusia. Sesungguhnya
pemilik amal ini
berbuat sesuatu karena
menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap
pertemuan. Ingin disanjung di antara
kawan-kawannya dan mendapatkan
kehormatan di antara para pembesar.
Rabb Pemeliharaku memerintahkan
aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu
langit ini menuju langit sesudahnya.
Dan setiap amal yang tidak
diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara
ikhlas, maka dia telah berbuat riya',
dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang
diiringi dengan riya' tersebut....!' Dan malaikat Hafadzah lainnya naik
beserta amalan seorang hamba
berupa shalat, zakat, shaum demi
shaum, haji, umrah, akhlak yang
berbuahkan hasanah, berdiam diri,
berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit
tersebut beriringan menyertainya
hingga terputuslah seluruh hijab
dalam menuju Allah Subhanahu.
Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb
yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut
menyaksikan amal sang hamba itu
merupakan amal shalih yang
diikhlaskannya hanya bagi Allah
Ta'ala. Namun tanpa disangka Allah
berfirman, 'Kalian adalah malaikat
Hafadzah yang menjaga amal-amal
hamba-Ku, dan Aku adalah Sang
Pengawas, yang memiliki kemampuan
dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya
dengan amalannya itu, sebenarnya
dia tidak menginginkan Aku. Dia
menginginkan selain Aku...! Dia tidak
mengikhlaskan amalannya bagi-Ku.
Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya
tersebut. Laknatku bagi dia yang telah
menipu makhluk lainnya dan kalian
semua, namun Aku sama sekali tidak
tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang
Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang
tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak
ada satu pun di hadapan-Ku yang
tersembunyi, dan tidak ada yang
samar di hadapan-Ku terhadap segala
yang tersamar..... Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi
sama dengan pengetahuan-Ku
terhadap apa-apa yang belum terjadi.
Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa
yang telah berlalu sama dengan
pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku
terhadap segala sesuatu yang awal
sebagaimana pengetahuan-Ku
terhadap segala yang akhir. Aku lebih
mengetahui sesuatu yang rahasia dan
tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan
ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah
menipu para makhluk yang tidak
memiliki pengetahuan, dan Aku Maha
Mengetahui segala yang ghaib.
Baginya laknat-Ku....!! Mendengar itu semua maka
berkatalah para malaikat penjaga
tujuh langit beserta tiga ribu
pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara
kami, baginya laknat-Mu dan laknat
kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, 'Laknat Allah baginya dan
laknat mereka yang melaknat buat
sang hamba itu..! Mendengar penuturan Rasulullah Saw.
sedemikian rupa, tiba-tiba
menangislah Mu'adz Rahimahullah,
dengan isak tangisnya yang cukup
keras...Lama baru terdiam kemudian
dia berkata dengan lirihnya, "Wahai Rasulullah......Bagaimana bisa aku
selamat dari apa-apa yang telah
engkau ceritakan tadi...??" Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu
wahai Mu'adz.....Ikutilah Nabimu di
dalam sebuah keyakinan...". Dengan suara yang bergetar Mu'adz
berkata, "Engkau adalah Rasul Allah,
dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin
Jabal....Bagaimana aku bisa selamat
dan lolos dari itu semua...??" Nabi yang suci bersabda, "Baiklah
wahai Mu'adz, apabila engkau merasa
kurang sempurna dalam melakukan
semua amalanmu itu, maka cegahlah
lidahmu dari ucapan ghibah dan
fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-
saudaramu yang sama-sama
memegang Alquran. Apabila engkau
hendak berbuat ghibah atau
memfitnah orang lain, haruslah ingat
kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah
mengetahui bahwa dalam jiwamu pun
penuh dengan aib-aib. Janganlah
engkau mensucikan jiwamu dengan
cara menjelek-jelekkan orang lain.
Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah
tenggelam di dalam memasuki urusan
dunia sehingga hal itu dapat
melupakan urusan akhiratmu. Dan
janganlah engkau berbisik-bisik
dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang
tidak diikutsertakan. Jangan merasa
dirimu agung dan terhormat di
hadapan manusia, karena hal itu akan
membuat habis terputus nilai
kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di
dalam majelis pertemuanmu sehingga
akibatnya mereka akan menjauhimu
karena buruknya akhlakmu.
Janganlah engkau ungkit-ungkit
kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-
orang dengan lidahmu yang
akibatnya engkau pun akan dirobek-
robek oleh anjing-anjing Jahannam,
sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi
yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-
benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2)
Di neraka itu, daging akan dirobek
hingga mencapat tulang........ Mendengar penuturan Nabi
sedemikian itu, Mu'adz kembali
bertanya dengan suaranya yang
semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa
sebenarnya yang akan mampu
melakukan itu semua....??" "Wahai Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa
yang telah aku paparkan tadi dengan
segala penjelasannya serta cara-cara
menghindari bahayanya itu semua
akan sangat mudah bagi dia yang
dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai
sesama manusia, sebagaimana
engkau mencintai jiwamu sendiri, dan
engkau membenci mereka
sebagaimana jiwamu membencinya.
Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam
menempuhnya.....!!" Khalid bin Ma'dan kemudian berkata
bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering
membaca hadits tersebut
sebagaimana seringnya beliau
membaca Alquran, dan sering
mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan
menjaga Alquran di dalam majelis
pertemuannya. Al-Ghazali Rahimahullah kemudian
berkata, "Setelah kalian mendengar
hadits yang sedemikian luhur
beritanya, sedemikian besar
bahayanya, atsarnya yang sungguh
menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta
meresahkan akal dan menyempitkan
dada yang kini penuh dengan huru-
hara yang mencekam. Kalian harus
berlindung kepada Rabb-mu,
Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu
taubat, mudah-mudahan kalbumu
akan dibuka oleh Allah dengan lemah
lembut, merendahkan diri dan berdoa,
menjerit dan menangis semalaman.
Juga di siang hari bersama orang- orang yang merendahkan diri, yang
menjerit dan selalu berdoa kepada
Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah
sebuah persoalan bersar dalam
hidupmu yang kalian tidak akan
selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan
rahmat Allah Ta'ala semata. Dan tidak akan bisa selamat dari
tenggelamnya di lautan ini kecuali
dengan hadirnya hidayah, taufiq serta
inayah-Nya semata. Bangunlah kalian
dari lengahnya orang-orang yang
lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah
hawa nafsumu dalam tanjakan yang
menakutkan ini. Mudah-mudahan
kalian tidak akan celaka bersama
orang-orang yang celaka. Dan
mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta'ala, kapan saja dan dalam
kadaan bagaimanapun. Dialah yang
Maha Menolong dengan sebaik-
baiknya... Wa laa haula wa laa quwwata illa
billaah...
Memakai Kopyah
BismillahirahmanirRahim Nah-Ma`duhu Wanusolli-Mu`ala-
Rasuulihil- Kareem.. Pemakaian Penutup kepala(kopiah) Alhamdulillah,segala syukur kepada
Allah S.W.T dan salam kepada jujungan
kita,Muhammad S.A.W,yang memberi
sinar cahaya kehidupan yang baru di
atas muka bumi ini.Disini hamba yang
lemah lagi fakir ini akhirnya dapat menyiapkan terjemahan dari bahasa
urdu tentang penekanan pemakaian
penutup kepala. Kepada semua Rakan-
rakan seagamaku,baik semasa
kecil,remaja dan dewasa ini,seta
muslimin,muslimat sekalian dan orang yang mengucap kalimah
syahadah,bangkitlah dengan hati
ikhlas dan terbuka..dan buatlah usaha
pada agama kesayangan ini yang
sedang menuju kehancuran ini,yakni
pengorbanan,diri,harta,masa untuk agama Allah S.W.T dan supaya ummah
Nabi S.A.W dapat direalisasikan dan
diwujudkan.Berjalan pada jalan yang
benar dan iman akan mengikutinya.Ia
mungkin menjadi ummah dan
mengamalkan zikir,tasbihat,taklim,berjuang di jalan
Allah,membuat membantu(khidmat)
pada rakan seagama,bertimbang-
rasa,menghormati dan memuliakan
yang lain.Dan apabila pengorbanan
dibuat,maka sifat-sifat kebatilan,keburukan dan penyakit hati
akan dibuang sedikit demi sedikit
dengan usaha ini.Apabila usaha ini
diambil,walaupun dijalankan di satu
kawasan sahaja di atas muka bumi
ini,ia akan tersebar ke seluruh alam.Disini hamba berharap semoga
para muslim yang membaca alih
bahasa dari kitab ini dapat memeberi
penekanan tentang pentingya
pemakaian penutup kepala.
