Minggu, 24 Februari 2013

Pendapat Para Imam dan Muhaddits Tentang Perayaan Maulid (yg tidak setuju maulid intinya merasa lebih pintar ) mohon disebarkan sebanyak banyak nya, salah satu bukti kita mencinta rasulullah saw, 1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah : Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “Kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG-ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164) 2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah : Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300, dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman-teman dan saudara-saudara, menjamu dengan makanan-makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”. 3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) : Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi saw. 4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif : Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari hadits no.4813). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh-sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya. 5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy : Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab. 6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah berkata “tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”. 7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : “ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw” 8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah dengan karangan maulidnya yang terkenal “al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, “Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”. 9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: “Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”. 10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dihyah alkalbi dengan karangan maulidnya yg bernama “Attanwir fi maulid basyir an nadzir”. 11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri dengan maulidnya “urfu at ta’rif bi maulid assyarif” 12. Imam al Hafidh Ibn Katsir yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama : “maulid ibn katsir” 13. Imam Al Hafidh Al ‘Iraqy dengan maulidnya “maurid al hana fi maulid assana” 14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi. 15. Imam assyakhawiy dengan maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi 16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi dengan maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah 17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yang terkenal dengan ibn diba’ dengan maulidnya addiba’i 18. Imam ibn hajar al haitsami dengan maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid sayid waladu adam 19. Imam Ibrahim Baajuri mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dengan nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar 20. Al Allamah Ali Al Qari’ dengan maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi 21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji dengan maulidnya yang terkenal maulid barzanji 23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani dengan maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad Namun memang setiap kebaikan dan kebangkitan semangat muslimin mestilah ada yg menentangnya, dan hal yg lebih menyakitkan adalah justru penentangan itu bukan dari kalangan kuffar, tapi dari kalangan muslimin sendiri, mereka tak suka Nabi saw dicintai dan dimuliakan, padahal para sahabat radhiyallahu’anhum sangat memuliakan Nabi saw, Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim hadits no.2069). seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul saw datang kerumah orang itu dan bertanya : “dimana tempat yg kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga dijadikan musholla (Shahih Bukhari hadits no.1130). Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), “Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra”, maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328). Dihadapan Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yg sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”. Dan masih banyak riwayat shahih lainnya tentang takdhim dan pengagungan sahabat pada Rasulullah saw, namun justru hal itu ditentang oleh kelompok baru di akhir zaman ini, mereka menganggap hal hal semacam itu adalah kultus, ini hanya sebab kedangkalan pemahaman syariah mereka, dan kebutaan atas ilmu kemurnian tauhid. Maka marilah kita sambut kedatangan Bulan Kebangkitan Cinta Muslimin pada Nabi saw ini dengan semangat juang untuk turut berperan serta dalam Panji Dakwah, jadikan medan ini benar benar sebagai ajang perjuangan kita untuk menerangi wilayah kita, masyarakat kita, masjid kita, musholla kita, rumah rumah kita, dengan cahaya Kebangkitan Sunnah, Cahaya Semangat Hijrah, kemuliaan kelahiran Nabi saw yg mengawali seluruh kemuliaan islam, dan wafatnya Nabi saw yg mengawali semangat pertama setelah wafatnya beliau saw. Saudara saudarku, kelompok anti maulid semakin gencar berusaha menghalangi tegaknya panji dakwah, maka kalian jangan mundur dan berdiam diri, bela Nabimu saw, bela idolamu saw, tunjukkan akidah sucimu dan semangat juangmu, bukan hanya mereka yg memiliki semangat juang dan mengotori masji masjid ahlussunnah dengan pencacian dg memfitnah kita adalah kaum musyrik karena mengkultuskan Nabi, Saudaraku bangkitlah, karena bila kau berdiam diri maka kau turut bertanggung jawab pula atas kesesatan mereka, padahal mereka saudara saudara kita, mereka teman kita, mereka keluarga kita, maka bangkitlah untuk memperbaiki keadaan mereka, bukan dengan pedang dan pertikaian, sungguh kekerasan hanya akan membuka fitnah lebih besar, namun dg semangat dan gigih untuk menegakkan kebenaran, mengobati fitnah yg merasuki muslimin muslimat.. Nah saudara saudaraku, para pembela Rasulullah saw.. jadikan 12 Rabiul awwal adalah sumpah setiamu pada Nabimu Muhammad saw, Sumpah Cintamu pada Rasulullah saw, dan Sumpah Pembelaanmu pada Habibullah Muhammad saw.

Kamis, 21 Februari 2013

Keutamaan Shalawat al-Fatih (Mutiara Yang Tak Ada Tandingannya) اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ . Artinya: “Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad yang membuka apa yang tertutup dan yang menutupi apa-apa yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.” Keutamaan shalawat al-Fatih disebutkan dalam nazham al-Yaqutah al-Faridah: وفضل فريدة على كل صيغة كفضل سُرى القطا على دب نَملة Keutamaan shalawat al-Fatih yang terkenal dengan sebutan al-Yaqutah al-Faridah atas redaksi shalawat lainnya seperti lebih hebatnya burung Qatha berjalan di waktu malam dibandingkan dengan rayapan semut. فما صيغة من الصلاة على النبي تقاربـها في وصلة ومثوبـة Tidak ada bentuk shalawat kepada Nabi yang membandinginya untuk seseorang bisa wushul kepada Allah dan mendapat pahala. فما حد فضلها ولا قيس في الـحجا اذ الفضل من ورا العقول السليمة Keutamaannya tidak bisa dibatasi dan tidak bisa dianalogikan oleh akal. Karena keutamaan yang Allah berikan tidak bisa dipikirkan akal cerdas manusia. وكم صيغ لـها تفوق خرائدا وان شئتها فسل حُـماة الطريقة Shalawat al-Fatih memiliki banyak bentuk redaksi yang lebih mahal dari mutiara berharga. Jika engkau menginginkannya, maka bertanyalah kepada pelindung thariqah. بها انطوت الفلا بأسرع لَمحـة بِها تسبق العرجاء كل صحيحة Keutamaannya dapat melipat tempat yang luas dengan sekejap mata. Dengan membaca shalawat al-Fatih orang yang pincang dapat mendahului berlarinya orang yang sehat. وكم من غنيمة تحاز بذكرها ولا سـيما في الليل بعـد عتيمة Banyak keberuntungan yang dapat diraih dengan membaca shalawat al-Fatih. Terutama apabila dibaca pada malam hari selepas shalalat isya. فتعـدل منها مرة خَمسمائة نَهارية منها لضعف الْمـثوبـة Keutamaan satu kali membacanya di waktu malam seperti 500 kali membacanya di waktu siang lantaran pahala menjadi berlipat ganda. وكم من قصور في جـوار مُحمد وحور حسان والْجـواري وغلمة Banyaknya istana dan berdampingan dengan Nabi Muhammad serta para bidadari yang cantik dan pelayan-pelayan dari wanita dan pria. وكم حجج وعمـرة مع غـزوة وكم من مئين من الـوف عديدة Mendapat pahala haji, umrah dan berperang ratusan dan puluhan kali. واربعمائة سنـــون تكفــر بِمائة مــــرة بليلة جُمعة Seandainya seseorang melakukan dosa sebanyak 400 tahun, maka dosa itu akan diampuni oleh Allah dengan sebab membaca shalawat al-Fatih sebanyak 100 kali pada malam jum’at. لَها من مــراتب ثَمان فبعضها سليل سـعيد باح مـنها بنقطة Keutamaannya memiliki 8 martabat sebagiannya telah diungkap oleh putra said yang bernama Syaikh Umar Ibn Said al-Futiy dengan satu titik. ومنها بـكل مرة سـتمائة من الف صلاة الملأك الانس جِنة Diantaranya: membaca shalawat al-Fatih satu kali sama dengan 600 kali dari ribuan shalawat para malaikat, manusia dan jin. من اول خلقهم الى وقت ذكرها باذن تِجانـي ولـو بوسيطة Dari awal mereka diciptakan sampai waktu shalawat al-fatih diucapkan. Dengan adanya izin dari Sayid Ahmad al-Tijaniy sekalipun dengan perantara. وكم من تضائف لأولى وثانية وثالثة وهـكذا لــلأخيرة Banyak sekali pelipat gandaan pahala dalam membaca shalawat al-Fatih yang pertama, kedua sampai seterusnya. ومنها ضعاف ذكر كل العوالِم بسـتة الآف وغفـران زلـة Pahala yang berlipat sebanding dengan dzikir yang dilakukan oleh makhluk di alam ini dengan 6000 kali lipat dan mendapat ampunan dari segala dosa. فلا تتركن شـاذة من ذنـوبنا ولا فاذة منها لعظم الْمــزية Oleh sebab itu janganlah engkau tinggalkan, lantaran membacanya menghilangkan dosa-dosa kita dan mendapat keutamaan tersendiri dari yang lainnya. وموت على الاسلام افضل نعمة اذا دُمْتَ منها مــرة للمَنِية Wafat dalam agama islam yang merupakan ni’mat tertinggi, apabila engkau melazimi shalawat al-Fatih setiap hari satu kali sampai kematian menjemput. ولا بد من اذن صحيح من احمدا ولـو بوسـائط لنيل الفضيلة Syarathnya adalah mendapat izin dari sayid Ahmad al-Tijaniy sekalipun melalui perantara agar mendapat keutamaannya. مع الاعتقاد انها في صحيفة من النور انزلت بأقـــلام قدرة Disertai keyakinan bahwa shalawat al-Fatih itu datang berupa lembaran dari cahaya yang turun dengan kalamullah وعد الرماح عشرةً من شروطها وقال بكتمها ســوى عن خُويصة Pengarang kitab Rimah Hizb al-Rahim menyebutkan 10 persyaratan. Beliau mengatakan 10 syarat tersebut tidak diketahui kecuali oleh orang-orang khusus. واما ثوابـها العميم فحـاصل لسـائر خلق الله دون شـريطة Pahalanya meratai bagi seluruh ciptaan Allah tanpa 10 syarat. وعن سيدي البكري من عنه انزلت فـداء من الْجـحيم منها بِمَرة Diriwayatkan dari sayid al-Bakriy bahwa shalawat al-fatih diturunkan sebagai tebusan dari neraka jahim sekalipun dibaca sekali. فـوالله ما رأيت ذكـرا مقاربا لـها بعد رُتبة الاسامي العظيمة Demi Allah, aku tidak pernah melihat satu dzikir yang mendekatkan diri kepada Allah yang memiliki tingkatan yang agung seperti shalawat al-Fatih. فلا تفتـرن عنها فتندم في غـدٍ نـدامة كُسْعِي وصاحـب بَتة Janganlah engkau melalaikannya sehingga menyesal dikemudian hari seperti penyesalan seorang yang bernama kusaiy dan seperti orang yang menetapkan keputusannya (al-farazdaq). فعَض عليها بالنـواجـذ سرمدا فتسموا على اقـطاب كل وسيلة Peganglah sekuat-kuatnya dengan gigi gerahammu selamanya, maka engkau akan mendapat derajat menjadi Aqthab dengan segala wasilah. فـلا تعدلـن عنها الى اي صيغة اذا كنت يا أخي من اصحاب نُهية Janganlah engkau pindah kepada bentuk shalawat lainnya, apabila engkau termasuk orang yang cerdas. حوت سر كل صيغة في العوالـم وزادت بأسـرار وأشيا عـزيزة Di dalam shalawat al-Fatih telah mencakup setiap bentuk shalawat yang ada di alam. Dan lebih unggul dengan banyak rahasia serta banyak sesuatu sangat mahal nilainya. ورَبـى بـها عُبيدة بن محـمد وابـدى عجيبة بميـزاب رحمة Keutamaan Shalawat al-Fatih juga dijelaskan oleh syaikh Ubaidah Ibn Muhammad, beliau memunculkan hal-hal ajaib dalam kitabnya yang bernama Mizab al-Rahmah. فيا رب جـازه وكل مؤلِــف بخير واحســان عن الاحمدية Ya Allah, balaslah beliau dengan kebaikan-kebaikan dan berikanlah balasan yang baik kepada setiap pengarang yang mengikuti ajaran Sayid Ahmad al-Tijaniy. dikutip dari risalah: فَوَاتِحُ الْمَفَاتِح فِي اِبْرَازِ اْلأَسْرَارِ مِنْ كُنُوْزِ صَلاَةِ اْلفَاتِح جمع وترتيب الحاج رزقي ذوالقرنين أصمت البتاوي الراجي الى رحمة ربه العزيز القوي غفر الله له ولوالديه عن المساوي آمين

Rabu, 20 Februari 2013

Memakai Imamah Jawaban Al faqih Habib Munzir: saya jawab secara singkat saja, ketahuilah bahwa sorban itu bukan adat orang arab saja, tapi sunnah Nabi saw, Rasulullah saw memakai surban. 1. dari Amr bin Umayyah ra dari ayahnya berkata : Kulihat Rasulullah saw mengusap surbannya dan kedua khuffnya (Shahih Bukhari Bab Wudhu, Al Mash alalKhuffain). 2. dari Ibnul Mughirah ra, dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw mengusap kedua khuffnya, dan depan wajahnya, dan atas surbannya (Shahih Muslim Bab Thaharah) 3. para sahabat sujud diatas Surban dan kopyahnya dan kedua tangan mereka disembunyikan dikain lengan bajunya (menyentuh bumi namun kedua telapak tangan mereka beralaskan bajunya krn bumi sangat panas untuk disentuh). saat cuaca sangat panas. (Shahih Bukhari Bab Shalat). 4. Rasulullah saw membasuh surbannya (tanpa membukanya saat wudhu) lalu mengusap kedua khuff nya (Shahih Muslim Bab Thaharah) dan masih belasan hadits shahih meriwayatkan tentang surban ini, mengenai hadits hadits dhoif itu yg disebutkan, seandainya kesemua hadits itu tidak ada, cukuplah hadits Nabi saw : “Barangsiapa yg tak menyukai sunnahku maka ia bukan golongangku” (Shahih Bukhari). silahkan bantah sunnah Nabi saw, dan itu tanda keluarnya mereka dari ummat Nabi saw. Imam Syafii mengeluarkan fatwa bila seorang muslim menghina sunnah maka hukumnya kufur. mengenai Albaniy sungguh ia tak mempunyai sanad, ia adalah orang biasa yg menukil nukil hadits dari buku buku yg ada, ia bukan muhaddits dan tak berhak menilai hadits, karena ia tak punya satu sanadpun, bagaimana disebut muhaddits? orang yg tak punya sanad maka fatwanya mardud (tertolak), hujjahnya dhoif dan tak bisa dijadikan dalil untuk berfatwa. bukti dari kedangkalan pemahamannya adalah pengingkarannya atas sunnah sayyidina Muhammad saw yg jelas jelas teriwayatkan dalam hadits hadits shahih Bukhari, sedangkan Shahih Bukhari adalah kitab hadits terkuat dari seluruh kitab hadits.. Sumber Habib Munzir Al Musawwa Tambahan admin salafy tobat, Hadits Hadist tentang sorban: 1. Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Jabir dikemukakan: “Nabi saw memasuki kota Makkah pada waktu Fathu Makkah beliau mengenakan sorban (‘imamah) hitam.” (HR. At-Tarmidzi. Hadits ini diriwayatan oleh Muhammad bin Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Hammad bin Salamah. Hadits ini pun diriwayatkan pula oleh Mahmud bin Ghailan, dari Waki’, dari Hammad bin Salamah, dari Abi Zubair, yang bersumber dari Jabir ra.) 2. ‘Amr bin Huraits berkata: “Aku melihat sorban hitam di atas kepala Rasulullah saw.” (HR. Tarmidzi. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Umar, dari Sufyan, dari Musawir al-Waraq, dari Ja’far bin ‘Amr bin Huraits, yang bersumber dari bapaknya.) 3. Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu ‘Umar ra. dikemukakan : “Apabila Nabi memakai sorban, maka dilepaskannya ujung sorbannya di antara kedua bahunya.” Kemudian Nafi’ berkata: “Ibnu ‘Umar juga berbuat begitu.” ‘Ubaidullah berkata: “Kulihat al-Qasim bin Muhammad dan Salim, keduanya juga berbuat demikian.” (HR. Tarmidzi. Diriwayatkan oleh Harun bin Ishaq al Hamdzani, dari Yahya bin Muhammad al-Madini, dari ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad, dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari Nafi’, yang bersumber dari Ibnu ‘Umar.) 4. Ibnu ‘Abbas ra. mengemukakan: “Sesungguhnya Nabi Muhammad berpidato di hadapan ummat. Waktu itu beliau mengenakan sorban, dan sorbannya terkena minyak rambut.” (HR. At-Tarmidzi. Diriwayatkan oleh Yusuf bin ‘Isa, dari Waki’, dari Abu Sulaiman, yaitu ‘Abdurrahman bin Ghasail, dari Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas)
Muadz Tujuh Langit, Tujuh Malaikat Penjaga, dan Tujuh Amal Sang Hamba 444 hari yang lalu Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu. Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?" Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku ceritakan..." Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau...". Kemudian Mu'adz melanjutkan: Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz....! Labbaik, wahai penghulu para rasul....! Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....! Wahai Mu'adz... Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya. Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya. Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal- hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini....!!" Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian...! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka ('aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!" Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya. Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka...." Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langit pertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan...!" Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari. Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya...!" Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalan si hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya...!' Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal ini berbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut....!' Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala. Namun tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku...! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar..... Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku....!! Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, 'Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu..! Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras...Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan lirihnya, "Wahai Rasulullah......Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi...??" Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu wahai Mu'adz.....Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan...". Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua...??" Nabi yang suci bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara- saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang- orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek- robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar- benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang........ Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua....??" "Wahai Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya.....!!" Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya. Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru- hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama orang- orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala semata. Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta'ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik- baiknya... Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah...
Memakai Kopyah BismillahirahmanirRahim Nah-Ma`duhu Wanusolli-Mu`ala- Rasuulihil- Kareem.. Pemakaian Penutup kepala(kopiah) Alhamdulillah,segala syukur kepada Allah S.W.T dan salam kepada jujungan kita,Muhammad S.A.W,yang memberi sinar cahaya kehidupan yang baru di atas muka bumi ini.Disini hamba yang lemah lagi fakir ini akhirnya dapat menyiapkan terjemahan dari bahasa urdu tentang penekanan pemakaian penutup kepala. Kepada semua Rakan- rakan seagamaku,baik semasa kecil,remaja dan dewasa ini,seta muslimin,muslimat sekalian dan orang yang mengucap kalimah syahadah,bangkitlah dengan hati ikhlas dan terbuka..dan buatlah usaha pada agama kesayangan ini yang sedang menuju kehancuran ini,yakni pengorbanan,diri,harta,masa untuk agama Allah S.W.T dan supaya ummah Nabi S.A.W dapat direalisasikan dan diwujudkan.Berjalan pada jalan yang benar dan iman akan mengikutinya.Ia mungkin menjadi ummah dan mengamalkan zikir,tasbihat,taklim,berjuang di jalan Allah,membuat membantu(khidmat) pada rakan seagama,bertimbang- rasa,menghormati dan memuliakan yang lain.Dan apabila pengorbanan dibuat,maka sifat-sifat kebatilan,keburukan dan penyakit hati akan dibuang sedikit demi sedikit dengan usaha ini.Apabila usaha ini diambil,walaupun dijalankan di satu kawasan sahaja di atas muka bumi ini,ia akan tersebar ke seluruh alam.Disini hamba berharap semoga para muslim yang membaca alih bahasa dari kitab ini dapat memeberi penekanan tentang pentingya pemakaian penutup kepala. walaubagaimanapun,disebabkan perkara yang ingin hamba sampaikan ini penting,hamba menulis..sesiapa yang faham dan bertindak padanya,Allah S.W.T akan membuatkan dirinya bersinar,atau..dia seolah-olah memotong kakinya sendiri.. Penekanan tentang pemakaian penutup kepala oleh di dalam linkungan Sunnah Nabi S.A.W dan yang dipraktikkan oleh Sahabat (R.Anhum) dan Tabieen. 1.“hazrat Ibnu Umar R.Anhu meriwayatkan bahawa Nabi S.A.W menggunakan penutup kepala berwarna putih.” (tabrani) (Allama suyooti rah. telah menulis di dlm kitab Jamius Sagheer yang mana sanad Hadith ini ialah hassan.komentator kitab jamiu`s sagheer,Azzezi telah memahami penulisan Allama suyooti ramatullah alaih.) (As-Sirajuul Muneer,jilid ke-4 mukasurat 112) 2. “telah dilaporkan bahawa dari Ibnu Umar R.Anhu bahawa Nabi S.A.W memakai penutup kepala berwarna putih.”(mujamul kabeer dari tabrani) (terdapat kemusykilan kepada salah seorang perawi,Abdullah Ibnu Khirash,pada hadith ini.Ibnu Hibban telah menulis bahawa dia dipercayai tetapi mungkin ada juga belaku sedikit kesilapan.Muzakarah pada Muhaddith ialah bahawa beliau perawi hadith yang lemah manakala para perawi lain adalah boleh dipercayai. (Majmud-Zawaaid Haisani jilid ke-2 mukasurat 124) 3.”telah dilaporkan bahawa dari Ibnu Umar bahawa Nabi S.A.W memakai penutup kepala berwarna putih.” (ini ialah hadith lemah –tazkiratul maudu`aat-mukasurat 155) (Tabrani telah melaporkan bahawa di dalam mujamal aw`sat daripada gurunya Muhammed Ibnu Haneefa Waasiti.Walaubagaimanapun ia didapati lemah) (Majmud-Zawaaid Haisani jilid ke-2 mukasurat 124) 4.Abu Sheikh melaporkan dari Ibnu Abbas R.Anhu bahawa Nabi S.A.W mempunyai 3 penutup kepala sepanjang kehidupannya. (Bajhul Majhood,jilid ke-6,mukasurat 52) 5”.di dalam “mukhtasar”,kehidupan Nabi S.A.W,terdapat 3 jenis penutup kepala yang didapati,petama ialah seperti rupa kopiah yang mana di dalamnya mempunyai garisan padanya.yang kedua ialah yang diperbuat daripada kain hibarah dan yang ketiga ialah penutup kepala yang menutupi telinga,yang mana selalunya Baginda memakainya di dalam safar (perjalanan dan semasa namaaz.” 6.”Hazrat Aisyah R.Anhu meriwayatkan bahawa Nabi S.A.W memakai penutup kepala berwarna putih yang mana berbentuk rata dan menutupi dan mengikuti bentuk kepalanya.” (Ibnu Assakir melaporkan ini,walaubagaimanapun,sanad (rantaian perawi Hadith) ialah lemah) (Faizuul-Kadeer,jilid ke-5,mukasurat 246) 7.”Nabi S.A.W telah berkata bahawa muhrim (orang di dalam ihram),janganlah memakai kurta,seluar,serban dan “burnus”(sejenis bentuk penutup kepala)(Baginda tidak akan memakai pakaian jenis ini pada masa itu).” (Bukhari Shareef jilid 1,mukasurat 209,dan jilid ke-2 mukasurat 864) *adalah diketahu bahawa orang dimasa itu pemakaian penutup kepala telah menjadi kebiasaan di zaman Nabi S.A.W.* 8.Riwayat oleh Ibnu Abbas telah diterangkan (rujuk no.29) yang mana subjek berkaitan,iaitu bahawa Nabi S.A.W akan memakai penutup kepala di dalam serbannya. Dan ada masanya Baginda hanya memakai penutup kepala “ (Ibnu Assakir,meriwayatkan hadith ini,sanadnya lemah) 9.”Hazrat Aisyah R.Anhu meriwayatkan bahawa akan memakai penutup kepala yang akan menutupi sekali bahagian telinganya dan semasa berada di rumah,Baginda akan memakai yang kecil(seperti kopiah Syria)jenis penutup kepala.Abu Shaikh yang meriwayatkan Hadith ini.Iraaqi menulis bahawa hadith berkenaan tentang pemakaian penutup kepala pada hadith ini ialah yang paling sahih sumber dan dipercayai.” (Faizuul-Qadeer jilid ke-5,mukasurat 246) Hadith ini telah melepasi dibawah hadith yang dilampirkan disini bernombor 29) 10.”Abu Kabshaa Anmaan meriwayatkan bahawa penutup kepala dipakai oleh para Sahabat R.Anhum terkeluar dan rata.” (Tirmizi,Hadith ini lemah,mukasurat 308) Hazrat Gangohi R.Alaih menerangkan bahawa maksud perawi yang mana “kepala merka tertutup.penutup kepala itu tidak akan tercabut dari tetapi rata dan tertekan pada kepala. (Alkaukabud Durrie jilid ke-2 ,mukasurat 452.) Penekanan pemakaian penutup kepala oleh Sahabat R.Anhu dan Tabieen. 11.Zaid Ibnu Jubair mengatakan bahawa beliau nampak Abdullah Ibnu Zubair R.Anhu memakai penutup kepala.(di dalam pengucapan perkataan bahasa arab “burtula” muncul untuk merujuk kepada sejenis bentuk penutup kepala. Hisham Bin Urwa juga mengatakan bahawa beliau nampak Ibnu Zubair (R.Anhu) memakai penutup kepala yang bahannya nipis. 12. Eesa Ibn Tahmaan mengatakan bahawa beliau nampak Anas Bin Malik (R.Anhu) memakai penutup kepala.Di dalam perkataan “burnus” dengan memebawa maksud penutup kepala yang panjang. (di dalam Bukhari juga pemakaian tentang penutup kepala oleh Anas (R.Anhu) diterangkan di dalam jilid ke 2,mukasurat 863.) 13.Bapa kepada Ash`as melaporkan bahawa beliau nampak Abu Musa Ashaari (R.Anhu) Keluar dati tandas.Abu Musa memakai penutup kepala. 14.Ismael mengatakan bahawa beliau Nampak Shuriah memakai penutup kepala. 15.Abu Shihaab mengatakan bahawa beliau Nampak Saeed Ibnu Jubair (R.Anhu) Memakai penutup kepala (kedua Shihaab dan Ibnu Jubair ialah tabiees) Ali Ibn Hussain (i.e Hazrat Zainul Abideen),Ibrahem Nakhee dan Dahaak sering dilihat memakai penutup kepala. (kesemua rawian ini telaj dilaporkan di dalam dengan sanadnya dalam Musannaf Ibn Abi Shaiba jilid ke-8 pada mukasurat 212,213,242) Hazrat Ali (R.Anhu) telah dilihat memakai penutup kepala mesir berwarna putih. (Tabaqaat Ibnu Saad urdu jilid ke-3 mukasurat 187) Penekanan tentang pemakaian penutup kepala oleh Abu Ishaq Sabee Tabiee dijumpai di dalam Bukhari (Jilkid petama ,mukasurat 159) Ibnu Ul –Arabi menulis “pemakaian penutup kepala telah diapakai oleh hamper kesemua Ambiyaa dan orang Alim.Ia melindungi kepaa dan membolehkan serban yang dipakai tetap di tempatnya,yang mana ia sunnah.penutup kepala seharusnya muat mengikut bentuk kepala dan tidak berupa seperti dome.ada juga orang yang membuat lubang pengudaraan pada penutup kepala untuk menyejukkan dan memberikan udara masuk pada kepala dan membolehkan udara panas keluar,dan ia adalah salah satu jenis rawatan kepala.(ia tidak dilakukan kecuali terpaksa) (Faizul Kadeer jilid ke-5 ,mukasurat 247) Hamba Fakir kepada Allah yang maha kaya, Muhammad_Efendie, Sumber Rujukan: 1.Sub Topik: Topee in the light of Sunnah and practice of the Sahaba and Tabieen -by_Maulana Fazlur Rahman Saheb 2.Raudhul Muhtaar (Shaami)-Darre Sa`adah 3.Khasail Nabawi -(komentar dalam Shamail Al Tirmizi)1960,Kabeeri Shaarah Muniyyatul Mussali,Fatawa Raheemia 4. Sharah Shamaail-Oleh Allama Ahdul Raoof Munawi (nota) 5. Jamul wasa’il oleh Mulla Ali Qari Rahmatullah Alai`h,Al Maqaisidul Hassanah by Allma Sakhawi,Faizul Qadeer and sharah Jamius Sagheer,Al- Isaba by Hafiz Ibn Hajar,Fathuul Baari Ibn hajar with footnote of Sheikh Bin Baaz, Mukaddama Fathul Bari Ibn Hajar - all reference this section is from Beirut,Lebanon. 6. Sahih Bukhari,Sahih Muslim,Jami tirmizi,Ibnu Majjah,Musnnaf Ibn Abi Shaiba,Shamail Tirmizi,Al Mustadrak lil Hakiini,Abu Dawood,Bazlul Majhood,Ummadatul Qaari,Alaaf ul Shazi Maa`na Tirmizi,Naafil Mufti was Saail by Maulana Abdul Hay Lakhnawi,Fatwa Rasheedia, - all reference this section is from Pakistan 7.Durrul Mukhtar ma Raddhul Mukhtar- Darrus` saadah. 8.Alsira Jul Muneer-(komentari Jamius Sagheer –Madinah, Saudi Arabia.
KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang sangat alim dan tokoh besar dalam NU dan bangsa Indonesia. Beliau dilahirkan di Desa Tambakberas, Jombang, Jawa Timur pada bulan Maret 1888. silsilah KH. Abdul Wahab Hasbullah bertemu dengan silsilah KHM. Hasyim Asy’ari pada datuk yang bernama Kiai Shihah. Semenjak kanak-kanak, Abdul Wahab dikenal kawan-kawannya sebagai pemimpin dalam segala permainan. Beliau dididik ayahnya sendiri cara hidup,seorang santri. Diajaknya shalat berjamaah, dan sesekali dibangunkan malam hari untuk shalat tahajjud. Kemudian K.H. Hasbullah membimbingnya untuk menghafalkan Juz Ammah dan membaca Al Quran dengan tartil dan fasih. Lalu beliau dididik mengenal kitab-kitab kuning, dari kitab yang paling kecil dan isinya diperlukan untuk amaliyah sehari-hari. Misalnya Kitab Safinatunnaja, Fathul Qorib, Fathul Mu'in, Fathul Wahab, Muhadzdzab dan Al Majmu'. Abdul Wahab juga belajar Ilmu Tauhid, Tafsir, Ulumul Quran, Hadits, dan Ulumul Hadits. Kemauan yang keras untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tampak semenjak masa kecilnya yang tekun dan cerdas memahami berbagai ilmu yang dipelajarinya. Sampai berusia 13 tahun Abdul Wahab dalam asuhan langsung ayahnya. Setelah dianggap cukup bekal ilmunya, barulah Abdul Wahab merantau untuk menuntut ilmu. Maka beliau pergi ke satu pesantren ke pesantren lainnya. Kemudian Abdul Wahab belajar di pesantren Bangkalan, Madura yang diasuh oleh K.H. Kholil Waliyullah. Beliau tidak puas hanya belajar di pesantren-pesantren tersebut, maka pada usia sekitar 27 tahun, pemuda Abdul Wahab pergi ke Makkah. Di tanah suci itu mukim selama 5 tahun, dan belajar pada Syekh Mahfudh At Turmasi dan Syekh Yamany. Setelah pulang ke tanah air, Abdul Wahab langsung diterima oleh umat Islam dan para ulama dengan penuh kebanggaan. Langkah awal yang ditempuh K.H. Abdul Wahab Hasbullah, kelak sebagai Bapak Pendiri NU, itu merupakan usaha membangun semangat nasionalisme lewat jalur pendidikan. Nama madrasah sengaja dipilih 'Nahdlatul Wathan' yang berarti: 'Bergeraknya/bangkitnya tanah air', ditambah dgngan gubahan syajr-syair yang penuh dengan pekik perjuangan, kecintaan terhadap tanah tumpah darah serta kebencian terhadap penjajah, adalah bukti dari cita-cita murni Kiai Abdul Wahab Hasbullah untuk membebaskan. belenggu kolonial Belanda. Namun demikian, tidak kalah pentingnya memperhatikan langkah selanjutnya yang akan ditempuh Kiai Wahab, setelah berhasil mendirikan 'Nahdlatul Wathan'. Ini penting karena dalam diri Kiai 'Wahab agaknya tersimpan beberapa sifat yang jarang dipunyai oleh orang lain. Beliau adalah tipe manusia yang pandai bergaul dan gampang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tetapi, beliau juga seorang ulama yang paling tangguh mempertahankan dan membela pendiriannya. Beliau diketahui sebagai pembela ulama pesantren (ulama bermadzhab) dari serangan-serangan kaum modernis anti madzhab. Bertolak dari sifat dan sikap Kiai Wahab itulah, maka mudah dipahami apabila kemudian beliau mengadakan pendekatan dengan ulama-ulama terkemuka seperti, K.H. A. Dachlan, pengasuh pondok Kebondalem Surabaya, untuk mendirikan madrasah 'Taswirul Afkar'. Semula 'Taswirul Afkar' yang berarti 'Potret Pemikiran' itu, merupakan kelompok diskusi yang membahas berbagai masalah keagamaan dan kemasyarakatan. Dan anggotanya juga terdiri atas para ulama dan ulama muda yang mempertahankan sistem bermadzhab. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya sekitar tahun 1919, kelompok ini ditingkatkan statusnya menjadi madrasah 'Taswirul Afkar' yang bertugas mendidik anak-anak lelaki setingkat sekolah dasar agar menguasai ilmu pengetahuan agama tingkat elementer. Bertempat di Ampel Suci (dekat Masjid Ampel Surabaya), madrasah 'Taswirul Afkar' bergerak maju. Puluhan dan bahkan kemudian ratusan anak di Surabaya bagian utara itu menjadi murid 'Taswirul Afkar', yang pada saat itu (tahun-tahun permulaan) dipimpin K.H. A. Dachlan. Namun demikian, bukan berarti meniadakan kelompok diskusi tadi. Kegiatan diskusi tetap berjalan dan bahkan bertambah nampak hasilnya, berupa 'Taswirul Afkar'. Dan madrasah ini hingga sekarang masih ada dan bertambah megah. Hanya tempatnya telah berpindah, tidak lagi di Ampel Suci, tetapi di Jalan Pegirian Surabaya. Hingga di sini Kiai Wahab telah berada di tiga lingkungan: Syarikat Islam (SI) berhubungan dengan H.O.S. Tjokroaminoto, Nahdlatul Wathan dengan K.H. Mas Mansur, dan Taswirul Afkar dengan K.H. A. Dachlan. Tiga lingkungan itu pun memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Tjokroaminoto lebih condong pada kegiatan politik; K.H. Mas Mansur lebih dekat dengan kelompok anti madzhab sedangkan K.H. A. Dachlan tidak berbeda dengan Kiai Wahab, yakni ulama yang mempertahankan sistem madzhab. Dalam hubungannya dengan gerakan pembaruan itu, agaknya Kiai Wahab seringkali tidak dapat menghindari serangan-serangan mereka baik yang ada di SI maupun di K.H. Mas Mansur sendiri. Meski tujuan utamanya membangun nasionalisme, serangan-serangan kaum modernis seringkali dilancarkan hingga Kiai Wahab perlu melayaninya. Di sinilah mulai tampak perbedaan pendapat antara Kiai Wahab dengan K.H. Mas Mansur. Peristiwa ini tampaknya sudah terbayang dalam pikiran Kiai Wahab, sehingga tidak perlu mempengaruhi semangat perjuangannya. Bahkan beliau bertekad untuk mengembangkan Nahdlatul Wathan ke berbagai daerah. Dengan K.H. Mas Alwi, kepala sekolah yang baru, Kiai Wahab membentuk cabang-cabang baru: Akhul Wathan di Semarang, Far'ul Wathan di Gresik, Hidayatul Wathan di Jombang, Far'ul Wathan di Malang, Ahlul Wathan di Wonokromo, Khitabul Wathan di Pacarkeling, dan Hidayatul Wathan di Jagalan. Apa pun nama madrasah di beberapa cabang itu pastilah dibelakangnya tercantum nama 'Wathan' yang berarti 'tanah air'. Ini berarti tujuan utamanya adalah membangun semangat cinta tanah air. Dan syair 'Nahdlatul Wathan' berkumandang di berbagai daerah dengan variasi cara menyanyikannya sendiri-sendiri. Misalnya di Tebuireng, hingga tahun 1940-an syair tersebut tetap dinyanyikan para santri setiap kali akan dimulainya kegiatan belajar di sekolah. Dan setiap hendak menyanyikan syair tersebut, para murid santri diminta berdiri tegak sebagaimana layaknya menyanyikan lagu kebangsaan 'Indonesia Raya'. Seperti telah disinggung, bahwa selain Kiai Wahab harus memperhatikan Nahdlatu1 Wathan dan juga keterlibatannya di SI, beliau juga tidak dapat membiarkan serangan-serangan kaum modernis yang dilancarkan kepada ulama bermadzhab. Lagi pula, serangan-serangan itu tidak mungkin dapat dihadapi sendirian. Sebab itu, pada tahun 1924, Kiai Wahab membuka kursus 'masail diniyyah' (khusus masalah-masalah keagamaan) guna menambah pengetahuan bagi ulama-ulama muda yang mempertahankan madzhab. Kegiatan kursus ini dipusatkan di madrasah 'Nahdlatul Wathan' tiga kali dalam seminggu. Dan pengikutnya ternyata tidak hanya terbatas dari Jawa Timur saja, melainkan juga ada yang dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan beberapa lagi dari Madura. Jumlah peserta kursus sebanyak 65 orang. Karena peserta begitu banyak, maka .Kiai Wahab meminta teman-temannya untuk membantu. Di antara teman-temannya yang bersedia mendampingi ialah KH. Bishri Syansuri (Jombang), KH. Abdul Halim Leuwimunding (Cirebon), KH. Mas Alwi Abdul Aziz dan KH. Ridlwan Abdullah keduanya dari Surabaya, K.H. Maksum dan K.H. Chalil keduanya dari Lasem, Rembang. Sedangkan dari kelompok pemuda yang setia mendampingi Kiai Wahab ialah: Abdullah Ubaid, Kawatan Surabaya, Thahir Bakri, dan Abdul Hakim, Petukangan Surabaya, serta Hasan dan Nawawi, keduanya dari Surabaya. Dengan demikian, Kiai Wahab telah juga membangun pertahanan cukup ampuh bagi menolak serangan-serangan kaum modernis. Enam puluh lima ulama yang dikursus, agaknya dipersiapkan betul untuk menjadi juru bicara tangguh dalam menghadapi kelompok pembaru, sehingga dalam perkembangan berikutnya, ketika berkobar perdebatan seputar masalah 'khilafiyah' di beberapa daerah, tidak lagi perlu meminta kedatangan Kiai Wahab, tapi cukup dihadapi ulama-ulama muda peserta kursus tersebut. Pada saat pemimpin-pemimpin Islam mendapat undangan dari Raja Hijaz lalu membentuk Komite Khilafat, K.H. Abd. Wahab Hasbullah mengusulkan agar delegasi ke Makkah menuntut dilindunginya madzahibul arba' ah di Makkah - Madinah. Dan setelah mengetahui usulnya kurang diperhatikan oleh tokoh-tokoh SI dan Muhammadiyah, lalu KH. Abd. Wahab atas izin KH.Hasyim Asy' ari membentuk Komite Hijaz untuk mengirim delegasi sendiri ke Makkah - Madinah. Dan Komite Hijaz inilah yang kemudian melahirkan JAM’IYAH NAHDLATUL ULAMA, sehingga kehadiran NU tidak dapat dilepaskan dari perjuangan K.H. Abd. Wahab Hasbullah. Demikianlah selintas pintas riwayat K.H. Abdul Wahab Hasbullah dalam menegakkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia dalam rangka mengusir penjajah di tanah tercinta Indonesia. Di samping itu beliau seorang tokoh besar Islam terutama dalam mempertahankan kebenaran madzhab dari serangan kaum yang menyebut dirinya modernis Islam. Sumber: Pendidikan Aswaja & Ke-NU-an untuk SMP/MTs. PW LP Ma’arif Jawa Timur.
KH Hamim Tohari Djazuli atau akrab dengan panggilan Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940,beliau adalah putra KH. Jazuli Utsman (seorang ulama sufi dan ahli tarikat pendiri pon-pes Al Falah mojo Kediri),Gus Miek salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pejuang Islam yang masyhur di tanah Jawa dan memiliki ikatan darah kuat dengan berbagai tokoh Islam ternama, khususnya di Jawa Timur. Maka wajar, jika Gus Miek dikatakan pejuang agama yang tangguh dan memiliki kemampuan yang terkadang sulit dijangkau akal. Selain menjadi pejuang Islam yang gigih, dan pengikut hukum agama yang setia dan patuh, Gus Miek memiliki spritualitas atau derajat kerohanian yang memperkaya sikap, taat, dan patuh terhadap Tuhan. Namun, Gus Miek tidak melupakan kepentingan manusia atau intraksi sosial (hablum minallah wa hablum minannas). Hal itu dilakukan karena Gus Miek mempunyai hubungan dan pergaulan yang erat dengan (alm) KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Achmad Siddiq, serta melalui keterikatannya pada ritual ”dzikrul ghafilin” (pengingat mereka yang lupa). Gerakan-gerakan spritual Gus Miek inilah, telah menjadi budaya di kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga NU), seperti melakukan ziarah ke makam-makam para wali yang ada di Jawa maupun di luar Jawa.Hal terpenting lain untuk diketahui juga bahwa amalan Gus Miek sangatlah sederhana dalam praktiknya. Juga sangat sederhana dalam menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para pengamalnya, yakni berkumpul dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun akhirat. ayah gus mik KH.Achmad djazuli Usman KH.ACHMAD DJAZULI USMAN Gus Miek seorang hafizh (penghapal) Al-Quran. Karena, bagi Gus Miek, Al-Quran adalah tempat mengadukan segala permasalahan hidupnya yang tidak bisa dimengerti orang lain. Dengan mendengarkan dan membaca Al-Quran, Gus Miek merasakan ketenangan dan tampak dirinya berdialog dengan Tuhan ,beliaupun membentuk sema’an alquran dan jama’ah Dzikrul Ghofilin. gus miek selain dikenal sebagai seorang ulama besar juga dikenal sebagai orang yang nyelenehbeliau lebih menyukai da’wah di kerumunan orang yang melakukan maksiat seperti discotiq ,club malam dibandingkan dengan menjadi seorang kyai yang tinggal di pesantren yang mengajarkan santrinya kitab kuning. hampir tiap malam beliau menyusuri jalan-jalan di jawa timur keluar masuk club malam, bahkan nimbrung dengan tukang becak, penjual kopi di pinggiran jalan hanya untuk memberikan sedikit pencerahan kepada mereka yang sedang dalam kegelapan. Ajaran-ajaran beliau yang terkenal adalah suluk jalan terabas atau dalam bahasa indonesianya pemikiran jalan pintas. Pernah di ceritakan Suatu ketika Gus Miek pergi ke discotiq dan disana bertemu dengan Pengunjung yang sedang asyik menenggak minuman keras, Gus Miek menghampiri mereka dan mengambil sebotol minuman keras lalu memasukkannya ke mulut Gus Miek salah satu dari mereka mengenali Gus Miek dan bertanya kepada Gus Miek.” Gus kenapa sampeyan ikut Minum bersama kami ? sampeyankan tahu ini minuman keras yang diharamkan oleh Agama ? lalu Gus Miek Menjawab “aku tidak meminumnya …..!! aku hanya membuang minuman itu kelaut…!hal ini membuat mereka bertanya-tanya, padahal sudah jelas tadi Gus Miek meminum minuman keras tersebut. Diliputi rasa keanehan ,Gus miek angkat bicara “sampeyan semua ga percaya kalo aku tidak meminumnya tapi membuangnya kelaut..? lalu Gus Miek Membuka lebar Mulutnya dan mereka semua terperanjat kaget didalam Mulut Gus miek terlihat Laut yang bergelombang dan ternyata benar minuman keras tersebut dibuang kelaut. Dan Saat itu juga mereka diberi Hidayah Oleh Alloh SWt untuk bertaubat dan meninggalkan minum-minuman keras yang dilarang oleh agama. Itulah salah salah satu Karomah kewaliyan yang diberikan Alloh kepada Gus Miek. jika sedang jalan-jalan atau keluar, Gus Miek sering kali mengenakan celana jeans dan kaos oblong. Tidak lupa, beliau selalu mengenakan kaca mata hitam lantaran lantaran beliau sering menangis jika melihat seseorang yang “masa depannya” suram dan tak beruntung di akherat kelak. Ketika beliau berda’wak di semarang tepatnya di NIAC di pelabuhan tanjung mas.Niac adalah surga perjudian bagi para cukong-cukong besar baik dari pribumi maupun keturunan ,Gus Miek yang masuk dengan segala kelebihannya mampu memenangi setiap permainan, sehingga para cukong- cukong itu mengalami kekalahan yang sangat besar. Niac pun yang semula menjadi surga perjudian menjadi neraka yang sangat menakutkan Satu contoh lagi ketika Gus miek berjalan-jalan ke Surabaya, ketika tiba di sebuah club malam Gus miek masuk kedalam club yang di penuhi dengan perempuan-perempuan nakal, lalu gus miek langsung menuju watries (pelayan minuman) beliau menepuk pundak perempuan tersebut sambil meniupkan asap rokok tepat di wajahnya, perempuan itupun mundur tapi terus di kejar oleh Gus miek sambil tetap meniupkan asap rokok diwajah perempuan tersebut. Perempuan tersebut mundur hingga terbaring di kamar dengan penuh ketakutan, setelah kejadian tersebut perempuan itu tidak tampak lagi di club malam itu. Pernah suatu ketika Gus Farid (anak KH.Ahamad Siddiq yang sering menemani Gus Miek) mengajukan pertanyaan yang sering mengganjal di hatinya, pertama bagaimana perasaan Gus Miek tentang Wanita ? “Aku setiap kali bertemu wanita walaupun secantik apapun dia dalam pandangan mataku yang terlihat hanya darah dan tulang saja jadi jalan untuk syahwat tidak ada”jawab Gus miek. Pertanyaan kedua Gus Farid menayakan tentang kebiasaan Gus Miek memakai kaca mata hitam baik itu dijalan maupun saat bertemu dengan tamu…”Apabila aku bertemu orang dijalan atau tamu aku diberi pengetahuaan tentang perjalanan hidupnya sampai mati. Apabila aku bertemu dengan seseorang yang nasibnya buruk maka aku menangis, maka aku memakai kaca mata hitam agar orang tidak tahu bahwa aku sedang menagis “jawab Gus miek Adanya sistem Da’wak yang dilakukan Gus miek tidak bisa di contoh begitu saja karena resikonya sangat berat bagi mereka yang Alim pun Sekaliber KH.Abdul Hamid (pasuruan) mengaku tidak sanggup melakukan da’wak seperti yang dilakukan oleh Gus Miek padahal Kh.Abdul Hamid juga seorang waliyalloh. Tepat tanggal 5 juni 1993 Gus Miek menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah sakit Budi mulya Surabaya (sekarang siloam). Kyai yang nyeleneh dan unik akhirnya meninggalkan dunia dan menuju kehidupan yang lebih abadi dan bertemu dengan Tuhannya yang selama ini beliau rindukan
Alangkah ruginya orang Indonesia kalau tidak mengenal ulama satu ini. Orang bilang Mbah Dim, Banten atau Abuya Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin. Beliau adalah tokoh kharismatik dunia kepesantrenan, penganjur ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah dari pondok pesantren, Cidahu, Pandeglang, Banten. Beliau ulama yang sangat konsen terhadap akhirat, bersahaja, selalu menjauhi keduniawian. Wirangi (hati-hati dalam bicara, konsisten dalam perkataan dan perbuatan). Ahli sodakoh, puasa, makan seperlunya, ala kadarnya seperti dicontohkan Kanjeng Nabi, humanis, penuh kasih sesama umat manusia. Kegiatan kesehariannya hanya mulang ngaji (mengajar ilmu), salat serta menjalankan kesunatan lainnya. Beliau lahir sekitar tahun1925 anak pasangan dari H.Amin dan Hj.Ruqayah. Sejak kecil Abuya Dimyathi sudah menampakan kecerdasannya dan keshalihannya, beliau belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya mulai dari Pesantren Cadasari, kadupeseng Pandeglang, ke Plamunan hingga ke Pleret Cirebon. Semasa hidupnya, Abuya Dimyathi dikenal sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari para kiai, sehingga tak berlebihan kalau disebut sebagai tipe ulama Khas al-Khas. Masyarakat Banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya daerah Banten, di samping sebagai pakunya negara Indonesia . Di balik kemasyhuran nama Abuya, beliau adalah orang yang sederhana dan bersahaja. Kalau melihat wajah beliau terasa ada perasaan ‘adem’ dan tenteram di hati orang yang melihatnya. Abuya Dimyati, begitu panggilan hormat masyarakat kepadanya, terlahir tahun 1925 di tanah Banten, salah satu bumi terberkahi. Tepatnya di Kabupaten Pandeglang. Abuya Dimyathi dikenal sosok ulama yang cukup sempurna dalam menjalankan perintah agama, beliau bukan saja mengajarkan dalam ilmu syari’ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf, tarekat yang dianutnya tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah. Maka wajar jika dalam perilaku sehari-hari beliau penuh tawadhu’, istiqamah, zuhud, dan ikhlas. Abuya adalah seorang qurra’ dengan lidah yang fasih. Wiridan al-Qur’an sudah istiqamah lebih dari 40 tahun. Kalau shalat tarawih di bulan puasa, tidak turun untuk sahur kecuali setelah mengkhatamkan al-Qur’an dalam shalat.. Oleh karenanya, tidak salah jika kemudian kita mengategorikan Abuya sebagai Ulama multidimensi. Dibanding dengan ulama kebanyakan, Abuya Dimyathi ini menempuh jalan spiritual yang unik. Beliau secara tegas menyeru: “Thariqah aing mah ngaji!” (Jalan saya adalah ngaji). Sebab, tinggi rendahnya derajat keualamaan seseorang bisa dilihat dari bagaimana ia memberi penghargaan terhadap ilmu. Sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Mujadilah ayat 11, bahwa Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Dipertegas lagi dalam hadis nabi, al-Ulama’u waratsatul anbiya’, para ulama adalah pewaris para nabi. Ngaji sebagai sarana pewarisan ilmu. Melalui ngaji, sunnah dan keteladanan nabi diajarkan. Melalui ngaji, tradisi para sahabat dan tabi’in diwariskan. Ahmad Munir berpendapat bahwa ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya. Saking pentingnya ngaji dan belajar, satu hal yang sering disampaikan dan diingatkan Mbah Dim adalah: “Jangan sampai ngaji ditinggalkan karena kesibukan lain atau karena umur”. Pesan ini sering diulang-ulang, seolah-olah Mbah Dim ingin memberikan tekanan khusus; jangan sampai ngaji ditinggal meskipun dunia runtuh seribu kali! Apalagi demi sekedar hajatan partai. Urusan ngaji ini juga wajib ain hukumnya bagi putra-putri Mbah Dim untuk mengikutinya. Bahkan, ngaji tidak akan dimulai, fasal-fasal tidak akan dibuka, kecuali semua putra-putrinya hadir di dalam majlis. Itulah sekelumit keteladanan Mbah Dimyati dan putra-putrinya, yang sejalan dengan pesan al-Qur’an dalam surat al-Tahrim ayat 6, Qu anfusakum wa ahlikum naran. Dahaga akan ilmu tiada habis, satu hal yang mungkin tidak masuk akal bila seorang yang sudah menikah dan punya putra berangkat mondok lagi, bahkan bersama putranya. Tapi itulah Abuya Dimyati, ketulusannya dalam menimba ilmu agama dan mensyiarkannya membawa beliau pada satu tingkat di atas khalayak biasa. Abuya berguru pada ulama-ulama sepuh di tanah Jawa. Di antaranya Abuya Abdul Chalim, Abuya Muqri Abdul Chamid, Mama Achmad Bakri (Mama Sempur), Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Rukyat Kaliwungu dan masih banyak lagi. Kesemua guru-guru beliau bermuara pada Syech Nawawi al Bantany. Kata Abuya, para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna, setelah Abuya berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh wafat.(hal 396). Ketika mondok di Watucongol, Abuya sudah diminta untuk mengajar oleh Mbah Dalhar. Satu kisah unik ketika Abuya datang pertama ke Watucongol, Mbah Dalhar memberi kabar kepada santri-santri besok akan datang ‘kitab banyak’. Dan hal ini terbukti mulai saat masih mondok di Watucongol sampai di tempat beliau mondok lainya, hingga sampai Abuya menetap, beliau banyak mengajar dan mengorek kitab-kitab. Di pondok Bendo, Pare, Abuya lebih di kenal dengan sebutan ‘Mbah Dim Banten’ dan mendapat laqob ‘Sulthon Aulia’, karena Abuya memang wira’i dan topo dunyo. Pada tiap Pondok yang Abuya singgahi, selalu ada peningkatan santri mengaji dan ini satu bukti tersendiri di tiap daerah yang Abuya singgahi jadi terberkahi Namun, Kini, waliyullah itu telah pergi meninggalkan kita semua. Abuya Dimyathi tak akan tergantikan lagi. Malam Jumat pahing, 3 Oktober 2003 M/07 Sya’ban 1424 H, sekitar pukul 03:00 wib umat Muslim, khususnya warga Nahdlatul Ulama telah kehilangan salah seorang ulamanya, KH. Muhammad Dimyati bin KH. Muhammad Amin Al-Bantani, di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten dalam usia 78 tahun. Padahal, pada hari itu juga, dilangsungkan acara resepsi pernikahan putranya. Sehingga, Banten ramai akan pengunjung yang ingin mengikuti acara resepsi pernikahan, sementara tidak sedikit masyarakat –pelayat- yang datang ke kediaman Abuya. Inilah merupakan kekuasaan Allah yang maha mengatur, menjalankan dua agenda besar, “pernikahan” dan “pemakaman”.
Menurut fatwa seorang Ulama besar : Asy-Syekh Al Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw, dengan cara mengumpulkan banyak orang, dan dibacakan ayat-ayat al-Quran dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi sejak kelahiran hingga wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan lainnya dengan cara yang tidak berlebihan adalah merupakan perbuatan Bid’ah hasanah, dan akan mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya dan yang menghadirinya, sebab merupakan wujud kegembiraan, dan kecintaan / mahabbah kapada Rosullullah saw. Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw : ﻣَﻦْ ﺃَﺣَﺒَّﻨِﻰ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﻌِﻲْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨـَّﺔِ “Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta kepada saya maka akan berkumpul bersama dengan saya masuk surga”. Dalam kitab “Anwarul Muhammadiyah“ karangan : Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani, diterangkan bahwa pada saat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, seorang wanita budak belian dari Abu Lahab (tokoh kafir jahiliyyah) yang bernama Tsuwaibah menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran Nabi Muhammad Saw kepada Abu Lahab. Karena senangnya Abu Lahab mendapat berita itu, spontan budak wanitanya yang bernama Tsuwaibah itu dibebaskan dan dihadiahkan kepada Siti Aminah : Ibunda Muhammad Saw untuk menyusui bayinya tersebut. Ketika Abu Lahab telah meninggal dunia seorang sahabat Nabi ada yang bertemu dalam mimpinya dan menanyakan tentang nasibnya di akhirat. Abu Lahab menjawab : Saya disiksa selama-lamanya karena kekafiran saya tetapi pada tiap-tiap hari senin saya diberi keringanan dari siksaan bahkan aku bisa mencium dua jari tanganku dan bisa keluar airnya untuk saya minum. Dan ketika ditanya : mengapa bisa demikian? Abu Lahab menjawab : Ini adalah merupakan hadiah dari Allah karena kegembiraanku pada saat kelahiran Nabi Muhammad Saw. Dalam sebuah hadits dikatakan : ﻣَﻦْ ﻋَﻈَّﻢَ ﻣَﻮْﻟِﺪِﻯْ ﻛُﻨْﺖُ ﺷَﻔِﻴْﻌًﺎ ﻟَﻪُ ﻳَـﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎ ﻣَﺔِ . ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻧْﻔَﻖَ ﺩِﺭْﻫَﻤًﺎ ﻓِﻰ ﻣَﻮْﻟِﺪِﻯ ﻓَﻜَﺄَ ﻧَّﻤَﺎ ﺍَﻧْﻔَﻖَ ﺟَﺒَﻼً ﻣِﻦْ ﺫَ ﻫَﺐٍ ﻓِﻰ ﺳَﺒِﻴْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ “Barang siapa yang memulyakan / memperingati hari kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah. Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata : ﻣَﻦْ ﺃَﻧْﻔَﻖَ ﺩِﺭْ ﻫَﻤﺎً ﻓِﻰ ﻣَﻮْ ﻟِﺪِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺭَﻓِﻴْﻘِﻲْ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ “Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi Saw : akan menjadi temanku masuk surga”. Sahabat Umar Bin Khoththob berkata : ﻣَﻦْ ﻋَﻈَّﻢَ ﻣَﻮْ ﻟِﺪِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻘَﺪْ ﺃَﺣْﻴَﺎ ﺍْﻹِﺳْﻼَﻡَ “Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi Saw, berarti telah menghidupkan Islam”. Sahabat Ali Bin Abi Tholib berkata : ﻣَﻦْ ﻋَﻈَّﻢَ ﻣَﻮْ ﻟِﺪِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻻَ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴﺎَ ﺍِﻻَّ ﺑِﺎْﻹِ ﻳْﻤَﺎﻥِ “Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi Saw, apabila pergi meninggalkan dunia pergi dengan membawa iman”. Melihat besarnya pahala tersebut maka banyaklah kaum muslimn muslimat yang selalu melahirkan rasa cintanya kepada Nabi dan mengagungkan hari kelahiran Nabi dengan cara-cara yang terpuji seperti pada tiap-tiap malam Senin atau malam Jum’at mengadakan jama’ah membaca kitab Al- Barzanji, sholawat maulud, dan ada pula yang menyediakan tabungan yang berwujud uang hasil tanaman atau sebagian gajinya untuk kepentingan memperingati kelahiran Nabi Saw. Perintis Peringatan Maulid Nabi Peringatan Maulud Nabi sudah diadakan oleh kalangan umat Islam sejak pada kurun ketiga atau tiga ratus tahun setelah hijrah Nabi, yang pada saat itu kondisi umat Islam mulai rusak dalam berbagai hal. Tokoh pemerintahan yang pertama kali menyelenggarakan peringatan Maulud Nabi adalah Penguasa Irbil Raja Mudzaffar Abu said Al Kukburi bin Zainuddin Ali bin Buktikin. Beliau adalah Raja yang cerdas ahli strategi di bidang pemerintahan, pemurah, alim dan adil. Saat itu pemerintahannya terasa kurang stabil, rakyatnya mulai banyak meninggalkan syariat agamanya, akhlaqnya mulai rusak, mulai terjadi banyak kerusuhan-kerusuhan dan kemaksiatan- kemaksiatan. Raja Mudzaffar berinisiatif menyelenggarakan peringatan Maulid nabi setiap bulan Robi’ul Awal secara besar-besaran, dengan mengumpulakan semua masyarakat dari tokoh-tokohnya sampai rakyat kecil. Pada peringatan Maulid itu disampaikan penjelasan tentang sejarah dan perjuangan, serta keteladanan Nabi Muhammad SAW sejak lahir sampai wafatnya. Seorang ulama’ besar Syekh Al Hafidz Ibnu Dahyah yang mengarang kitab tentang sejarah Nabi yang diberi nama At-Tanwir fi Maulidil Basyir An-Nadzir, diberi hadiah oleh Raja 1000 dinar. Setelah diadakan peringatan Maulid Nabi SAW tersebut, pemerintahan kembali stabil, semangat pengamalan agamanya makin baik, negaranya aman, tentram dan bertambah makmur. Sesuai dengan Firman Allah SWT : ﻭَﻟَﻮْ ﺍَﻥَّ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟْﻘُﺮَﻯ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﻭَﺍﺗَّﻘَﻮْﺍ ﻟَﻔَﺘَﺤْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺑَﺮَﻛَﺎﺕٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻷَﺭْﺽِ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻛَﺬَّﺑُﻮْﺍ ﻓَﺄَﺧَﺬْﻧَﺎﻫُﻢْ ﺑِﻤَﺎﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮْﻥَ. ) ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ : ٩٥ ) Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS : Al A’raf :96). Anjuran memperingati Maulid Nabi Anjuran supaya memperingati Maulid Nabi sudah diisyaratkan oleh Allah SWT, dan oleh nabi sendiri. Firman Allah surat Al A’rof : 157 : ﻓَﺎﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺑِﻪِ ﻭَﻋَﺰَّﺭُﻭْﻩُ ﻭَﻧَﺼَﺮُﻭْﻩُ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﺍ ﺍﻟﻨُّﻮْﺭَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻣَﻌَﻪُ ﻭَﺍُﻭﻟﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍْﻟﻤُﻔْﻠِﺤُﻮْﻥَ . ) ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ : ١٥٧ ) Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Muhammad) memulyakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al A’rof :157) Termasuk orang-orang yang memulyakan (dalam ayat ini) adalah orang-orang yang memperingati Maulid Nabi SAW, yang membaca Barzanji, Marhaban, Burdah, syair-syair dan qosidah-qosidah dan pengajian-pengajian, kalau dimaksudkan untuk memulyakan Nabi, maka akan mendapat pahala yang banyak dan akan beruntung. Nabi Muhammad saw juga sudah memberikan isyarat tentang perlunya memperingati kelahiran Nabi sebagaimana hadis riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Qotadah Al Anshory r.a : ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻌﻢ ﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺻَﻮْﻡِ ﺍْﻹِﺛْﻨَﻴْﻦِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻓِﻴْﻪِ ﻭُﻟِﺪْﺕُ ﻭَﻓِﻴْﻪِ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻋَﻠَﻲَّ . ) ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ) “Sesungguhnya Rosulullah saw ditanya seorang sahabat tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab, sebab di hari Senin itu hari kelahiranku, dan wahyu diturunkan kepadaku”. ( HR. Muslim). Dari hadis ini Nabi sendiri juga memulyakan hari kelahirannya, dengan berpuasa (amal yang baik). Beberapa pendapat tentang memperingati Maulid Nabi saw. Di kalangan umat Islam ada beberapa pemahaman tentang memperingati Maulid nabi saw : 1. Golongan yang terbesar, yaitu yang merayakan Maulid Nabi setiap bulan Robi’ul Awwal, bahkan di bulan-bulan yang lain atau tiap-tiap malam Senin atau Jum’at dengan membaca Barzanji, membaca Marhaban dan kitab-kitab Maulid lainnya, sebagaimana yang biasa diamalkan umat Islam sejak dahulu. Golongan ini ada yang hanya membaca Barzanji saja, atau ada pula yang diteruskan dengan pengajian atau ceramah tentang riwayat dan perjuangan Nabi. Semua itu dengan maksud untuk melahirkan kecintaannya kepada nabi Muhammad saw. 2. Golongan umat Islam yang nerayakan maulid nabi tiap Bulan Robiul Awal, tetapi tidak dengan membaca Barzanji, tidak membaca Marhaban, atau kitab-kitab Maulid lainnya, karena dianggap tidak ada tuntunannya. 3. Golongan yang ekstrim, yaitu tidak mau merayakan peringatan maulid Nabi sama sekali, karena hal itu dianggap bid’ah yang harus ditinggalkan.
Ini dalil-dalil Tawwasul-Ziaroh kubur.... Tawwasul-Ziaroh kubur.... ﻭﺭﻭﻯ ﺍﻟﻘﺸﻴﺮﻱ ﻋﻦ ﻣﻌﺮﻭﻑ ﺍﻟﻜﺮﺧﻲ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻟﺘﻼﻣﻴﺬﻩ : ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻜﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺣﺎﺟﺔ ﻓﺎﻗﺴﻤﻮﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻲ ﻓﺈﻧﻲ ﺍﻟﻮﺍﺳﻄﺔ ﺑﻴﻨﻜﻢ ﻭﺑﻴﻨﻪ ﻭﺫﻟﻚ ﺑﺤﻜﻢ ﺍﻟﻮﺭﺍﺛﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ Imam Qusyairi meriwayatkan dari Ma'ruf Al-karkhi , bahwsanya beliau berkata kpd murid2 beliau: jika kalian ada hajat kepada Allah, maka tawassullah kpd ku, sesungguhnya Aku akan memperantarai antara kalian dgn Allah dan cara itu lah yg telah di wariskan Nabi kita Al-mushhofa. ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﻀﺎﻋﻲ : ﺇﻥ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﺑﺎﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻣﻮﺟﺒﺎﺕ ﺗﻨﺰﻝ ﺍﻟﺮﺣﻤﺎﺕ ﻭﺳﺮﻋﺔ ﻗﻀﺎﺀ ﺍﻟﺤﻮﺍﺋﺞ Imam Qodha'i mengatakan . Sesungguhnya bertawassul dgn Nabi muhammad dari penyebab pastinya turun Rohmat dan mencepatkan dlm mendapatkan hajat. ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﻮﻱ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻲ : ﺇﻥ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﺑﺄﻛﺎﺑﺮ ﺍﻟﻤﻘﺮﺑﻴﻦ ﻣﻦ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻔﺎﺗﻴﺢ ﺍﻟﻔﺮﺝ ﻭﻣﻦ ﻣﻮﺟﺒﺎﺕ ﺭﺿﻲ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ Sayyid Muhammad bin Alwy Al-maliki berkata. bahwsanya tawassul dgn para npNabi, Syuhada , wali2 yg dekat dgn Allah, dari sebagian besar pembuka kesusahan dan penyebab pasti datangnya ridlo Allah. ﻭﻗﺎﻝ ﺃﻳﻀﺎ : ﺇﻥ ﺍﻟﺘﻮﺟﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻧﺪﺍﺀﻩ ﺑﻘﻮﻟﻪ : ﻳﺎ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ " ﻭﺍﻻﺳﺘﻨﺠﺎﺩ ﺑﻪ ﻟﻴﺲ ﺷﺮﻛﺎ ﻭﻻ ﺣﺮﺍﻣﺎ ﻭﻻ ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ ﻭﻻ ﺧﻼﻑ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﺑﻞ ﺫﻟﻚ ﺃﻓﻀﻞ ﻓﻲ ﺍﻷﺩﺏ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺑﻮﺑﻴﺔ ﻭﺃﺷﺪ ﺍﺟﺘﻼﺑﺎ ﻟﻠﺮﺣﻤﺔ ﻭﺍﺳﺘﻨﺰﺍﻻ ﻟﻠﻘﺒﻮﻝ ﻭﺃﻗﻮﻯ ﻣﻈﻨﺔ ﺑﺎﻹﺟﺎﺑﺔ ﻭﺃﺩﻧﻰ ﻟﻠﺮﺷﺪ ﻭﺃﺑﻌﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺩ ﻭﺍﻟﺤﺮﻣﺎﻥ Dan Sayyid Muhammad mengatakan lagi. Sesungguhnya tawajjuh kpd Rasulullah dan memanggl beliau "ya sayyiduna muhammad" dan meminta tolong kpd beliau,itu bukan syirik,bkn haram,bkn makruh bkn jg khilaful aula (sahabat,tabi'in dan salaf2),tetapi itu bahkan paling afdhol adab kpd tuhan,dan paling kuat mendapat rahmat,dan plng cepat kabul,dan plng kuat sangkaan dgn dkabulkan,lbh dekat kpd dterima,dan jauh dari penolakan dan tegahan ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻜﻮﺛﺮﻱ : ﻻ ﺑﺪ ﻷﻫﻞ ﺍﻟﺴﻠﻮﻙ ﻭﺍﻟﺮﺷﺎﺩ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻮﺳﻞ ﻭﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﻭﺍﻻﺳﺘﻤﺪﺍﺩ ﺑﺄﺭﻭﺍﺡ ﺍﻟﺠﻠﻴﺔ ﻭﺍﻟﺴﺎﺩﺓ ﺍﻷﻣﺠﺎﺩ، ﺇﺫ ﻫﻢ ﺍﻟﻤﺎﻟﻚ ﻷﺯﻣﺔ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻓﻲ ﻧﻴﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ Imam kautsari mengatakan: tdk boleh tdk untk orangyg suluk dan orang pintar agar bertawassul,minta tolong kpd arwah2 yg mulia,dan para imam2 yg mulia,krn mereka itu perantara bagi semua perkara2 penting,pd sampainya yg dkehendaki itu ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺘﻘﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺴﺒﻜﻲ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺍﻷﺷﻌﺮﻱ ﻭﻣﻦ ﺗﺒﻌﻪ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﻣﻨﻬﻢ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﻟﺴﻤﻬﻮﺩﻱ ﻭﺍﻟﺴﻴﻮﻃﻲ ﻭﺍﻟﻘﺴﻄﻼﻧﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺍﻟﻬﻴﺘﻤﻲ ﻭﺍﻟﺰﺭﻗﺎﻧﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﺟﺮﺟﻴﺲ ﺍﻟﺤﻨﻔﻲ ﺍﻟﻌﺮﺍﻗﻲ ﻭﺍﻟﺸﻴﺦ ﺃﺣﻤﺪ ﺯﻳﻨﻲ ﺩﺣﻼﻥ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﻳﻮﺳﻒ ﺍﻟﻨﺒﻬﺎﻧﻲ : ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﻫﻲ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﻐﻮﺙ ،ﻓﺎﻟﻤﺴﺘﻐﻴﺚ ﻳﻄﻠﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺘﻐﺎﺙ ﺑﻪ ﺃﻥ ﻳﺤﺼﻞ ﻟﻪ ﺍﻟﻐﻮﺙ ﻣﻨﻪ ، ﻓﻸ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻌﺒﺮ ﺑﻠﻔﻆ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﻮﺳﻞ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﺸﻔﻴﻊ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﻮﺟﻪ ﻷﻧﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺎﻩ ﻭﻣﻌﻨﺎﻩ ﻋﻠﻮ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻭﺍﻟﻤﻨﺰﻟﺔ ﻭﻗﺪ ﻳﺘﻮﺳﻞ ﺑﺼﺎﺣﺐ ﺍﻟﺠﺎﻩ ﺇﻟﻰ ﻣﻦ ﻫﻮ ﺃﻋﻠﻰ ﻣﻨﻪ Imam subki ,imam samhudi,imam sayuti,imam qastalani,imam ibnu hajar,imam zarkani, dan yg sy tls diatas berpendapat bhw tdk ada perbedaan makna pd beberapa kalimat "tawassul,istigotsah,tawajjuh" ﻭﻗﺎﻝ ﻗﻄﺐ ﺍﻹﺭﺷﺎﺩ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻠﻮﻱ ﺍﻟﺤﺪﺍﺩ : ﺍﻟﻮﻟﻲ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻋﺘﻨﺎﺅﻩ ﺑﻘﺮﺍﺑﺘﻪ ﻭﺍﻟﻼﺋﺬﻳﻦ ﺑﻪ ﺑﻌﺪ ﻣﻮﺗﻪ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺍﻋﺘﻨﺎﺋﻪ ﺑﻬﻢ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻪ، ﻷﻧﻪ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﻣﺸﻐﻮﻻ ﺑﺎﻟﺘﻜﻠﻴﻒ ﻭﺑﻌﺪ ﻣﻮﺗﻪ ﻃﺮﺡ ﻋﻨﻪ ﺍﻷﻋﺒﺎﺀ ﻭﺗﺠﺮﺩ Wali qutub habib abdullah alhaddad berkata: bermula wali itu,keadaan pertolonganx dgn orang2 terdekatnya stlh wafatnya,lbh kuat dari pertolonganx wkt hidupnya,krn wkt hidupnya keadaanx sibuk dgn taklif syariat agama,dan stlh wafat,maka hilanglah darinya taklif itu, ﻓﻬﻢ ﺃﺣﻴﺎﺀ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻮﻟﻲ ﺣﻴﺎ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻔﻘﺪ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﻪ ﻭﻋﻘﻠﻪ ﻭﻗﻮﺍﻩ ﺍﻟﺮﻭﺣﺎﻧﻴﺔ ﺑﻞ ﺗﺰﺩﺍﺩ ﺃﺭﻭﺍﺣﻬﻢ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺑﺼﻴﺮﺓ ﻭﻋﻠﻤﺎ ﻭﺣﻴﺎﺓ ﺭﻭﺣﺎﻧﻴﺔ ﻭﺗﻮﺟﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ، ﻓﺈﺫﺍ ﺗﻮﺟﻬﺖ ﺃﺭﻭﺍﺣﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ ﺷﻲﺀ ﻗﻀﺎﻩ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺃﺟﺮﺍﻩ ﺇﻛﺮﺍﻣﺎ ﻟﻬﻢ ﻓﺄﻫﻞ ﺍﻟﺒﺮﺯﺥ ﻣﻦ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ ﻓﻲ ﺣﻀﺮﺓ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻤﻦ ﺗﻮﺟﻪ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﺗﻮﺳﻞ ﺑﻬﻢ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻳﺘﻮﺟﻬﻮﻥ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ ﺣﺼﻮﻝ ﻣﻄﻠﻮﺑﻪ Mereka hidup dalam kubur mereka,keadaan mereka hdp dalam kuburnya itu tdk mengurangi sdkt pun dari ilmunya,aqalnya,dan kekuatan rohnya,bahkan bertambah kuat penglihatan,ilmu,dan roh mereka,hal mereka slalu tawajjuh kpd Allah,jika mereka tawajjuh kpd Allah meminta sesuatu,maka lgsg Allah qabulkan,dan memberi mereka pahala,krn memuliakan mereka, Para aulia di alam barzakh mereka berada di hadrat Allah,sangat dekat,maka brangsiapa tawassul kpd mereka ,maka mereka akan menyampaikan nya kpd Allah untk dterima permintaan nya, ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻤﻮﺍﻫﺐ : ﻭﻣﻌﻠﻮﻡ ﺃﻥ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ ﺃﺣﻴﺎﺀ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻨﻘﻠﻮﻥ ﻣﻦ ﺩﺍﺭ ﺇﻟﻰ ﺩﺍﺭ Abul mawahib mengatakan: sdh dketahui bhw para wali itu hidup dalam kubur mereka,hanya sanya mereka brpindah dari negri ke negri lain ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻔﺨﺮ ﺍﻟﺮﺍﺯﻱ : ﺇﻥ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻨﻔﻮﺱ ﻟﻤﺎ ﻓﺎﺭﻗﺖ ﺃﺑﺪﺍﻧﻬﺎ ﻓﻘﺪ ﺯﺍﻝ ﺍﻟﻐﻄﺎﺀ ﻭﺍﻟﻮﻃﺎﺀ ﻭﺍﻧﻜﺸﻒ ﻟﻬﺎ ﻋﺎﻟﻢ ﺍﻟﻐﻴﺐ Imam fakhrurrazi mengatakan: sesungguhnya itu roh2,manakala memisahi badan nya,maka hlng lah kesusahan dan terbukalah alam gaib untk nya,
KEDAHSYATAN UCAPAN "INSYA ALLAH" Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh An-Nadhar bin Al-Harits dan `Uqbah bin Ani Mu’ith sebagai utusan kaum kafir Quraisy. Pertanyaan yang diajukan oleh kedua orang ini adalah : “Bagaimana kisah Ashabul Kahfi ?” “Bagaimana kisah Dzul Qarnain ?” dan “Apa yang dimaksud dengan Ruh?” Rasulullah SAW bersabda kepada dua orang itu “besok akan saya ceritakan dan saya jawab.” Akan tetapi Rasulullah SAW lupa mengucapkan “Insya Allah”. Akibatnya wahyu yang datang setiap kali beliau menghadapi masalah terputus selama 15 hari. Sedangkan orang Quraisy setiap hari selalu menagih janji kepada Rasulullah SAW dan berkata “Mana ceritanya? besok..besok..besok..” ketika itu Rasulullah SAW sangat bersedih. Akhirnya Allah menurunkan Wahyu Surat Al-Kahfi yang berisi jawaban kedua pertanyaan pertama, pertanyaan ketiga berada dalam surat Al-Israa ayat 85. Allah berfirman pada akhir surat Al-Kahfii : “Janganlah kamu sekali-kali mengatakan, “Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok.”‘ kecuali dengan mengatakan “Insya Allah.” (QS Al-Kahfi :23-24) Kisah tentang Nabi Sulaiman AS: Nabi Sulaiman AS dahulu pernah lupa mengatakan “Insya Allah” saat mengatakan, “Malam ini aku akan menyetubuhi 60 atau 70 istriku sehingga mereka hamil. Lalu, setiap istriku melahirkan seorang anak lelaki yang akan menjadi mujahid penunggang kuda fisabilillah.” maka ia pun gagal memiliki anak (Kisah Nabi Sulaiman ini terabadikan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim) Ketika malam itu beliau memang menyetubuhi 60 atau 70 istrinya, tetapi yang hamil hanya salah satu diantara istrinya. Bahkan anak yang dilahirkannya pun dalam keadaan tidak sempurna fisiknya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda : “Kalau saja Nabi Sulaiman AS mengucapkan Insya Allah, niscaya mereka akan berjihad di jalan Allah sebagai penunggang kuda semuanya.” (HR Bukhari dan Muslim) Kisah tentang Ya’juj Ma’juj: Di antara bangsa-bangsa manusia, tidak ada bangsa yang sekuat ya’juj ma’juj, sekejam ya’juj ma’juj, dan sebanyak ya’juj ma’juj. Namun tidak disangka, bahwa kelak yang membebaskan mereka dari tembok kokoh dzilqarnain adalah kalimat ‘Insya Allah’. “Mereka (Ya’juj & Ma’juj) berusaha untuk keluar dengan berbagai cara dari dalam gua, hingga sampai saat matahari akan terbenam mereka telah dapat membuat sebuah lobang kecil untuk keluar. Lalu pemimpinnya berkata, “Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita pasti bisa keluar dari sini.” Namun keesokkan harinya lubang kecil itu sudah tertutup kembali seperti sedia kala atas kehendak Allah. Mereka pun bingung tetapi mereka bekerja kembali untuk membuat lubang untuk keluar. Demikian kejadian tersebut terjadi berulang-ulang hingga kelak menjelang Kiamat, di akhir sore setelah membuat lubang kecil pemimpin mereka tanpa sengaja berkata, “Insya Allah, Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita bisa keluar dari sini.” Maka keesokan paginya lubang kecil itu ternyata masih tetap ada, kemudian terbukalah dinding tersebut sekaligus kegaibannya dari penglihatan masyarakat luar sebelumnya. Dan Kaum Ya’juj dan Ma’juj yang selama bertahun-tahun terkurung telah berkembang pesat jumlahnya akan turun bagaikan air bah memuaskan nafsu makan dan minumnya di segala tempat yang dapat mereka jangkau di bumi.” Jika kaum perusak sekelas ya’juj dan ma’juj saja bisa berhasil meskipun tanpa sengaja mengucapkan Insya Allah, bagaimanakah halnya dengan kita umat Islam ? apalagi jika disertai dengan kesadaran dan penuh kepastian mengucapkannya ?? Yakinlah…….Janji Allah SWT selalu benar, Dia lah sebaik baik penepat Janji. Sebuah kalimat yang sering kita sepelekan dan kita salah artikan tetapi orang yang paling mulia disisi Nya, yang telah diampuni dosanya baik yang telah lalu dan yang akan datang pun ditegur oleh Allah SWT karena lupa mengucapkan Insya Allah. Ada rahasia besar apa dibalik kalimat Insya Allah ? Perhatikan petikan ayat diatas, di ayat tersebut Allah memerintahkan manusia ketika semua rencana sudah matang dan pasti janganlah mengatakan “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok.” tetapi harus diikuti dengan ucapan Insya Allah. Sebab ucapan “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok” adalah sebuah UCAPAN KEPASTIAN, keyakinan diri jika hal itu benar benar akan dilakukannya, BUKAN KERAGU-RAGUAN. Benar…. Insya Allah adalah penegas ucapan kepastian dan keyakinan. Bukan keragu-raguan. Dari situlah tubuh kita mengeluarkan semacam kekuatan dan kepasrahan total yang tidak kita sadari sebagai syarat utama tercapainya sebuah keberhasilan. Manusia hanya berencana dan berikhtiar, Allah yang menentukan hasilnya. Manusia terlalu lemah untuk mengucapkan ‘pasti’, karena Allah sebagai sang pemilik tubuh ini dapat berkehendak lain. Ingat baik baik !! Jika kalian tidak yakin atau tidak dapat memastikan sebuah rencana, maka jangan pernah mengatakan Insya Allah, cukup katakan saja “Maaf, saya tidak bisa” atau “Maaf, saya tidak dapat menghadiri…”. (begitulah cara Allah membentuk mental tangguh generasi Pilih tanding) Tetapi Bila pembaca blog ini yakin bisa melakukan rencana itu, maka katakanlah “Insya Allah”, niscaya kalian akan melihat sebuah ketentuan Allah sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh-Nya.
Jalan Menuju Ma’rifah . Ibrahim Ibn Adham adalah seorang sufi terkenal pada abad 3 Hijriah. Suatu hari dia pernah didatangi oleh beberapa orang tetamu yang soleh. “Tuan-tuan Syeikh yang sangat saya hormati!, bimbinglah aku hingga dapat takut kepada Allah seperti kalian takut kepada-Nya.” Kata Ibrahim bin Adham. Mereka menjawab: “Wahai Ibrahim bin Adham, ada tujuh perkara yang harus kau ingat dan kau amalkan dalam usahamu mendekatkan diri kepada Allah. Pertama: Jangan berharap dapat memperoleh hati yang terjaga, jika anda banyak bicara tanpa manfaat. Kedua: Jangan berharap memperoleh ilmu dan hikmah, jika anda banyak makan. Ketiga: Jangan berharap akan memperoleh manisnya rasa ibadah, jika anda banyak menghabiskan waktu duduk dengan manusia lain. Keempat: Jangan banyak berharap akan dapat memperoleh khusnul khatimah pada akhir hayat, jika anda terlalu cinta kepada dunia. Kelima: Jangan berharap akan memperoleh hati yang sentiasa terjaga, jika anda jahil dalam ilmu pengetahuan. Keenam: Jangan berharap akan memperoleh istiqamah dan kemantapan dalam menjalankan kewajipan agama jika anda memilih bersahabat dengan orang zalim. Ketujuh: Jangan berharap akan memperoleh redha Allah, jika anda mencari keredhaan manusia.
ARTI SULUK DAN TASAWUF (Imam Ghazaly) Suluk berarti memperbaiki akhlak, mensucikan amal, dan menjernihkan pengetahuan. Suluk merupakan aktivitas rutin memakmurkan lahir dan batin. Segenap kesibukan hamba hanya ditujukan kepada Sang Rabb, bahkan ia selalu disibukkan dengan usaha-usaha menjernihkan hati sebagai persiapanuntuk sampai kepada-Nya (wusul). Ada dua perkara yang dapat merusak usaha seorang salik (pelaku suluk), yaitu : Pertama , mengikuti selera orang-orang yang mengambil aspek-aspek yang ringan dalam penafsiran dan Kedua, mengikuti orang-orang sesat yang selalu menurut dengan hawa nafsunya. Barangsiapa yang menyia-siakan waktunya,maka ia termasuk orang bodoh. Dan orang yang terlalu mengekang diri dengan waktu maka ia termasuk orang lalai. Sementara orang yang melalaikannya, dia adalah orang-orang lemah.Keinginan seorang hamba untuk melakukan laku suluk tidak dibenarkan kecuali ketika ia menjadikan Allah Swt. dan Rasul-Nya sebagai pengawas hatinya. Siang hari ia selalu puasa dan bibirnya pun diam terkatup tanpa bicara, sebab terlalu berlebihan dalam hal makan, bicara, dan tidur akan mengakibatkan kerasnya hati. Sementara punggungnya senantiasa terbungkuk rukuk, keningnya pun bersujud, dan matanya sembab berlinangan air mata. Hatinya selalu dirundung kesedihan (karena kehinaan dirinya dihadirat- Nya), dan lisannya tiada henti terus berzikir. Dengan kata simpul, seluruh anggota tubuh seorang hamba disibukkan demi untuk melakukan suluk. Suluk dalam hal ini adalah segala yang telah dianjurkan oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya dan meninggalkan apa yang dibenci olehnya. Melekatkan dirinya dengan sifat wara' meninggalkan segala hawa nafsunya, dan melakukan segala hal yang berkaitan erat dengan perintah-Nya. Semua itu dilakukan dengan segala kesungguhan hanya karena Allah Swt., bukan sekadar untuk meraih balasan pahala, dan juga diniatkan untuk ibadah bukan hanya sekadar ritual kebiasaan. Karena sesungguhnya orang yang Asyiq dengan amaliahnya, tidak lagi memandang bentuk rupa zahir amalan itu, bahkan jiwanya pun telah menjauh dari syahwat keduniaan. Maka satu hal yang benar adalah meninggalkan segala bentuk ikhtiar sekaligus menenangkan diri dalam hilir mudik takdir Tuhan. Dalam sebuah syair dinyatakan; Aku ingin menemuinya, Namun Dia menghendakiku untuk menghindar Lalu kutanggalkan semua hasratku Demi apa yang Kaukehendaki Sirnakan semua makhluk darimu dengan hukum Allah Swt. dan binasakan hawa nafsumu atas perintah-Nya. Demikian halnya, tanggalkan seluruh hasratmu demi perbuatan-perbuatan-Nya (af'al). Dengan demikian, maka kau telah mampu menangkap ilmu Allah Swt. Kebebasanmu dari ketergantungan dengan makhluk ditandai dengan perpisahanmu dengan mereka, kau tidak akan kembali dengan mereka, dan kau pun tidak akan menyesali semua yang ada dalam genggaman mereka. Adapun tanda kebebasanmu dari hawa nafsu adalah dengan tidak memasang harapan yang beriebihan dari semua usahamu, dan tidak pula bergantung dengan urusan kausalitas untuk meraih sebuah kemanfaatan ataupun untuk menghindari kebinasaan. Maka kau jangan hanya bergulat dengan dirimu sendiri, jangan terlalu percaya diri, jangan mencelakan atau membahayakan dirimu sendiri. Namun, pertama-tama yang harus kau lakukan adalah menyerahkan semuanya pada Yang Berhak, agar Dia berkenan memberikan kuasa-Nya kepadamu. Seperti kepasrahanmu kepada-Nya saat kau berada dalam rahim ibumu, atau saat kau masih dalam susuan ibumu. Sementara, tanggalnya seluruh hasrat iradah-mu. lebur dalam iradah-Nya ditandai dengan tidak adanya sifat menghendaki dalam dirimu (murid), dalam hal ini kau hanyalah sebagai obyek yang dikehendaki (murad), bahkan dalam setiap lakumu ada intervensi aktivitas-Nya maka jadilah kau sebagai obyek yang dikehendaki-Nya. Adapun aktivitas-Nya menempati semua anggota ragamu, mententramkan jiwa, melapangkan dada, menyinari wajahmu, dan memeriahkan suasana batinmu. Takdir menjadi nuansa dalam hatimu, azali senantiasa akan menyerumu. Rabb yang Maha Menguasai mengajarimu dengan ilmu-Nya, menyematkan pakaian untukmu dari cahaya hulul, dan memposisikanmu pada derajat generasi orang terdahulu di antara para ulama yang saleh (ulu al-'ilm). Mi'raj as-Salikin, Imam Al Gazali
Shalawat atas Nabi Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Disaat aku tiba di langit di malam Isra’ Miraj, aku melihat satu malaikat memiliki 1000 tangan, di setiap tangan ada 1000 jari. Aku melihatnya menghitung jarinya satu persatu. Aku bertanya kepada Jibril as, pendampingku, ‘Siapa gerangan malaikat itu, dan apa tugasnya?.’ Jibril berkata, Sesungguhnya dia adalah malaikat yang diberi tugas untuk menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi.’ Rasulullah saw bertanya kepada malaikat tadi, ‘Apakah kamu tahu berapa bilangan tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi sejak diciptakan Adam as?.’ Malaikat itupun berkata, ‘Wahai Rasulullah saw, demi yang telah mengutusmu dengan hak (kebenaran), sesungguhnya aku mengetahui semua jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi dari mulai diciptakan Adam as sampai sekarang ini, begitu pula aku mengetahui jumlah tetetas yang turun ke laut, ke darat, ke hutan rimba, ke gunung-gunung, ke lembah-lembah, ke sungai-sungai, ke sawah-sawah dan ke tempat yang tidak diketahui manusia.’ Mendengar uraian malaikat tadi, Rasuluullah saw sangat takjub dan bangga atas kecerdasannya dalam menghitung tetesan air hujan. Kemudian malaikat tadi berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah saw, walaupun aku memiliki seribu tangan dan sejuta jari dan diberikan kepandaian dan keulungan untuk menghitung tetesan air hujan yang yang turun dari langit ke bumi, tapi aku memiliki kekurangan dan kelemahan.’ Rasulullah saw pun bertanya, ‘Apa kekurangan dan kelemahan kamu?.’ Malaikat itupun menjawab, ‘Kekurangan dan kelemahanku, wahai Rasulullah, jika umatmu berkumpul di satu tempat, mereka menyebut namamu lalu bershalawat atasmu, pada saat itu aku tidak bisa menghitung berapa banyaknya pahala yang diberikan Allah kepada mereka atas shalawat yang mereka ucapkan atas dirimu.’ “ Allahuma shalli a’la sayyidina Muhammadin wa a’la alihi wa shahbihi wa sallim
KISAH NYATA PEMBENCI MAULUD "Suatu hari Syech Abbas Al-Maliki berada di Baitul Muqaddas Palestina untuk menghadiri peringatan Maulud Nabi SAW di mana saat itu bershalawat dengan berjamaah. Saat itulah beliau melihat seorang pria tua beruban yg berdiri dengan khidmat mulai dari awal sampai acara selesai. Kemudian beliau bertanya kepadanya akan sikapnya itu. Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia gak pernah mau mengakui acara Maulud Nabi dan ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu adalah Bid'ah Sayyi'ah (bid'ah yg jelek). Suatu malam ia mimpi duduk di acara Maulud Nabi bersama sekelompok orang yg bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi SAW ke mesjid, maka saat Rasulullah SAW tiba, sekelompok orang itu bangkit dengan berdiri toek menyambut kehadiran Rasulullah SAW. Namun hanya ia saja seorang diri yg gak mampu bangkit toek berdiri. Lalu Rasullullah SAW berkata kepadanya: "Kamu gak akan bisa bangkit!" Saat ia bangun dari tidurnya ternyata ia dalam keadaan duduk dan gak bisa berdiri. Hal ini ia alami selama 1 tahun. Kemudian ia pun bernadzar jika sembuh dari sakitnya ia akan menghadiri acara Maulud Nabi di mesjid dengan bershalawat.Kemudian Allah menyembuhkan nya. Ia pun selalu hadir toek memenuhi nadzarnya dan bershalawat dalam acara Maulud Nabi SAW".[Sumber : Kitab Al-Hady At-Tam fi Mawarid al-Maulid an-Nabawi, hal 50-51, karya Syech Muhammad Alwi Al-Maliki

Minggu, 17 Februari 2013

Home » Berita Nusantara » MUI (Majelis Ulama Indonesia) : Tarekat At-Tijaniyah Tidak Sesat Tapi Sah dan Mu'tabarah MUI (Majelis Ulama Indonesia) : Tarekat At-Tijaniyah Tidak Sesat Tapi Sah dan Mu'tabarah MADINATULIMAN.COM - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi menyatakan Thoriqoh At Tijaniyah tidak sesat. Pernyataan ini disampaikan terkait maraknya pemberitaan menyangkut Thoriqoh At Tijaniyah akhir-akhir ini. Hal tersebut meyangkut keberadaan aliran sesat pimpinan Sumarna di Kampung Cisalopa, Desa Bojong Tipar, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi yang mengaku merupakan pengikut Thoriqoh At Tijaniyah. Padahal, kelompok Sumarna meniadakan shalat Subuh dan Jumat serta meramal akan terjadi kiamat pada bulan Ramadhan 1433 Hijriah lalu. "Kami tegaskan At Tijaniyah tidak sesat," ujar Ketua MUI Kabupaten Sukabumi, KH Jejen Zainal Abidin. Thoriqoh Tijaniyah telah diputuskan muktabarah dan sah karena ajarannya memegang teguh syariat Islam. Namun yang dinyatakan sesat adalah kelompok yang dipimpin Sumarna yang berada di Desa Bojong Tipar, Kecamatan Jampang Tengah. Aliran yang dipimpin Sumarna tersebut ditetapkan sebagai aliran sesat dan menyesatkan karena telah merubah Rukun Islam pada awal Juli 2012 lalu. [] http://www.republika.co.id/berita/nasional/nusantara-nasional/12/08/22/m95l0i-mui-kelompok-sumarna-yang-sesat-bukan-tarekat-at-tijaniyah

Rabu, 06 Februari 2013

Syaikhul Akbar Ibnu Araby dalam kitab Futuhatul Makkiyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut : 1. Wali Aqthab atau Wali Quthub Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan. 2. Wali Aimmah Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat. 3. Wali Autad Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kakbah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Haiyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid. 4. Wali Abdal Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah. Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian. 5. Wali Nuqoba’ Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqoba’ melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak. 6. Wali Nujaba’ Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa. 7. Wali Hawariyyun Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair bin Awam. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah. 8. Wali Rajabiyyun Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara.Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang. 9. Wali Khatam Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammd,saw. derajat Wali yang disandang sesorang itu adalah merupakan anugrah dari Alloh yang telah dicapai seorang hamba dalam mencari Hakekat Alloh ( Aripbillah). Bahkan ibadahnya seorang wali itu lebih utama dibandingkan dengan ibadahnya seorang Ulama yang A’lim.Kenapa demikian ? seorang Wali telah mencapai hakekat Alloh sedangkan seorang ulama baru tahap mencari jalan untuk mencapai hakekat Alloh. wali dapat diketahui dengan wali yang lain ada juga seseorang yang menjadi wali Alloh tapi dirinya tidak tahu bahwa dia seorang Wali. Wallulloh a’lam.