Jumat, 07 Juni 2013
CINTAILAH MAJLIS ILMU DAN ULAMA’
Suatu ketika Rasulullah SAW
memasuki masjid Nabawi, disana beliau menemui dua majlis, salah satunya
berkumpul untuk berdoa kepada Allah dan yang lain duduk untuk belajar dan
mengajar. Kemudian beliau SAW bersabda (yang artinya):
“Kedua majlis itu berada
atas kebaikan, (namun) salah satunya lebih utama daripada yang lain, adapun
mereka adalah kelompok yang berdoa dan memohon kepada Allah, jika Allah
berkehendak Dia akan mengabulkan (memberikan) apa yang mereka mohonkan atau jika
Allah mau Dia tidak memberikannya. Dan adapun mereka, kelompok yang belajar dan
mengajar orang yang jahil, (sedang) Aku telah diutus sebagai pendidik (guru),
dan mereka itulah kelompok yang lebih utama”.
Kemudian beliau mendatangi
majlis ilmu tersebut dan duduk bersama mereka (HR. Ibnu Majah dan Ad Darimi
dari Abdullah bin ‘Amr)
Sahabat Anas bin Malik,
khadim (pembantu) Rasulullah SAW menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda
(yang artinya):
“Jika kalian melewati
kebun(taman) surga maka bersenang-senanglah (di dalamnya)”, sahabat bertanya,
“Wahai Rasulullah apakah kebun surga itu?”, beliau menjawab: “Perkumpulan
dzikir” (HR. At Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, beliau
bersabda: “Majlis-majlis ilmu”.
Dalam hadits yang marfu’
juga disebutkan bahwa Allah SWT memiliki malaikat-malaikat khusus yang bertugas
mencari hilaqudz dzikr (perkumpulan dzikir), dan jika mereka telah
mendapatinya, mereka mengitari majlis tersebut. (HR. Al Bazzar dari Anas bin
Malik)
Dalam menafsirkan maksud
“perkumpulan dzikir” ini hendaknya kita tidak mengartikan sebatas majlis dzikir
semacam tahlilan atau istighotsah saja, tapi majlis dzikir yang disebutkan pada
hadits diatas mencakup semua majlis yang mengingatkan kita kepada Allah, majlis
yang mengenalkan kita kepada syariat Allah, majlis yang memberikan penjelasan,
mana yang halal dan mana yang haram, majlis yang membahas fiqh, bagaimana cara
menjual dan membeli, bagaimana cara sholat, berpuasa, berhaji, menikah dan yang
semacamnya. Demikian disampaikan oleh Al Imam ‘Atho’ bin Abi Rabah RA.
Maka dari itu, majlis
taklim, pengajian-pengajian yang ada saat ini, yang didalamnya diajarkan
syariat islam, itupun masuk dalam kategori “Perkumpulan Dzikir” yang dikatakan
sebagai bagian dari taman-taman surga.
Pada masa Rasulullah, juga
dikisahkan. Tatkala beliau duduk di masjid dengan dikitari beberapa sahabatnya.
Tiba-tiba datang 3 orang, dua orang datang masuk ke majlis sedang satunya pergi
meninggalkan majlis. Dua orang tadi mendekat ke majlis Rasulullah, salahsatunya
melihat ada tempat yang kosong disela-sela majlis, maka dia mengisinya, sedang
yang satunya lagi (karena malu) duduk dibelakang majlis. Manakala usai dari
majlis tersebut. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):
“Tidakkah akan aku beritakan
kepada kalian perihal tiga orang tadi?, yang satu telah datang kepada Allah,
maka Allah pun mendatanginya, sedang yang lain merasa malu dari Allah, maka
Allah pun malu darinya dan yang lain (ketiga) telah berpaling dari Allah maka
Allah pun berpaling darinya” (HR. Bukhori dan Muslim dari Abi Waqid Al Laitsi
RA)
Rasulullah Saw bersabda
(yang artinya):
“Sesungguhnya Luqman Al
Hakim berwasiat kepada puteranya: Hai anakku, wajib bagimu duduk bersama Ulama
(mendatangi majlis mereka), dan dengarkanlah kalam (pembicaraan) Hukama’ (ahli
hikmah), sesungguhnya Allah akan menghidupkan hati yang mati (kaku) dengan
cahaya ilmu (hikmah) sebagaimana Allah menghidupkan tanah yang tandus dengan
air hujan” (HR. Ath Thabarani, Al Bazzar dll dari Abu Umamah).
Al Imam Sahl bin Abdillah At
Tusturi berkata:
“Barang siapa ingin melihat
majlis para Nabi maka lihatlah majlis para Ulama’, sebab mereka itulah
pengganti para Rasul pada umat mereka, pewaris ilmu-ilmu mereka. maka majlis
mereka adalah majlis pengganti para Nabi”.