walaubagaimanapun,disebabkan perkara yang ingin hamba sampaikan
ini penting,hamba menulis..sesiapa
yang faham dan bertindak
padanya,Allah S.W.T akan membuatkan
dirinya bersinar,atau..dia seolah-olah
memotong kakinya sendiri.. Penekanan tentang pemakaian
penutup kepala oleh di dalam
linkungan Sunnah Nabi S.A.W dan yang
dipraktikkan oleh Sahabat (R.Anhum)
dan Tabieen. 1.“hazrat Ibnu Umar R.Anhu
meriwayatkan bahawa Nabi S.A.W
menggunakan penutup kepala
berwarna putih.” (tabrani) (Allama suyooti rah. telah menulis di
dlm kitab Jamius Sagheer yang mana
sanad Hadith ini ialah
hassan.komentator kitab jamiu`s
sagheer,Azzezi telah memahami
penulisan Allama suyooti ramatullah alaih.) (As-Sirajuul Muneer,jilid ke-4
mukasurat 112) 2. “telah dilaporkan bahawa dari Ibnu
Umar R.Anhu bahawa Nabi S.A.W
memakai penutup kepala berwarna
putih.”(mujamul kabeer dari tabrani) (terdapat kemusykilan kepada salah
seorang perawi,Abdullah Ibnu
Khirash,pada hadith ini.Ibnu Hibban
telah menulis bahawa dia dipercayai
tetapi mungkin ada juga belaku sedikit
kesilapan.Muzakarah pada Muhaddith ialah bahawa beliau perawi hadith
yang lemah manakala para perawi lain
adalah boleh dipercayai. (Majmud-Zawaaid Haisani jilid ke-2
mukasurat 124) 3.”telah dilaporkan bahawa dari Ibnu
Umar bahawa Nabi S.A.W memakai
penutup kepala berwarna putih.” (ini ialah hadith lemah –tazkiratul
maudu`aat-mukasurat 155) (Tabrani telah melaporkan bahawa di
dalam mujamal aw`sat daripada
gurunya Muhammed Ibnu Haneefa
Waasiti.Walaubagaimanapun ia didapati
lemah) (Majmud-Zawaaid Haisani jilid ke-2
mukasurat 124) 4.Abu Sheikh melaporkan dari Ibnu
Abbas R.Anhu bahawa Nabi S.A.W
mempunyai 3 penutup kepala
sepanjang kehidupannya. (Bajhul Majhood,jilid ke-6,mukasurat
52) 5”.di dalam “mukhtasar”,kehidupan
Nabi S.A.W,terdapat 3 jenis penutup
kepala yang didapati,petama ialah
seperti rupa kopiah yang mana di
dalamnya mempunyai garisan
padanya.yang kedua ialah yang diperbuat daripada kain hibarah dan
yang ketiga ialah penutup kepala yang
menutupi telinga,yang mana selalunya
Baginda memakainya di dalam safar
(perjalanan dan semasa namaaz.” 6.”Hazrat Aisyah R.Anhu meriwayatkan
bahawa Nabi S.A.W memakai penutup
kepala berwarna putih yang mana
berbentuk rata dan menutupi dan
mengikuti bentuk kepalanya.” (Ibnu Assakir melaporkan
ini,walaubagaimanapun,sanad
(rantaian perawi Hadith) ialah lemah) (Faizuul-Kadeer,jilid ke-5,mukasurat
246) 7.”Nabi S.A.W telah berkata bahawa
muhrim (orang di dalam
ihram),janganlah memakai
kurta,seluar,serban dan
“burnus”(sejenis bentuk penutup
kepala)(Baginda tidak akan memakai pakaian jenis ini pada masa itu).” (Bukhari Shareef jilid 1,mukasurat
209,dan jilid ke-2 mukasurat 864) *adalah diketahu bahawa orang
dimasa itu pemakaian penutup kepala
telah menjadi kebiasaan di zaman Nabi
S.A.W.* 8.Riwayat oleh Ibnu Abbas telah
diterangkan (rujuk no.29) yang mana
subjek berkaitan,iaitu bahawa Nabi
S.A.W akan memakai penutup kepala di
dalam serbannya. Dan ada masanya Baginda hanya
memakai penutup kepala “ (Ibnu Assakir,meriwayatkan hadith
ini,sanadnya lemah) 9.”Hazrat Aisyah R.Anhu meriwayatkan
bahawa akan memakai penutup
kepala yang akan menutupi sekali
bahagian telinganya dan semasa
berada di rumah,Baginda akan
memakai yang kecil(seperti kopiah Syria)jenis penutup kepala.Abu Shaikh
yang meriwayatkan Hadith ini.Iraaqi
menulis bahawa hadith berkenaan
tentang pemakaian penutup kepala
pada hadith ini ialah yang paling sahih
sumber dan dipercayai.” (Faizuul-Qadeer jilid ke-5,mukasurat
246) Hadith ini telah melepasi dibawah
hadith yang dilampirkan disini
bernombor 29) 10.”Abu Kabshaa Anmaan
meriwayatkan bahawa penutup kepala
dipakai oleh para Sahabat R.Anhum
terkeluar dan rata.” (Tirmizi,Hadith ini lemah,mukasurat
308) Hazrat Gangohi R.Alaih menerangkan
bahawa maksud perawi yang mana
“kepala merka tertutup.penutup
kepala itu tidak akan tercabut dari
tetapi rata dan tertekan pada kepala. (Alkaukabud Durrie jilid
ke-2 ,mukasurat 452.) Penekanan pemakaian penutup kepala
oleh Sahabat R.Anhu dan Tabieen. 11.Zaid Ibnu Jubair mengatakan
bahawa beliau nampak Abdullah Ibnu
Zubair R.Anhu memakai penutup
kepala.(di dalam pengucapan
perkataan bahasa arab “burtula”
muncul untuk merujuk kepada sejenis bentuk penutup kepala. Hisham Bin Urwa juga mengatakan
bahawa beliau nampak Ibnu Zubair
(R.Anhu) memakai penutup kepala
yang bahannya nipis. 12. Eesa Ibn Tahmaan mengatakan
bahawa beliau nampak Anas Bin Malik
(R.Anhu) memakai penutup kepala.Di
dalam perkataan “burnus” dengan
memebawa maksud penutup kepala
yang panjang. (di dalam Bukhari juga pemakaian
tentang penutup kepala oleh Anas
(R.Anhu) diterangkan di dalam jilid ke
2,mukasurat 863.) 13.Bapa kepada Ash`as melaporkan
bahawa beliau nampak Abu Musa
Ashaari (R.Anhu) Keluar dati tandas.Abu Musa memakai
penutup kepala. 14.Ismael mengatakan bahawa beliau
Nampak Shuriah memakai penutup
kepala. 15.Abu Shihaab mengatakan bahawa
beliau Nampak Saeed Ibnu Jubair
(R.Anhu) Memakai penutup kepala (kedua Shihaab dan Ibnu Jubair ialah
tabiees) Ali Ibn Hussain (i.e Hazrat Zainul
Abideen),Ibrahem Nakhee dan Dahaak
sering dilihat memakai penutup kepala. (kesemua rawian ini telaj dilaporkan di
dalam dengan sanadnya dalam
Musannaf Ibn Abi Shaiba jilid ke-8 pada
mukasurat 212,213,242) Hazrat Ali (R.Anhu) telah dilihat
memakai penutup kepala mesir
berwarna putih. (Tabaqaat Ibnu Saad urdu jilid ke-3
mukasurat 187) Penekanan tentang pemakaian
penutup kepala oleh Abu Ishaq Sabee
Tabiee dijumpai di dalam Bukhari (Jilkid
petama ,mukasurat 159) Ibnu Ul –Arabi menulis “pemakaian
penutup kepala telah diapakai oleh
hamper kesemua Ambiyaa dan orang
Alim.Ia melindungi kepaa dan
membolehkan serban yang dipakai
tetap di tempatnya,yang mana ia sunnah.penutup kepala seharusnya
muat mengikut bentuk kepala dan
tidak berupa seperti dome.ada juga
orang yang membuat lubang
pengudaraan pada penutup kepala
untuk menyejukkan dan memberikan udara masuk pada kepala dan
membolehkan udara panas keluar,dan
ia adalah salah satu jenis rawatan
kepala.(ia tidak dilakukan kecuali
terpaksa) (Faizul Kadeer jilid ke-5 ,mukasurat
247) Hamba Fakir kepada Allah yang maha
kaya, Muhammad_Efendie, Sumber Rujukan: 1.Sub Topik: Topee in the light of Sunnah and
practice of the Sahaba and Tabieen -by_Maulana Fazlur Rahman Saheb 2.Raudhul Muhtaar (Shaami)-Darre
Sa`adah 3.Khasail Nabawi -(komentar dalam
Shamail Al Tirmizi)1960,Kabeeri
Shaarah Muniyyatul Mussali,Fatawa
Raheemia 4. Sharah Shamaail-Oleh Allama Ahdul
Raoof Munawi (nota) 5. Jamul wasa’il oleh Mulla Ali Qari
Rahmatullah Alai`h,Al Maqaisidul
Hassanah by Allma Sakhawi,Faizul
Qadeer and sharah Jamius Sagheer,Al-
Isaba by Hafiz Ibn Hajar,Fathuul Baari
Ibn hajar with footnote of Sheikh Bin Baaz, Mukaddama Fathul Bari Ibn Hajar - all reference this section is from
Beirut,Lebanon. 6. Sahih Bukhari,Sahih Muslim,Jami
tirmizi,Ibnu Majjah,Musnnaf Ibn Abi
Shaiba,Shamail Tirmizi,Al Mustadrak lil
Hakiini,Abu Dawood,Bazlul
Majhood,Ummadatul Qaari,Alaaf ul Shazi
Maa`na Tirmizi,Naafil Mufti was Saail by Maulana Abdul Hay Lakhnawi,Fatwa
Rasheedia, - all reference this section is from
Pakistan 7.Durrul Mukhtar ma Raddhul Mukhtar-
Darrus` saadah. 8.Alsira Jul Muneer-(komentari Jamius
Sagheer –Madinah, Saudi Arabia.
KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang sangat alim dan tokoh besar dalam NU dan
bangsa Indonesia. Beliau dilahirkan di Desa Tambakberas, Jombang, Jawa Timur pada bulan Maret
1888. silsilah KH. Abdul Wahab Hasbullah bertemu dengan silsilah KHM. Hasyim Asy’ari pada datuk
yang bernama Kiai Shihah.
Semenjak kanak-kanak, Abdul Wahab dikenal kawan-kawannya sebagai pemimpin dalam segala
permainan. Beliau dididik ayahnya sendiri cara hidup,seorang santri. Diajaknya shalat berjamaah,
dan sesekali dibangunkan malam hari untuk shalat tahajjud. Kemudian K.H. Hasbullah
membimbingnya untuk menghafalkan Juz Ammah dan membaca Al Quran dengan tartil dan fasih.
Lalu beliau dididik mengenal kitab-kitab kuning, dari kitab yang paling kecil dan isinya diperlukan
untuk amaliyah sehari-hari. Misalnya Kitab Safinatunnaja, Fathul Qorib, Fathul Mu'in, Fathul Wahab,
Muhadzdzab dan Al Majmu'. Abdul Wahab juga belajar Ilmu Tauhid, Tafsir, Ulumul Quran, Hadits,
dan Ulumul Hadits.
Kemauan yang keras untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tampak semenjak masa kecilnya
yang tekun dan cerdas memahami berbagai ilmu yang dipelajarinya. Sampai berusia 13 tahun Abdul
Wahab dalam asuhan langsung ayahnya. Setelah dianggap cukup bekal ilmunya, barulah Abdul
Wahab merantau untuk menuntut ilmu. Maka beliau pergi ke satu pesantren ke pesantren lainnya.
Kemudian Abdul Wahab belajar di pesantren Bangkalan, Madura yang diasuh oleh K.H. Kholil
Waliyullah.
Beliau tidak puas hanya belajar di pesantren-pesantren tersebut, maka pada usia sekitar 27 tahun,
pemuda Abdul Wahab pergi ke Makkah. Di tanah suci itu mukim selama 5 tahun, dan belajar pada
Syekh Mahfudh At Turmasi dan Syekh Yamany. Setelah pulang ke tanah air, Abdul Wahab langsung
diterima oleh umat Islam dan para ulama dengan penuh kebanggaan.
Langkah awal yang ditempuh K.H. Abdul Wahab Hasbullah, kelak sebagai Bapak Pendiri NU, itu
merupakan usaha membangun semangat nasionalisme lewat jalur pendidikan. Nama madrasah
sengaja dipilih 'Nahdlatul Wathan' yang berarti: 'Bergeraknya/bangkitnya tanah air', ditambah dgngan
gubahan syajr-syair yang penuh dengan pekik perjuangan, kecintaan terhadap tanah tumpah darah
serta kebencian terhadap penjajah, adalah bukti dari cita-cita murni Kiai Abdul Wahab Hasbullah
untuk membebaskan. belenggu kolonial Belanda.
Namun demikian, tidak kalah pentingnya memperhatikan langkah selanjutnya yang akan ditempuh
Kiai Wahab, setelah berhasil mendirikan 'Nahdlatul Wathan'. Ini penting karena dalam diri Kiai
'Wahab agaknya tersimpan beberapa sifat yang jarang dipunyai oleh orang lain. Beliau adalah tipe
manusia yang pandai bergaul dan gampang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tetapi, beliau
juga seorang ulama yang paling tangguh mempertahankan dan membela pendiriannya. Beliau
diketahui sebagai pembela ulama pesantren (ulama bermadzhab) dari serangan-serangan kaum
modernis anti madzhab.
Bertolak dari sifat dan sikap Kiai Wahab itulah, maka mudah dipahami apabila kemudian beliau
mengadakan pendekatan dengan ulama-ulama terkemuka seperti, K.H. A. Dachlan, pengasuh pondok
Kebondalem Surabaya, untuk mendirikan madrasah 'Taswirul Afkar'. Semula 'Taswirul Afkar' yang
berarti 'Potret Pemikiran' itu, merupakan kelompok diskusi yang membahas berbagai masalah
keagamaan dan kemasyarakatan. Dan anggotanya juga terdiri atas para ulama dan ulama muda yang
mempertahankan sistem bermadzhab. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya sekitar tahun 1919,
kelompok ini ditingkatkan statusnya menjadi madrasah 'Taswirul Afkar' yang bertugas mendidik
anak-anak lelaki setingkat sekolah dasar agar menguasai ilmu pengetahuan agama tingkat
elementer.
Bertempat di Ampel Suci (dekat Masjid Ampel Surabaya), madrasah 'Taswirul Afkar' bergerak maju.
Puluhan dan bahkan kemudian ratusan anak di Surabaya bagian utara itu menjadi murid 'Taswirul
Afkar', yang pada saat itu (tahun-tahun permulaan) dipimpin K.H. A. Dachlan. Namun demikian,
bukan berarti meniadakan kelompok diskusi tadi. Kegiatan diskusi tetap berjalan dan bahkan
bertambah nampak hasilnya, berupa 'Taswirul Afkar'. Dan madrasah ini hingga sekarang masih ada
dan bertambah megah. Hanya tempatnya telah berpindah, tidak lagi di Ampel Suci, tetapi di Jalan
Pegirian Surabaya.
Hingga di sini Kiai Wahab telah berada di tiga lingkungan: Syarikat Islam (SI) berhubungan dengan
H.O.S. Tjokroaminoto, Nahdlatul Wathan dengan K.H. Mas Mansur, dan Taswirul Afkar dengan K.H.
A. Dachlan. Tiga lingkungan itu pun memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Tjokroaminoto lebih
condong pada kegiatan politik; K.H. Mas Mansur lebih dekat dengan kelompok anti madzhab
sedangkan K.H. A. Dachlan tidak berbeda dengan Kiai Wahab, yakni ulama yang mempertahankan
sistem madzhab.
Dalam hubungannya dengan gerakan pembaruan itu, agaknya Kiai Wahab seringkali tidak dapat
menghindari serangan-serangan mereka baik yang ada di SI maupun di K.H. Mas Mansur sendiri.
Meski tujuan utamanya membangun nasionalisme, serangan-serangan kaum modernis seringkali
dilancarkan hingga Kiai Wahab perlu melayaninya. Di sinilah mulai tampak perbedaan pendapat
antara Kiai Wahab dengan K.H. Mas Mansur.
Peristiwa ini tampaknya sudah terbayang dalam pikiran Kiai Wahab, sehingga tidak perlu
mempengaruhi semangat perjuangannya. Bahkan beliau bertekad untuk mengembangkan Nahdlatul
Wathan ke berbagai daerah. Dengan K.H. Mas Alwi, kepala sekolah yang baru, Kiai Wahab
membentuk cabang-cabang baru: Akhul Wathan di Semarang, Far'ul Wathan di Gresik, Hidayatul
Wathan di Jombang, Far'ul Wathan di Malang, Ahlul Wathan di Wonokromo, Khitabul Wathan di
Pacarkeling, dan Hidayatul Wathan di Jagalan.
Apa pun nama madrasah di beberapa cabang itu pastilah dibelakangnya tercantum nama 'Wathan'
yang berarti 'tanah air'. Ini berarti tujuan utamanya adalah membangun semangat cinta tanah air.
Dan syair 'Nahdlatul Wathan' berkumandang di berbagai daerah dengan variasi cara menyanyikannya
sendiri-sendiri. Misalnya di Tebuireng, hingga tahun 1940-an syair tersebut tetap dinyanyikan para
santri setiap kali akan dimulainya kegiatan belajar di sekolah. Dan setiap hendak menyanyikan syair
tersebut, para murid santri diminta berdiri tegak sebagaimana layaknya menyanyikan lagu
kebangsaan 'Indonesia Raya'.
Seperti telah disinggung, bahwa selain Kiai Wahab harus memperhatikan Nahdlatu1 Wathan dan juga
keterlibatannya di SI, beliau juga tidak dapat membiarkan serangan-serangan kaum modernis yang
dilancarkan kepada ulama bermadzhab. Lagi pula, serangan-serangan itu tidak mungkin dapat
dihadapi sendirian. Sebab itu, pada tahun 1924, Kiai Wahab membuka kursus 'masail
diniyyah' (khusus masalah-masalah keagamaan) guna menambah pengetahuan bagi ulama-ulama
muda yang
mempertahankan madzhab.
Kegiatan kursus ini dipusatkan di madrasah 'Nahdlatul Wathan' tiga kali dalam seminggu. Dan
pengikutnya ternyata tidak hanya terbatas dari Jawa Timur saja, melainkan juga ada yang dari Jawa
Tengah, Jawa Barat, dan beberapa lagi dari Madura. Jumlah peserta kursus sebanyak 65 orang.
Karena peserta begitu banyak, maka .Kiai Wahab meminta teman-temannya untuk membantu. Di
antara teman-temannya yang bersedia mendampingi ialah KH. Bishri Syansuri (Jombang), KH. Abdul
Halim Leuwimunding (Cirebon), KH. Mas Alwi Abdul Aziz dan KH. Ridlwan Abdullah keduanya dari
Surabaya, K.H. Maksum dan K.H. Chalil keduanya dari Lasem, Rembang. Sedangkan dari kelompok
pemuda yang setia mendampingi Kiai Wahab ialah: Abdullah Ubaid, Kawatan Surabaya, Thahir Bakri,
dan Abdul Hakim, Petukangan Surabaya, serta Hasan dan Nawawi, keduanya dari Surabaya.
Dengan demikian, Kiai Wahab telah juga membangun pertahanan cukup ampuh bagi menolak
serangan-serangan kaum modernis. Enam puluh lima ulama yang dikursus, agaknya dipersiapkan
betul untuk menjadi juru bicara tangguh dalam menghadapi kelompok pembaru, sehingga dalam
perkembangan berikutnya, ketika berkobar perdebatan seputar masalah 'khilafiyah' di beberapa
daerah, tidak lagi perlu meminta kedatangan Kiai Wahab, tapi cukup dihadapi ulama-ulama muda
peserta kursus tersebut.
Pada saat pemimpin-pemimpin Islam mendapat undangan dari Raja Hijaz lalu membentuk Komite
Khilafat, K.H. Abd. Wahab Hasbullah mengusulkan agar delegasi ke Makkah menuntut dilindunginya
madzahibul arba' ah di Makkah - Madinah. Dan setelah mengetahui usulnya kurang diperhatikan oleh
tokoh-tokoh SI dan Muhammadiyah, lalu KH. Abd. Wahab atas izin KH.Hasyim Asy' ari membentuk
Komite Hijaz untuk mengirim delegasi sendiri ke Makkah - Madinah. Dan Komite Hijaz inilah yang
kemudian melahirkan JAM’IYAH NAHDLATUL ULAMA, sehingga kehadiran NU tidak dapat dilepaskan
dari perjuangan K.H. Abd. Wahab Hasbullah.
Demikianlah selintas pintas riwayat K.H. Abdul Wahab Hasbullah dalam menegakkan semangat
nasionalisme bangsa Indonesia dalam rangka mengusir penjajah di tanah tercinta Indonesia. Di
samping itu beliau seorang tokoh besar Islam terutama dalam mempertahankan kebenaran madzhab
dari serangan kaum yang menyebut dirinya modernis Islam.
Sumber: Pendidikan Aswaja & Ke-NU-an untuk SMP/MTs. PW LP Ma’arif Jawa Timur.
KH Hamim Tohari Djazuli atau akrab dengan panggilan Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940,beliau
adalah putra KH. Jazuli Utsman (seorang ulama sufi dan ahli tarikat pendiri pon-pes Al Falah mojo
Kediri),Gus Miek salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pejuang Islam yang masyhur di tanah
Jawa dan memiliki ikatan darah kuat dengan berbagai tokoh Islam ternama, khususnya di Jawa
Timur.
Maka wajar, jika Gus Miek dikatakan pejuang agama yang tangguh dan memiliki kemampuan yang
terkadang sulit dijangkau akal. Selain menjadi pejuang Islam yang gigih, dan pengikut hukum agama
yang setia dan patuh, Gus Miek memiliki spritualitas atau derajat kerohanian yang memperkaya
sikap, taat, dan patuh terhadap Tuhan. Namun, Gus Miek tidak melupakan kepentingan manusia atau
intraksi sosial (hablum minallah wa hablum minannas). Hal itu dilakukan karena Gus Miek
mempunyai hubungan dan pergaulan yang erat dengan (alm) KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Achmad
Siddiq, serta melalui keterikatannya pada ritual ”dzikrul ghafilin” (pengingat mereka yang lupa).
Gerakan-gerakan spritual Gus Miek inilah, telah menjadi budaya di kalangan Nahdliyin (sebutan untuk
warga NU), seperti melakukan ziarah ke makam-makam para wali yang ada di Jawa maupun di luar
Jawa.Hal terpenting lain untuk diketahui juga bahwa amalan Gus Miek sangatlah sederhana dalam
praktiknya. Juga sangat sederhana dalam menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para
pengamalnya, yakni berkumpul dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun
akhirat.
ayah gus mik KH.Achmad djazuli Usman
KH.ACHMAD DJAZULI USMAN
Gus Miek seorang hafizh (penghapal) Al-Quran. Karena, bagi Gus Miek, Al-Quran adalah tempat
mengadukan segala permasalahan hidupnya yang tidak bisa dimengerti orang lain. Dengan
mendengarkan dan membaca Al-Quran, Gus Miek merasakan ketenangan dan tampak dirinya
berdialog dengan Tuhan ,beliaupun membentuk sema’an alquran dan jama’ah Dzikrul Ghofilin.
gus miek selain dikenal sebagai seorang ulama besar juga dikenal sebagai orang yang nyelenehbeliau
lebih menyukai da’wah di kerumunan orang yang melakukan maksiat seperti discotiq ,club malam
dibandingkan dengan menjadi seorang kyai yang tinggal di pesantren yang mengajarkan santrinya
kitab kuning. hampir tiap malam beliau menyusuri jalan-jalan di jawa timur keluar masuk club
malam, bahkan nimbrung dengan tukang becak, penjual kopi di pinggiran jalan hanya untuk
memberikan sedikit pencerahan kepada mereka yang sedang dalam kegelapan. Ajaran-ajaran beliau
yang terkenal adalah suluk jalan terabas atau dalam bahasa indonesianya pemikiran jalan pintas.
Pernah di ceritakan Suatu ketika Gus Miek pergi ke discotiq dan disana bertemu dengan Pengunjung
yang sedang asyik menenggak minuman keras, Gus Miek menghampiri mereka dan mengambil
sebotol minuman keras lalu memasukkannya ke mulut Gus Miek salah satu dari mereka mengenali
Gus Miek dan bertanya kepada Gus Miek.” Gus kenapa sampeyan ikut Minum bersama kami ?
sampeyankan tahu ini minuman keras yang diharamkan oleh Agama ? lalu Gus Miek Menjawab “aku
tidak meminumnya …..!! aku hanya membuang minuman itu kelaut…!hal ini membuat mereka
bertanya-tanya, padahal sudah jelas tadi Gus Miek meminum minuman keras tersebut. Diliputi rasa
keanehan ,Gus miek angkat bicara “sampeyan semua ga percaya kalo aku tidak meminumnya tapi
membuangnya kelaut..? lalu Gus Miek Membuka lebar Mulutnya dan mereka semua terperanjat kaget
didalam Mulut Gus miek terlihat Laut yang bergelombang dan ternyata benar minuman keras tersebut
dibuang kelaut. Dan Saat itu juga mereka diberi Hidayah Oleh Alloh SWt untuk bertaubat dan
meninggalkan minum-minuman keras yang dilarang oleh agama. Itulah salah salah satu Karomah
kewaliyan yang diberikan Alloh kepada Gus Miek.
jika sedang jalan-jalan atau keluar, Gus Miek sering kali mengenakan celana jeans dan kaos oblong.
Tidak lupa, beliau selalu mengenakan kaca mata hitam lantaran lantaran beliau sering menangis jika
melihat seseorang yang “masa depannya” suram dan tak beruntung di akherat kelak.
Ketika beliau berda’wak di semarang tepatnya di NIAC di pelabuhan tanjung mas.Niac adalah surga
perjudian bagi para cukong-cukong besar baik dari pribumi maupun keturunan ,Gus Miek yang
masuk dengan segala kelebihannya mampu memenangi setiap permainan, sehingga para cukong-
cukong itu mengalami kekalahan yang sangat besar. Niac pun yang semula menjadi surga perjudian
menjadi neraka yang sangat menakutkan
Satu contoh lagi ketika Gus miek berjalan-jalan ke Surabaya, ketika tiba di sebuah club malam Gus
miek masuk kedalam club yang di penuhi dengan perempuan-perempuan nakal, lalu gus miek
langsung menuju watries (pelayan minuman) beliau menepuk pundak perempuan tersebut sambil
meniupkan asap rokok tepat di wajahnya, perempuan itupun mundur tapi terus di kejar oleh Gus miek
sambil tetap meniupkan asap rokok diwajah perempuan tersebut. Perempuan tersebut mundur hingga
terbaring di kamar dengan penuh ketakutan, setelah kejadian tersebut perempuan itu tidak tampak
lagi di club malam itu.
Pernah suatu ketika Gus Farid (anak KH.Ahamad Siddiq yang sering menemani Gus Miek)
mengajukan pertanyaan yang sering mengganjal di hatinya, pertama bagaimana perasaan Gus Miek
tentang Wanita ? “Aku setiap kali bertemu wanita walaupun secantik apapun dia dalam pandangan
mataku yang terlihat hanya darah dan tulang saja jadi jalan untuk syahwat tidak ada”jawab Gus
miek.
Pertanyaan kedua Gus Farid menayakan tentang kebiasaan Gus Miek memakai kaca mata hitam baik
itu dijalan maupun saat bertemu dengan tamu…”Apabila aku bertemu orang dijalan atau tamu aku
diberi pengetahuaan tentang perjalanan hidupnya sampai mati. Apabila aku bertemu dengan
seseorang yang nasibnya buruk maka aku menangis, maka aku memakai kaca mata hitam agar orang
tidak tahu bahwa aku sedang menagis “jawab Gus miek
Adanya sistem Da’wak yang dilakukan Gus miek tidak bisa di contoh begitu saja karena resikonya
sangat berat bagi mereka yang Alim pun Sekaliber KH.Abdul Hamid (pasuruan) mengaku tidak
sanggup melakukan da’wak seperti yang dilakukan oleh Gus Miek padahal Kh.Abdul Hamid juga
seorang waliyalloh.
Tepat tanggal 5 juni 1993 Gus Miek menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah sakit Budi
mulya Surabaya (sekarang siloam). Kyai yang nyeleneh dan unik akhirnya meninggalkan dunia dan
menuju kehidupan yang lebih abadi dan bertemu dengan Tuhannya yang selama ini beliau rindukan
Alangkah ruginya orang Indonesia kalau tidak mengenal ulama satu ini. Orang bilang Mbah Dim,
Banten atau Abuya Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin. Beliau adalah tokoh kharismatik dunia
kepesantrenan, penganjur ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah dari pondok pesantren, Cidahu, Pandeglang,
Banten. Beliau ulama yang sangat konsen terhadap akhirat, bersahaja, selalu menjauhi keduniawian.
Wirangi (hati-hati dalam bicara, konsisten dalam perkataan dan perbuatan). Ahli sodakoh, puasa,
makan seperlunya, ala kadarnya seperti dicontohkan Kanjeng Nabi, humanis, penuh kasih sesama
umat manusia. Kegiatan kesehariannya hanya mulang ngaji (mengajar ilmu), salat serta menjalankan
kesunatan lainnya.
Beliau lahir sekitar tahun1925 anak pasangan dari H.Amin dan Hj.Ruqayah. Sejak kecil Abuya
Dimyathi sudah menampakan kecerdasannya dan keshalihannya, beliau belajar dari satu pesantren ke
pesantren lainnya mulai dari Pesantren Cadasari, kadupeseng Pandeglang, ke Plamunan hingga ke
Pleret Cirebon. Semasa hidupnya, Abuya Dimyathi dikenal sebagai gurunya dari para guru dan
kiainya dari para kiai, sehingga tak berlebihan kalau disebut sebagai tipe ulama Khas al-Khas.
Masyarakat Banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya daerah Banten, di samping sebagai
pakunya negara Indonesia . Di balik kemasyhuran nama Abuya, beliau adalah orang yang sederhana
dan bersahaja. Kalau melihat wajah beliau terasa ada perasaan ‘adem’ dan tenteram di hati orang
yang melihatnya.
Abuya Dimyati, begitu panggilan hormat masyarakat kepadanya, terlahir tahun 1925 di tanah Banten,
salah satu bumi terberkahi. Tepatnya di Kabupaten Pandeglang. Abuya Dimyathi dikenal sosok ulama
yang cukup sempurna dalam menjalankan perintah agama, beliau bukan saja mengajarkan dalam
ilmu syari’ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf, tarekat yang dianutnya
tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah. Maka wajar jika dalam perilaku sehari-hari beliau penuh
tawadhu’, istiqamah, zuhud, dan ikhlas. Abuya adalah seorang qurra’ dengan lidah yang fasih.
Wiridan al-Qur’an sudah istiqamah lebih dari 40 tahun. Kalau shalat tarawih di bulan puasa, tidak
turun untuk sahur kecuali setelah mengkhatamkan al-Qur’an dalam shalat.. Oleh karenanya, tidak
salah jika kemudian kita mengategorikan Abuya sebagai Ulama multidimensi.
Dibanding dengan ulama kebanyakan, Abuya Dimyathi ini menempuh jalan spiritual yang unik. Beliau
secara tegas menyeru: “Thariqah aing mah ngaji!” (Jalan saya adalah ngaji). Sebab, tinggi
rendahnya derajat keualamaan seseorang bisa dilihat dari bagaimana ia memberi penghargaan
terhadap ilmu. Sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Mujadilah ayat 11, bahwa Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Dipertegas
lagi dalam hadis nabi, al-Ulama’u waratsatul anbiya’, para ulama adalah pewaris para nabi. Ngaji
sebagai sarana pewarisan ilmu. Melalui ngaji, sunnah dan keteladanan nabi diajarkan. Melalui ngaji,
tradisi para sahabat dan tabi’in diwariskan. Ahmad Munir berpendapat bahwa ilmu adalah suatu
keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi
kekhalifahannya.
Saking pentingnya ngaji dan belajar, satu hal yang sering disampaikan dan diingatkan Mbah Dim
adalah: “Jangan sampai ngaji ditinggalkan karena kesibukan lain atau karena umur”. Pesan ini sering
diulang-ulang, seolah-olah Mbah Dim ingin memberikan tekanan khusus; jangan sampai ngaji
ditinggal meskipun dunia runtuh seribu kali! Apalagi demi sekedar hajatan partai. Urusan ngaji ini
juga wajib ain hukumnya bagi putra-putri Mbah Dim untuk mengikutinya. Bahkan, ngaji tidak akan
dimulai, fasal-fasal tidak akan dibuka, kecuali semua putra-putrinya hadir di dalam majlis. Itulah
sekelumit keteladanan Mbah Dimyati dan putra-putrinya, yang sejalan dengan pesan al-Qur’an dalam
surat al-Tahrim ayat 6, Qu anfusakum wa ahlikum naran.
Dahaga akan ilmu tiada habis, satu hal yang mungkin tidak masuk akal bila seorang yang sudah
menikah dan punya putra berangkat mondok lagi, bahkan bersama putranya. Tapi itulah Abuya
Dimyati, ketulusannya dalam menimba ilmu agama dan mensyiarkannya membawa beliau pada satu
tingkat di atas khalayak biasa.
Abuya berguru pada ulama-ulama sepuh di tanah Jawa. Di antaranya Abuya Abdul Chalim, Abuya
Muqri Abdul Chamid, Mama Achmad Bakri (Mama Sempur), Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi
Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Rukyat Kaliwungu dan masih
banyak lagi. Kesemua guru-guru beliau bermuara pada Syech Nawawi al Bantany. Kata Abuya, para
kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna, setelah Abuya
berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh wafat.(hal 396).
Ketika mondok di Watucongol, Abuya sudah diminta untuk mengajar oleh Mbah Dalhar. Satu kisah
unik ketika Abuya datang pertama ke Watucongol, Mbah Dalhar memberi kabar kepada santri-santri
besok akan datang ‘kitab banyak’. Dan hal ini terbukti mulai saat masih mondok di Watucongol
sampai di tempat beliau mondok lainya, hingga sampai Abuya menetap, beliau banyak mengajar dan
mengorek kitab-kitab. Di pondok Bendo, Pare, Abuya lebih di kenal dengan sebutan ‘Mbah Dim
Banten’ dan mendapat laqob ‘Sulthon Aulia’, karena Abuya memang wira’i dan topo dunyo. Pada tiap
Pondok yang Abuya singgahi, selalu ada peningkatan santri mengaji dan ini satu bukti tersendiri di
tiap daerah yang Abuya singgahi jadi terberkahi
Namun, Kini, waliyullah itu telah pergi meninggalkan kita semua. Abuya Dimyathi tak akan
tergantikan lagi. Malam Jumat pahing, 3 Oktober 2003 M/07 Sya’ban 1424 H, sekitar pukul 03:00
wib umat Muslim, khususnya warga Nahdlatul Ulama telah kehilangan salah seorang ulamanya, KH.
Muhammad Dimyati bin KH. Muhammad Amin Al-Bantani, di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten
dalam usia 78 tahun. Padahal, pada hari itu juga, dilangsungkan acara resepsi pernikahan putranya.
Sehingga, Banten ramai akan pengunjung yang ingin mengikuti acara resepsi pernikahan, sementara
tidak sedikit masyarakat –pelayat- yang datang ke kediaman Abuya. Inilah merupakan kekuasaan
Allah yang maha mengatur, menjalankan dua agenda besar, “pernikahan” dan “pemakaman”.
Menurut fatwa seorang Ulama besar : Asy-Syekh Al Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa
mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw, dengan cara mengumpulkan banyak orang,
dan dibacakan ayat-ayat al-Quran dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan
Nabi sejak kelahiran hingga wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan
lainnya dengan cara yang tidak berlebihan adalah merupakan perbuatan Bid’ah hasanah, dan akan
mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya dan yang menghadirinya, sebab merupakan
wujud kegembiraan, dan kecintaan / mahabbah kapada Rosullullah saw.
Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw :
ﻣَﻦْ ﺃَﺣَﺒَّﻨِﻰ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﻌِﻲْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨـَّﺔِ
“Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta kepada saya maka akan berkumpul bersama dengan
saya masuk surga”.
Dalam kitab “Anwarul Muhammadiyah“ karangan : Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani, diterangkan
bahwa pada saat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, seorang wanita budak belian dari Abu Lahab
(tokoh kafir jahiliyyah) yang bernama Tsuwaibah menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran
Nabi Muhammad Saw kepada Abu Lahab. Karena senangnya Abu Lahab mendapat berita itu, spontan
budak wanitanya yang bernama Tsuwaibah itu dibebaskan dan dihadiahkan kepada Siti Aminah :
Ibunda Muhammad Saw untuk menyusui bayinya tersebut.
Ketika Abu Lahab telah meninggal dunia seorang sahabat Nabi ada yang bertemu dalam mimpinya
dan menanyakan tentang nasibnya di akhirat.
Abu Lahab menjawab : Saya disiksa selama-lamanya karena kekafiran saya tetapi pada tiap-tiap hari
senin saya diberi keringanan dari siksaan bahkan aku bisa mencium dua jari tanganku dan bisa
keluar airnya untuk saya minum.
Dan ketika ditanya : mengapa bisa demikian? Abu Lahab menjawab : Ini adalah merupakan hadiah
dari Allah karena kegembiraanku pada saat kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Dalam sebuah hadits dikatakan :
ﻣَﻦْ ﻋَﻈَّﻢَ ﻣَﻮْﻟِﺪِﻯْ ﻛُﻨْﺖُ ﺷَﻔِﻴْﻌًﺎ ﻟَﻪُ ﻳَـﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎ ﻣَﺔِ . ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻧْﻔَﻖَ ﺩِﺭْﻫَﻤًﺎ ﻓِﻰ ﻣَﻮْﻟِﺪِﻯ ﻓَﻜَﺄَ ﻧَّﻤَﺎ ﺍَﻧْﻔَﻖَ ﺟَﺒَﻼً ﻣِﻦْ ﺫَ ﻫَﺐٍ ﻓِﻰ ﺳَﺒِﻴْﻞِ
ﺍﻟﻠﻪِ
“Barang siapa yang memulyakan / memperingati hari kelahiranku maka aku akan memberinya
syafa’at pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati
kelahiranku, maka akan diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.
Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata :
ﻣَﻦْ ﺃَﻧْﻔَﻖَ ﺩِﺭْ ﻫَﻤﺎً ﻓِﻰ ﻣَﻮْ ﻟِﺪِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺭَﻓِﻴْﻘِﻲْ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
“Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi Saw : akan
menjadi temanku masuk surga”.
Sahabat Umar Bin Khoththob berkata :
ﻣَﻦْ ﻋَﻈَّﻢَ ﻣَﻮْ ﻟِﺪِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻘَﺪْ ﺃَﺣْﻴَﺎ ﺍْﻹِﺳْﻼَﻡَ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi Saw, berarti telah menghidupkan
Islam”.
Sahabat Ali Bin Abi Tholib berkata :
ﻣَﻦْ ﻋَﻈَّﻢَ ﻣَﻮْ ﻟِﺪِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻻَ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴﺎَ ﺍِﻻَّ ﺑِﺎْﻹِ ﻳْﻤَﺎﻥِ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi Saw, apabila pergi meninggalkan
dunia pergi dengan membawa iman”.
Melihat besarnya pahala tersebut maka banyaklah kaum muslimn muslimat yang selalu melahirkan
rasa cintanya kepada Nabi dan mengagungkan hari kelahiran Nabi dengan cara-cara yang terpuji
seperti pada tiap-tiap malam Senin atau malam Jum’at mengadakan jama’ah membaca kitab Al-
Barzanji, sholawat maulud, dan ada pula yang menyediakan tabungan yang berwujud uang hasil
tanaman atau sebagian gajinya untuk kepentingan memperingati kelahiran Nabi Saw.
Perintis Peringatan Maulid Nabi
Peringatan Maulud Nabi sudah diadakan oleh kalangan umat Islam sejak pada kurun ketiga atau tiga
ratus tahun setelah hijrah Nabi, yang pada saat itu kondisi umat Islam mulai rusak dalam berbagai
hal.
Tokoh pemerintahan yang pertama kali menyelenggarakan peringatan Maulud Nabi adalah Penguasa
Irbil Raja Mudzaffar Abu said Al Kukburi bin Zainuddin Ali bin Buktikin. Beliau adalah Raja yang
cerdas ahli strategi di bidang pemerintahan, pemurah, alim dan adil. Saat itu pemerintahannya terasa
kurang stabil, rakyatnya mulai banyak meninggalkan syariat agamanya, akhlaqnya mulai rusak, mulai
terjadi banyak kerusuhan-kerusuhan dan kemaksiatan- kemaksiatan.
Raja Mudzaffar berinisiatif menyelenggarakan peringatan Maulid nabi setiap bulan Robi’ul Awal
secara besar-besaran, dengan mengumpulakan semua masyarakat dari tokoh-tokohnya sampai
rakyat kecil. Pada peringatan Maulid itu disampaikan penjelasan tentang sejarah dan perjuangan,
serta keteladanan Nabi Muhammad SAW sejak lahir sampai wafatnya. Seorang ulama’ besar Syekh
Al Hafidz Ibnu Dahyah yang mengarang kitab tentang sejarah Nabi yang diberi nama At-Tanwir fi
Maulidil Basyir An-Nadzir, diberi hadiah oleh Raja 1000 dinar.
Setelah diadakan peringatan Maulid Nabi SAW tersebut, pemerintahan kembali stabil, semangat
pengamalan agamanya makin baik, negaranya aman, tentram dan bertambah makmur. Sesuai dengan
Firman Allah SWT :
ﻭَﻟَﻮْ ﺍَﻥَّ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟْﻘُﺮَﻯ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﻭَﺍﺗَّﻘَﻮْﺍ ﻟَﻔَﺘَﺤْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺑَﺮَﻛَﺎﺕٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻷَﺭْﺽِ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻛَﺬَّﺑُﻮْﺍ ﻓَﺄَﺧَﺬْﻧَﺎﻫُﻢْ ﺑِﻤَﺎﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮْﻥَ.
) ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ : ٩٥ )
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami (Allah) akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS : Al A’raf :96).
Anjuran memperingati Maulid Nabi
Anjuran supaya memperingati Maulid Nabi sudah diisyaratkan oleh Allah SWT, dan oleh nabi sendiri.
Firman Allah surat Al A’rof : 157 :
ﻓَﺎﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺑِﻪِ ﻭَﻋَﺰَّﺭُﻭْﻩُ ﻭَﻧَﺼَﺮُﻭْﻩُ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﺍ ﺍﻟﻨُّﻮْﺭَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻣَﻌَﻪُ ﻭَﺍُﻭﻟﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍْﻟﻤُﻔْﻠِﺤُﻮْﻥَ . ) ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ : ١٥٧ )
Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Muhammad) memulyakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang
yang beruntung. (QS. Al A’rof :157)
Termasuk orang-orang yang memulyakan (dalam ayat ini) adalah orang-orang yang memperingati
Maulid Nabi SAW, yang membaca Barzanji, Marhaban, Burdah, syair-syair dan qosidah-qosidah dan
pengajian-pengajian, kalau dimaksudkan untuk memulyakan Nabi, maka akan mendapat pahala yang
banyak dan akan beruntung.
Nabi Muhammad saw juga sudah memberikan isyarat tentang perlunya memperingati kelahiran Nabi
sebagaimana hadis riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Qotadah Al Anshory r.a :
ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻌﻢ ﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺻَﻮْﻡِ ﺍْﻹِﺛْﻨَﻴْﻦِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻓِﻴْﻪِ ﻭُﻟِﺪْﺕُ ﻭَﻓِﻴْﻪِ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻋَﻠَﻲَّ . ) ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ )
“Sesungguhnya Rosulullah saw ditanya seorang sahabat tentang puasa hari Senin, maka beliau
menjawab, sebab di hari Senin itu hari kelahiranku, dan wahyu diturunkan kepadaku”. ( HR. Muslim).
Dari hadis ini Nabi sendiri juga memulyakan hari kelahirannya, dengan berpuasa (amal yang baik).
Beberapa pendapat tentang memperingati Maulid Nabi saw.
Di kalangan umat Islam ada beberapa pemahaman tentang memperingati Maulid nabi saw :
1. Golongan yang terbesar, yaitu yang merayakan Maulid Nabi setiap bulan Robi’ul Awwal, bahkan di
bulan-bulan yang lain atau tiap-tiap malam Senin atau Jum’at dengan membaca Barzanji, membaca
Marhaban dan kitab-kitab Maulid lainnya, sebagaimana yang biasa diamalkan umat Islam sejak
dahulu. Golongan ini ada yang hanya membaca Barzanji saja, atau ada pula yang diteruskan dengan
pengajian atau ceramah tentang riwayat dan perjuangan Nabi. Semua itu dengan maksud untuk
melahirkan kecintaannya kepada nabi Muhammad saw.
2. Golongan umat Islam yang nerayakan maulid nabi tiap Bulan Robiul Awal, tetapi tidak dengan
membaca Barzanji, tidak membaca Marhaban, atau kitab-kitab Maulid lainnya, karena dianggap tidak
ada tuntunannya.
3. Golongan yang ekstrim, yaitu tidak mau merayakan peringatan maulid Nabi sama sekali, karena
hal itu dianggap bid’ah yang harus ditinggalkan.
Ini dalil-dalil Tawwasul-Ziaroh kubur....
Tawwasul-Ziaroh kubur....
ﻭﺭﻭﻯ ﺍﻟﻘﺸﻴﺮﻱ ﻋﻦ ﻣﻌﺮﻭﻑ ﺍﻟﻜﺮﺧﻲ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻟﺘﻼﻣﻴﺬﻩ : ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻜﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺣﺎﺟﺔ ﻓﺎﻗﺴﻤﻮﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻲ ﻓﺈﻧﻲ
ﺍﻟﻮﺍﺳﻄﺔ ﺑﻴﻨﻜﻢ ﻭﺑﻴﻨﻪ ﻭﺫﻟﻚ ﺑﺤﻜﻢ ﺍﻟﻮﺭﺍﺛﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
Imam Qusyairi meriwayatkan dari Ma'ruf Al-karkhi , bahwsanya beliau berkata kpd murid2 beliau:
jika kalian ada hajat kepada Allah, maka tawassullah kpd ku, sesungguhnya Aku akan memperantarai
antara kalian dgn Allah dan cara itu lah yg telah di wariskan Nabi kita Al-mushhofa.
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﻀﺎﻋﻲ : ﺇﻥ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﺑﺎﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻣﻮﺟﺒﺎﺕ ﺗﻨﺰﻝ ﺍﻟﺮﺣﻤﺎﺕ ﻭﺳﺮﻋﺔ ﻗﻀﺎﺀ ﺍﻟﺤﻮﺍﺋﺞ
Imam Qodha'i mengatakan . Sesungguhnya bertawassul dgn Nabi muhammad dari penyebab pastinya
turun Rohmat dan mencepatkan dlm mendapatkan hajat.
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﻮﻱ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻲ : ﺇﻥ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﺑﺄﻛﺎﺑﺮ ﺍﻟﻤﻘﺮﺑﻴﻦ ﻣﻦ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻔﺎﺗﻴﺢ ﺍﻟﻔﺮﺝ ﻭﻣﻦ ﻣﻮﺟﺒﺎﺕ ﺭﺿﻲ
ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ
Sayyid Muhammad bin Alwy Al-maliki berkata. bahwsanya tawassul dgn para npNabi, Syuhada ,
wali2 yg dekat dgn Allah, dari sebagian besar pembuka kesusahan dan penyebab pasti datangnya
ridlo Allah.
ﻭﻗﺎﻝ ﺃﻳﻀﺎ : ﺇﻥ ﺍﻟﺘﻮﺟﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻧﺪﺍﺀﻩ ﺑﻘﻮﻟﻪ : ﻳﺎ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ " ﻭﺍﻻﺳﺘﻨﺠﺎﺩ ﺑﻪ ﻟﻴﺲ ﺷﺮﻛﺎ ﻭﻻ ﺣﺮﺍﻣﺎ ﻭﻻ ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ ﻭﻻ ﺧﻼﻑ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﺑﻞ ﺫﻟﻚ
ﺃﻓﻀﻞ ﻓﻲ ﺍﻷﺩﺏ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺑﻮﺑﻴﺔ ﻭﺃﺷﺪ ﺍﺟﺘﻼﺑﺎ ﻟﻠﺮﺣﻤﺔ ﻭﺍﺳﺘﻨﺰﺍﻻ ﻟﻠﻘﺒﻮﻝ ﻭﺃﻗﻮﻯ ﻣﻈﻨﺔ ﺑﺎﻹﺟﺎﺑﺔ ﻭﺃﺩﻧﻰ ﻟﻠﺮﺷﺪ ﻭﺃﺑﻌﺪ ﻣﻦ
ﺍﻟﺮﺩ ﻭﺍﻟﺤﺮﻣﺎﻥ
Dan Sayyid Muhammad mengatakan lagi. Sesungguhnya tawajjuh kpd Rasulullah dan memanggl
beliau "ya sayyiduna muhammad" dan meminta tolong kpd beliau,itu bukan syirik,bkn haram,bkn
makruh bkn jg khilaful aula (sahabat,tabi'in dan salaf2),tetapi itu bahkan paling afdhol adab kpd
tuhan,dan paling kuat mendapat rahmat,dan plng cepat kabul,dan plng kuat sangkaan dgn
dkabulkan,lbh dekat kpd dterima,dan jauh dari penolakan dan tegahan
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻜﻮﺛﺮﻱ : ﻻ ﺑﺪ ﻷﻫﻞ ﺍﻟﺴﻠﻮﻙ ﻭﺍﻟﺮﺷﺎﺩ
ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻮﺳﻞ ﻭﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﻭﺍﻻﺳﺘﻤﺪﺍﺩ ﺑﺄﺭﻭﺍﺡ ﺍﻟﺠﻠﻴﺔ ﻭﺍﻟﺴﺎﺩﺓ ﺍﻷﻣﺠﺎﺩ، ﺇﺫ ﻫﻢ ﺍﻟﻤﺎﻟﻚ ﻷﺯﻣﺔ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻓﻲ ﻧﻴﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ
Imam kautsari mengatakan: tdk boleh tdk untk orangyg suluk dan orang pintar agar
bertawassul,minta tolong kpd arwah2 yg mulia,dan para imam2 yg mulia,krn mereka itu perantara
bagi semua perkara2 penting,pd sampainya yg dkehendaki itu
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺘﻘﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺴﺒﻜﻲ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺍﻷﺷﻌﺮﻱ ﻭﻣﻦ ﺗﺒﻌﻪ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﻣﻨﻬﻢ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﻟﺴﻤﻬﻮﺩﻱ ﻭﺍﻟﺴﻴﻮﻃﻲ
ﻭﺍﻟﻘﺴﻄﻼﻧﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺍﻟﻬﻴﺘﻤﻲ ﻭﺍﻟﺰﺭﻗﺎﻧﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﺟﺮﺟﻴﺲ ﺍﻟﺤﻨﻔﻲ ﺍﻟﻌﺮﺍﻗﻲ ﻭﺍﻟﺸﻴﺦ ﺃﺣﻤﺪ ﺯﻳﻨﻲ ﺩﺣﻼﻥ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ
ﻳﻮﺳﻒ ﺍﻟﻨﺒﻬﺎﻧﻲ : ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﻫﻲ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﻐﻮﺙ ،ﻓﺎﻟﻤﺴﺘﻐﻴﺚ ﻳﻄﻠﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺘﻐﺎﺙ ﺑﻪ ﺃﻥ ﻳﺤﺼﻞ ﻟﻪ ﺍﻟﻐﻮﺙ
ﻣﻨﻪ ، ﻓﻸ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻌﺒﺮ ﺑﻠﻔﻆ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﻮﺳﻞ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﺸﻔﻴﻊ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﻮﺟﻪ
ﻷﻧﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺎﻩ ﻭﻣﻌﻨﺎﻩ ﻋﻠﻮ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻭﺍﻟﻤﻨﺰﻟﺔ ﻭﻗﺪ ﻳﺘﻮﺳﻞ ﺑﺼﺎﺣﺐ ﺍﻟﺠﺎﻩ ﺇﻟﻰ ﻣﻦ ﻫﻮ ﺃﻋﻠﻰ ﻣﻨﻪ
Imam subki ,imam samhudi,imam sayuti,imam qastalani,imam ibnu hajar,imam zarkani, dan yg sy tls
diatas berpendapat bhw tdk ada perbedaan makna pd beberapa kalimat "tawassul,istigotsah,tawajjuh"
ﻭﻗﺎﻝ ﻗﻄﺐ ﺍﻹﺭﺷﺎﺩ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻠﻮﻱ ﺍﻟﺤﺪﺍﺩ : ﺍﻟﻮﻟﻲ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻋﺘﻨﺎﺅﻩ ﺑﻘﺮﺍﺑﺘﻪ ﻭﺍﻟﻼﺋﺬﻳﻦ ﺑﻪ ﺑﻌﺪ ﻣﻮﺗﻪ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ
ﺍﻋﺘﻨﺎﺋﻪ ﺑﻬﻢ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻪ، ﻷﻧﻪ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﻣﺸﻐﻮﻻ ﺑﺎﻟﺘﻜﻠﻴﻒ ﻭﺑﻌﺪ ﻣﻮﺗﻪ ﻃﺮﺡ ﻋﻨﻪ ﺍﻷﻋﺒﺎﺀ ﻭﺗﺠﺮﺩ
Wali qutub habib abdullah alhaddad berkata: bermula wali itu,keadaan pertolonganx dgn orang2
terdekatnya stlh wafatnya,lbh kuat dari pertolonganx wkt hidupnya,krn wkt hidupnya keadaanx sibuk
dgn taklif syariat agama,dan stlh wafat,maka hilanglah darinya taklif itu,
ﻓﻬﻢ ﺃﺣﻴﺎﺀ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻮﻟﻲ ﺣﻴﺎ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻔﻘﺪ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﻪ ﻭﻋﻘﻠﻪ ﻭﻗﻮﺍﻩ ﺍﻟﺮﻭﺣﺎﻧﻴﺔ ﺑﻞ
ﺗﺰﺩﺍﺩ ﺃﺭﻭﺍﺣﻬﻢ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺑﺼﻴﺮﺓ ﻭﻋﻠﻤﺎ ﻭﺣﻴﺎﺓ ﺭﻭﺣﺎﻧﻴﺔ ﻭﺗﻮﺟﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ، ﻓﺈﺫﺍ ﺗﻮﺟﻬﺖ ﺃﺭﻭﺍﺣﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
ﻓﻲ ﺷﻲﺀ ﻗﻀﺎﻩ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺃﺟﺮﺍﻩ ﺇﻛﺮﺍﻣﺎ ﻟﻬﻢ
ﻓﺄﻫﻞ ﺍﻟﺒﺮﺯﺥ ﻣﻦ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ ﻓﻲ ﺣﻀﺮﺓ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻤﻦ ﺗﻮﺟﻪ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﺗﻮﺳﻞ ﺑﻬﻢ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻳﺘﻮﺟﻬﻮﻥ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ
ﺣﺼﻮﻝ ﻣﻄﻠﻮﺑﻪ
Mereka hidup dalam kubur mereka,keadaan mereka hdp dalam kuburnya itu tdk mengurangi sdkt pun
dari ilmunya,aqalnya,dan kekuatan rohnya,bahkan bertambah kuat penglihatan,ilmu,dan roh
mereka,hal mereka slalu tawajjuh kpd Allah,jika mereka tawajjuh kpd Allah meminta sesuatu,maka
lgsg Allah qabulkan,dan memberi mereka pahala,krn memuliakan mereka,
Para aulia di alam barzakh mereka berada di hadrat Allah,sangat dekat,maka brangsiapa tawassul
kpd mereka ,maka mereka akan menyampaikan nya kpd Allah untk dterima permintaan nya,
ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻤﻮﺍﻫﺐ : ﻭﻣﻌﻠﻮﻡ ﺃﻥ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ ﺃﺣﻴﺎﺀ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻨﻘﻠﻮﻥ ﻣﻦ ﺩﺍﺭ ﺇﻟﻰ ﺩﺍﺭ
Abul mawahib mengatakan: sdh dketahui bhw para wali itu hidup dalam kubur mereka,hanya sanya
mereka brpindah dari negri ke negri lain
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻔﺨﺮ ﺍﻟﺮﺍﺯﻱ : ﺇﻥ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻨﻔﻮﺱ ﻟﻤﺎ ﻓﺎﺭﻗﺖ ﺃﺑﺪﺍﻧﻬﺎ ﻓﻘﺪ ﺯﺍﻝ ﺍﻟﻐﻄﺎﺀ ﻭﺍﻟﻮﻃﺎﺀ ﻭﺍﻧﻜﺸﻒ ﻟﻬﺎ ﻋﺎﻟﻢ ﺍﻟﻐﻴﺐ
Imam fakhrurrazi mengatakan: sesungguhnya itu roh2,manakala memisahi badan nya,maka hlng lah
kesusahan dan terbukalah alam gaib untk nya,
KEDAHSYATAN UCAPAN "INSYA ALLAH"
Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh An-Nadhar bin Al-Harits dan `Uqbah bin Ani Mu’ith sebagai utusan kaum kafir Quraisy. Pertanyaan yang diajukan oleh kedua orang ini adalah : “Bagaimana kisah Ashabul Kahfi ?” “Bagaimana kisah Dzul Qarnain ?” dan “Apa yang dimaksud dengan Ruh?”
Rasulullah SAW bersabda kepada dua orang itu “besok akan saya ceritakan dan saya jawab.” Akan tetapi Rasulullah SAW lupa mengucapkan “Insya Allah”. Akibatnya wahyu yang datang setiap kali beliau menghadapi masalah terputus selama 15 hari.
Sedangkan orang Quraisy setiap hari selalu menagih janji kepada Rasulullah SAW dan berkata “Mana ceritanya? besok..besok..besok..” ketika itu Rasulullah SAW sangat bersedih. Akhirnya Allah menurunkan Wahyu Surat Al-Kahfi yang berisi jawaban kedua pertanyaan pertama, pertanyaan ketiga berada dalam surat Al-Israa ayat 85.
Allah berfirman pada akhir surat Al-Kahfii :
“Janganlah kamu sekali-kali mengatakan, “Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok.”‘ kecuali dengan mengatakan “Insya Allah.” (QS Al-Kahfi :23-24)
Kisah tentang Nabi Sulaiman AS:
Nabi Sulaiman AS dahulu pernah lupa mengatakan “Insya Allah” saat mengatakan, “Malam ini aku akan menyetubuhi 60 atau 70 istriku sehingga mereka hamil. Lalu, setiap istriku melahirkan seorang anak lelaki yang akan menjadi mujahid penunggang kuda fisabilillah.” maka ia pun gagal memiliki anak (Kisah Nabi Sulaiman ini terabadikan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Ketika malam itu beliau memang menyetubuhi 60 atau 70 istrinya, tetapi yang hamil hanya salah satu diantara istrinya. Bahkan anak yang dilahirkannya pun dalam keadaan tidak sempurna fisiknya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda : “Kalau saja Nabi Sulaiman AS mengucapkan Insya Allah, niscaya mereka akan berjihad di jalan Allah sebagai penunggang kuda semuanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kisah tentang Ya’juj Ma’juj:
Di antara bangsa-bangsa manusia, tidak ada bangsa yang sekuat ya’juj ma’juj, sekejam ya’juj ma’juj, dan sebanyak ya’juj ma’juj. Namun tidak disangka, bahwa kelak yang membebaskan mereka dari tembok kokoh dzilqarnain adalah kalimat ‘Insya Allah’.
“Mereka (Ya’juj & Ma’juj) berusaha untuk keluar dengan berbagai cara dari dalam gua, hingga sampai saat matahari akan terbenam mereka telah dapat membuat sebuah lobang kecil untuk keluar. Lalu pemimpinnya berkata, “Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita pasti bisa keluar dari sini.” Namun keesokkan harinya lubang kecil itu sudah tertutup kembali seperti sedia kala atas kehendak Allah. Mereka pun bingung tetapi mereka bekerja kembali untuk membuat lubang untuk keluar. Demikian kejadian tersebut terjadi berulang-ulang hingga kelak menjelang Kiamat, di akhir sore setelah membuat lubang kecil pemimpin mereka tanpa sengaja berkata, “Insya Allah, Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita bisa keluar dari sini.” Maka keesokan paginya lubang kecil itu ternyata masih tetap ada, kemudian terbukalah dinding tersebut sekaligus kegaibannya dari penglihatan masyarakat luar sebelumnya. Dan Kaum Ya’juj dan Ma’juj yang selama bertahun-tahun terkurung telah berkembang pesat jumlahnya akan turun bagaikan air bah memuaskan nafsu makan dan minumnya di segala tempat yang dapat mereka jangkau di bumi.”
Jika kaum perusak sekelas ya’juj dan ma’juj saja bisa berhasil meskipun tanpa sengaja mengucapkan Insya Allah, bagaimanakah halnya dengan kita umat Islam ? apalagi jika disertai dengan kesadaran dan penuh kepastian mengucapkannya ?? Yakinlah…….Janji Allah SWT selalu benar, Dia lah sebaik baik penepat Janji.
Sebuah kalimat yang sering kita sepelekan dan kita salah artikan tetapi orang yang paling mulia disisi Nya, yang telah diampuni dosanya baik yang telah lalu dan yang akan datang pun ditegur oleh Allah SWT karena lupa mengucapkan Insya Allah. Ada rahasia besar apa dibalik kalimat Insya Allah ?
Perhatikan petikan ayat diatas, di ayat tersebut Allah memerintahkan manusia ketika semua rencana sudah matang dan pasti janganlah mengatakan “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok.” tetapi harus diikuti dengan ucapan Insya Allah.
Sebab ucapan “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok” adalah sebuah UCAPAN KEPASTIAN, keyakinan diri jika hal itu benar benar akan dilakukannya, BUKAN KERAGU-RAGUAN.
Benar…. Insya Allah adalah penegas ucapan kepastian dan keyakinan. Bukan keragu-raguan. Dari situlah tubuh kita mengeluarkan semacam kekuatan dan kepasrahan total yang tidak kita sadari sebagai syarat utama tercapainya sebuah keberhasilan.
Manusia hanya berencana dan berikhtiar, Allah yang menentukan hasilnya. Manusia terlalu lemah untuk mengucapkan ‘pasti’, karena Allah sebagai sang pemilik tubuh ini dapat berkehendak lain.
Ingat baik baik !! Jika kalian tidak yakin atau tidak dapat memastikan sebuah rencana, maka jangan pernah mengatakan Insya Allah, cukup katakan saja “Maaf, saya tidak bisa” atau “Maaf, saya tidak dapat menghadiri…”. (begitulah cara Allah membentuk mental tangguh generasi Pilih tanding)
Tetapi Bila pembaca blog ini yakin bisa melakukan rencana itu, maka katakanlah “Insya Allah”, niscaya kalian akan melihat sebuah ketentuan Allah sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh-Nya.
Jalan Menuju Ma’rifah
.
Ibrahim Ibn Adham adalah seorang sufi terkenal pada abad 3 Hijriah. Suatu hari dia pernah
didatangi oleh beberapa orang tetamu yang soleh.
“Tuan-tuan Syeikh yang sangat saya hormati!, bimbinglah aku hingga dapat takut kepada Allah
seperti kalian takut kepada-Nya.” Kata Ibrahim bin Adham.
Mereka menjawab: “Wahai Ibrahim bin Adham, ada tujuh perkara yang harus kau ingat dan kau
amalkan dalam usahamu mendekatkan diri kepada Allah.
Pertama: Jangan berharap dapat memperoleh hati yang terjaga, jika anda banyak bicara tanpa
manfaat.
Kedua: Jangan berharap memperoleh ilmu dan hikmah, jika anda banyak makan.
Ketiga: Jangan berharap akan memperoleh manisnya rasa ibadah, jika anda banyak
menghabiskan waktu duduk dengan manusia lain.
Keempat: Jangan banyak berharap akan dapat memperoleh khusnul khatimah pada akhir hayat,
jika anda terlalu cinta kepada dunia.
Kelima: Jangan berharap akan memperoleh hati yang sentiasa terjaga, jika anda jahil dalam ilmu
pengetahuan.
Keenam: Jangan berharap akan memperoleh istiqamah dan kemantapan dalam menjalankan
kewajipan agama jika anda memilih bersahabat dengan orang zalim.
Ketujuh: Jangan berharap akan memperoleh redha Allah, jika anda mencari keredhaan manusia.
ARTI SULUK DAN TASAWUF (Imam Ghazaly)
Suluk berarti memperbaiki akhlak, mensucikan amal, dan menjernihkan pengetahuan. Suluk
merupakan aktivitas rutin memakmurkan lahir dan batin. Segenap kesibukan hamba hanya
ditujukan kepada Sang Rabb, bahkan ia selalu disibukkan dengan usaha-usaha menjernihkan hati
sebagai persiapanuntuk sampai kepada-Nya (wusul).
Ada dua perkara yang dapat merusak usaha seorang salik (pelaku suluk), yaitu :
Pertama , mengikuti selera orang-orang yang mengambil aspek-aspek yang ringan dalam
penafsiran dan Kedua, mengikuti orang-orang sesat yang selalu menurut dengan hawa nafsunya.
Barangsiapa yang menyia-siakan waktunya,maka ia termasuk orang bodoh. Dan orang yang
terlalu mengekang diri dengan waktu maka ia termasuk orang lalai. Sementara orang yang
melalaikannya, dia adalah orang-orang lemah.Keinginan seorang hamba untuk melakukan laku
suluk tidak dibenarkan kecuali ketika ia menjadikan Allah Swt. dan Rasul-Nya sebagai pengawas
hatinya. Siang hari ia selalu puasa dan bibirnya pun diam terkatup tanpa bicara, sebab terlalu
berlebihan dalam hal makan, bicara, dan tidur akan mengakibatkan kerasnya hati. Sementara
punggungnya senantiasa terbungkuk rukuk, keningnya pun bersujud, dan matanya sembab
berlinangan air mata. Hatinya selalu dirundung kesedihan (karena kehinaan dirinya dihadirat-
Nya), dan lisannya tiada henti terus berzikir.
Dengan kata simpul, seluruh anggota tubuh seorang hamba disibukkan demi untuk melakukan
suluk. Suluk dalam hal ini adalah segala yang telah dianjurkan oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya
dan meninggalkan apa yang dibenci olehnya. Melekatkan dirinya dengan sifat wara'
meninggalkan segala hawa nafsunya, dan melakukan segala hal yang berkaitan erat dengan
perintah-Nya. Semua itu dilakukan dengan segala kesungguhan hanya karena Allah Swt., bukan
sekadar untuk meraih balasan pahala, dan juga diniatkan untuk ibadah bukan hanya sekadar
ritual kebiasaan. Karena sesungguhnya orang yang Asyiq dengan amaliahnya, tidak lagi
memandang bentuk rupa zahir amalan itu, bahkan jiwanya pun telah menjauh dari syahwat
keduniaan. Maka satu hal yang benar adalah meninggalkan segala bentuk ikhtiar sekaligus
menenangkan diri dalam hilir mudik takdir Tuhan.
Dalam sebuah syair dinyatakan;
Aku ingin menemuinya,
Namun Dia menghendakiku untuk menghindar
Lalu kutanggalkan semua hasratku
Demi apa yang Kaukehendaki
Sirnakan semua makhluk darimu dengan hukum Allah Swt. dan binasakan hawa nafsumu atas
perintah-Nya. Demikian halnya, tanggalkan seluruh hasratmu demi perbuatan-perbuatan-Nya
(af'al). Dengan demikian, maka kau telah mampu menangkap ilmu Allah Swt.
Kebebasanmu dari ketergantungan dengan makhluk ditandai dengan perpisahanmu dengan
mereka, kau tidak akan kembali dengan mereka, dan
kau pun tidak akan menyesali semua yang ada dalam genggaman mereka. Adapun tanda
kebebasanmu dari hawa nafsu adalah dengan tidak memasang harapan yang beriebihan dari
semua usahamu, dan tidak pula bergantung dengan urusan kausalitas untuk meraih sebuah
kemanfaatan ataupun untuk menghindari kebinasaan. Maka kau jangan hanya bergulat dengan
dirimu sendiri, jangan terlalu percaya diri, jangan mencelakan atau membahayakan dirimu
sendiri. Namun, pertama-tama yang harus kau lakukan adalah menyerahkan semuanya pada
Yang Berhak, agar Dia berkenan memberikan kuasa-Nya kepadamu. Seperti kepasrahanmu
kepada-Nya saat kau berada dalam rahim ibumu, atau saat kau masih dalam susuan ibumu.
Sementara, tanggalnya seluruh hasrat iradah-mu. lebur dalam iradah-Nya ditandai dengan tidak
adanya sifat menghendaki dalam dirimu (murid), dalam hal ini kau hanyalah sebagai obyek yang
dikehendaki (murad), bahkan dalam setiap lakumu ada intervensi aktivitas-Nya maka jadilah kau
sebagai obyek yang dikehendaki-Nya. Adapun aktivitas-Nya menempati semua anggota ragamu,
mententramkan jiwa, melapangkan dada, menyinari wajahmu, dan memeriahkan suasana
batinmu. Takdir menjadi nuansa dalam hatimu, azali senantiasa akan menyerumu. Rabb yang
Maha Menguasai mengajarimu dengan ilmu-Nya, menyematkan pakaian untukmu dari cahaya
hulul, dan memposisikanmu pada derajat generasi orang terdahulu di antara para ulama yang
saleh (ulu al-'ilm).
Mi'raj as-Salikin, Imam Al Gazali
Shalawat atas Nabi
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Disaat aku tiba di langit di malam Isra’ Miraj, aku melihat satu malaikat memiliki 1000 tangan, di
setiap tangan ada 1000 jari. Aku melihatnya menghitung jarinya satu persatu. Aku bertanya kepada
Jibril as, pendampingku,
‘Siapa gerangan malaikat itu, dan apa tugasnya?.’
Jibril berkata,
Sesungguhnya dia adalah malaikat yang diberi tugas untuk menghitung tetesan air hujan yang turun
dari langit ke bumi.’
Rasulullah saw bertanya kepada malaikat tadi,
‘Apakah kamu tahu berapa bilangan tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi sejak diciptakan
Adam as?.’
Malaikat itupun berkata,
‘Wahai Rasulullah saw, demi yang telah mengutusmu dengan hak (kebenaran), sesungguhnya aku
mengetahui semua jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi dari mulai diciptakan
Adam as sampai sekarang ini, begitu pula aku mengetahui jumlah tetetas yang turun ke laut, ke darat,
ke hutan rimba, ke gunung-gunung, ke lembah-lembah, ke sungai-sungai, ke sawah-sawah dan ke
tempat yang tidak diketahui manusia.’
Mendengar uraian malaikat tadi, Rasuluullah saw sangat takjub dan bangga atas kecerdasannya
dalam menghitung tetesan air hujan. Kemudian malaikat tadi berkata kepada beliau,
‘Wahai Rasulullah saw, walaupun aku memiliki seribu tangan dan sejuta jari dan diberikan
kepandaian dan keulungan untuk menghitung tetesan air hujan yang yang turun dari langit ke bumi,
tapi aku memiliki kekurangan dan kelemahan.’
Rasulullah saw pun bertanya,
‘Apa kekurangan dan kelemahan kamu?.’
Malaikat itupun menjawab,
‘Kekurangan dan kelemahanku, wahai Rasulullah, jika umatmu berkumpul di satu tempat, mereka
menyebut namamu lalu bershalawat atasmu, pada saat itu aku tidak bisa menghitung berapa
banyaknya pahala yang diberikan Allah kepada mereka atas shalawat yang mereka ucapkan atas
dirimu.’ “
Allahuma shalli a’la sayyidina Muhammadin wa a’la alihi wa shahbihi wa sallim
KISAH NYATA PEMBENCI MAULUD
"Suatu hari Syech Abbas Al-Maliki berada di Baitul Muqaddas Palestina untuk menghadiri peringatan
Maulud Nabi SAW di mana saat itu bershalawat dengan berjamaah. Saat itulah beliau melihat
seorang pria tua beruban yg berdiri dengan khidmat mulai dari awal sampai acara selesai. Kemudian
beliau bertanya kepadanya akan sikapnya itu. Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia gak pernah mau
mengakui acara Maulud Nabi dan ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu adalah Bid'ah Sayyi'ah
(bid'ah yg jelek).
Suatu malam ia mimpi duduk di acara Maulud Nabi bersama sekelompok orang yg
bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi SAW ke mesjid, maka saat Rasulullah SAW tiba,
sekelompok orang itu bangkit dengan berdiri toek menyambut kehadiran Rasulullah SAW. Namun
hanya ia saja seorang diri yg gak mampu bangkit toek berdiri. Lalu Rasullullah SAW berkata
kepadanya: "Kamu gak akan bisa bangkit!" Saat ia bangun dari tidurnya ternyata ia dalam keadaan
duduk dan gak bisa berdiri. Hal ini ia alami selama 1 tahun. Kemudian ia pun bernadzar jika sembuh
dari sakitnya ia akan menghadiri acara Maulud Nabi di mesjid dengan bershalawat.Kemudian Allah
menyembuhkan nya. Ia pun selalu hadir toek memenuhi nadzarnya dan bershalawat dalam acara
Maulud Nabi SAW".[Sumber : Kitab Al-Hady At-Tam fi Mawarid al-Maulid an-Nabawi, hal 50-51,
karya Syech Muhammad Alwi Al-Maliki
Minggu, 17 Februari 2013
Home » Berita Nusantara » MUI (Majelis Ulama Indonesia) : Tarekat At-Tijaniyah Tidak Sesat Tapi Sah dan Mu'tabarah
MUI (Majelis Ulama Indonesia) : Tarekat At-Tijaniyah Tidak Sesat Tapi Sah dan Mu'tabarah
MADINATULIMAN.COM - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi menyatakan Thoriqoh At Tijaniyah tidak sesat. Pernyataan ini disampaikan terkait maraknya pemberitaan menyangkut Thoriqoh At Tijaniyah akhir-akhir ini.
Hal tersebut meyangkut keberadaan aliran sesat pimpinan Sumarna di Kampung Cisalopa, Desa Bojong Tipar, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi yang mengaku merupakan pengikut Thoriqoh At Tijaniyah.
Padahal, kelompok Sumarna meniadakan shalat Subuh dan Jumat serta meramal akan terjadi kiamat pada bulan Ramadhan 1433 Hijriah lalu. "Kami tegaskan At Tijaniyah tidak sesat," ujar Ketua MUI Kabupaten Sukabumi, KH Jejen Zainal Abidin.
Thoriqoh Tijaniyah telah diputuskan muktabarah dan sah karena ajarannya memegang teguh syariat Islam. Namun yang dinyatakan sesat adalah kelompok yang dipimpin Sumarna yang berada di Desa Bojong Tipar, Kecamatan Jampang Tengah.
Aliran yang dipimpin Sumarna tersebut ditetapkan sebagai aliran sesat dan menyesatkan karena telah merubah Rukun Islam pada awal Juli 2012 lalu. []
http://www.republika.co.id/berita/nasional/nusantara-nasional/12/08/22/m95l0i-mui-kelompok-sumarna-yang-sesat-bukan-tarekat-at-tijaniyah
Rabu, 06 Februari 2013
Syaikhul Akbar Ibnu Araby dalam kitab Futuhatul Makkiyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan
kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya
terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut :
1. Wali Aqthab atau Wali Quthub
Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya
hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.
2. Wali Aimmah
Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang
dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya
bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.
3. Wali Autad
Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing
menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kakbah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga
wanita. Mereka bergelar Abdul Haiyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid.
4. Wali Abdal
Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka
menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim.
Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat
dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah.
Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid
bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau
kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar,
tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.
5. Wali Nuqoba’
Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum
syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan
iblis. Jika Wali Nuqoba’ melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui
apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.
6. Wali Nujaba’
Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.
7. Wali Hawariyyun
Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik
dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair bin
Awam. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan
ketekunan dalam beribadah.
8. Wali Rajabiyyun
Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka
sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali
Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa
berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak.
Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya
perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.Berbagai
rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan
Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara.Apabila bulan Rajab berakhir,
bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang
pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.
9. Wali Khatam
Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas
menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammd,saw.
derajat Wali yang disandang sesorang itu adalah merupakan anugrah dari Alloh yang telah dicapai
seorang hamba dalam mencari Hakekat Alloh ( Aripbillah). Bahkan ibadahnya seorang wali itu lebih
utama dibandingkan dengan ibadahnya seorang Ulama yang A’lim.Kenapa demikian ? seorang Wali
telah mencapai hakekat Alloh sedangkan seorang ulama baru tahap mencari jalan untuk mencapai
hakekat Alloh. wali dapat diketahui dengan wali yang lain ada juga seseorang yang menjadi wali
Alloh tapi dirinya tidak tahu bahwa dia seorang Wali. Wallulloh a’lam.
Langganan:
Postingan (Atom)