Al Imam Abdullah bin Mas’ud
berkata:
“Orang-orang yang bertaqwa
adalah pemimpin, Al Fuqaha (Ulama) adalah tauladan dan duduk bersama mereka
menambah (kebersihan hati dan kedekatan kepada Allah)”
Sahabat Abdullah bin Umar
berkata:
“Majlis ilmu lebih baik
daripada beribadah 60 tahun”
Sayyiduna Umar bin Khattab
RA berkata:
“Sungguh ada seseorang yang
keluar dari rumahnya dengan memikul dosa sebesar gunung Tihamah, lalu dia
menghadiri majlis ilmu dan mendengarkan nasehat dan wasiat si ‘Alim, dan berkat
itu dia takut kepada Allah dan bertaubat dari dosa-dosanya. Tatkala dia kembali
ke rumahnya, dosa-dosanya telah diampuni. Janganlah kalian meninggalkan majlis
ulama. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan sejengkal tanah dibumi yang lebih
mulia dari tanah yang dipakai majlis ilmu”. (Ihya’ Ulumiddin).
Al Imam ‘Atho’ bin Abi Rabah
berkata: “Satu majlis ilmu menggugurkan 70 majlis kelalaian”.
Al Habib Ahmad bin Hasan Al
‘Aththos berkata: “Majlis dakwah dan majlis yang disebut didalamnya orang-orang
soleh, adalah pencuci hati dan penyejuk hati”.
Beliau juga berkata: “Tidaklah
diadakan majlis taklim atau dzikir kecuali Allah keluarkan dari majlis itu
(semacam) awan putih bersih. Kemudian awan itu digiring kepada kaum yang tidak
berbuat amal kebajikan sama sekali, lalu awan itu menurunkan hujan (rahmat dan
barokah) kepada mereka. sehingga mereka tergolong orang yang berbahagia”.
Itulah kemuliaan majlis ilmu
dan dzikir, keberkahan dan rahmat yang turun kepada ahli majlis itu akan
diberikan pula kepada orang lain yang lalai kepada Allah sehingga juga mendapat
percikan barokah dan rahmat tersebut.
Al Habib Abdullah bin Alawi
Al Haddad berkata: “Ketahuilah bahwa berkumpul dengan orang yang baik (soleh)
akan menanam di dalam hati kecintaan pada kebaikan dan membantunya agar mudah
melakukan kebaikan itu. Sebagaimana duduk dan bergaul bersama orang yang jelek
akan menanam dalam hati cinta kejelekan (maksiat) dan membuatnya mudah
melakukan kejelekan itu. Siapa yang bergaul dengan suatu kaum, maka otomatis
akan mencintai mereka. Dan seseorang akan dikumpulkan bersama yang dicintainya di
dunia dan akhirat”.
Al Habib Muhammad bin Zein
bin Smith berkata: “Jangan engkau duduk kecuali bersama orang yang akan
mengingatkanmu kepada Allah dan memberikan semangat kepadamu dalam beribadah,
jika kamu mendapati orang itu maka pegangilah dan dekati dia. Sebab tidak ada yang
lebih bermanfaat bagi hati daripada duduk bersama sholihin”.
Seorang ahli hikmah berkata:
“Siapa yang berkawan dan mencintai orang yang baik (soleh), maka Allah akan
menjadikannya orang yang soleh, sekalipun awalnya dia adalah orang yang jelek (hina).
Dan siapa yang berkawan dengan orang yang jelek, maka Allah akan menjadikannya orang
yang jelek, sekalipun awalnya dia orang yang baik. Dan jika kalian tidak
menjumpai mereka, maka tidak ada yang lebih baik daripada membaca biografi dan
sejarah kehidupan mereka serta mempelajari kitab-kitab mereka”.
Karena itu Al Habib Ahmad
bin Zein Al Habsyi berkata: “Kepahaman adalah cahaya yang memancar dalam hati,
yang tidak akan diberikan kecuali kepada orang yang duduk bersama sholihin atau
mempelajari kitab-kitab mereka”.
Ahli hikmah berkata: “Siapa
yang solat dibelakang orang yang diampuni, maka dia pun akan diampuni oleh
Allah dan siapa yang duduk bersama sholihin, akan bertambah semangatnya dalam
bertaat dan siapa yang duduk dengan ulama maka akan bertambah ilmu dan amalnya”.
Al Imam Muhammad bin Idris Asy
Syafii berkata: “Empat hal ini menambah kecerdasan: tidak banyak berbicara (fudhul),
memakai siwak, bergaul bersama sholihin dan duduk dengan ulama”.
Sumber: Kitab Al Manhaj As
Sawiy Syarh Ushuul Thariqah As Saadah Al Ba ‘Alawi, karya Al ‘Allamah Al Habib
Zein bin Ibrahim Bin Smith RA.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar