Rabu, 21 November 2012

Riwayat Al Baihaqy dari Abu Sa’id Al Khudrij ra, Rasulallah saw bersabda : يَقُوْلُ الرَّبُّ جَلَّ وَعَلاَ يَوْمَ القِيَامَةِ سَيَعْلَمُ هَؤُلاَءِ الْجَمْعَ الْيَوْمَ مَنْ اَهْلُ الْكَرَمِ؟ فَقِيْلَ مَنْ اَهْلُ الْكَرَمِ؟ قَالَ : اَهْلُ مَجَالِسِ الذِّكْرِ فِي الْمَسَاجِدِ (رواه البيهاقي Artinya: “Allah jalla wa ‘Ala pada hari kiamat kelak akan bersabda: ’Pada hari ini ahlul jam’i akan mengetahui siapa orang ahlul karam (orang yang mulia). Ada yang bertanya: Siapakah orang-orang yg mulia itu? Allah menjawab, Mereka adalah orang-orang peserta majlis-majlis dzikirdi masjid-masjid ”. Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan: “Dikeluarkan oleh Imam Turmudzi, Ibn Majah dan dishohihkan oleh Imam Al-Hakim dari hadits Abu Darda ra. secara marfu’ Rasulallah saw. bersabda: ‘Senangkah kalian jika aku beritahukan mengenai amal yang paling baik dan paling bersih/suci disisi Raja kalian. Lebih tinggi derajatnya bagi kalian, bahkan lebih baik bagimu daripada menginfakkan emas dan kertas (uang), serta lebih baik daripada bertemu dengan musuh kalian lalu kalian menebas leher musuh itu dan (atau) mereka membunuh kalian (menebas leher kalian)’? Mereka menjawab: ‘Ya’. Rasulallah saw. bersabda: ‘Itulah dzikrullah mengingat Allah ‘Azza wa Jalla (Yang Maha Perkasa dan Agung)’ “. (HR.Turmudzi [V:459, Ibn Majah [2:1245], Al-Hakim [1:496]. Hadits ini shohih). Ibn Hajar telah mengisyaratkan mengenai dzikir tersebut, ketika menjelaskan jihad dan keutamaan orang yang berjihad (al-mujahid). Bahwa mujahid itu seperti orang yang sedang beribadah puasa tidak berbuka (sering berpuasa), seperti yang bangun malam (untuk ibadah) tidak pernah tidur dan keutamaan-keutamaan lainnya yang menunjukkan keutamaan jihad dibandingkan dengan amal-amal sholeh lainnya. Untuk mengkompromikan dalil-dalil tersebut –wallahu a’lam– bahwa yang dimaksud dengan dzikrullah dalam hadits Abu Darda’ –yang sangat besar pahalanya– itu adalah dzikir al-kamil (yang sempurna).Yakni dzikir yang dilakukan dengan lisan dan disertai oleh hati, dengan memikirkan makna, serta menangkap keagungan Allah swt.. Dan orang yang dapat melakukan dzikir semacam itu akan mendapatkan keutamaan –dari sisi Allah swt.– lebih utama daripada orang-orang yang berperang melawan orang-orang kafir tanpa penghayatan terhadap perbuatan atau ibadahnya itu. Keutamaan jihad –berjuang untuk kemaslahatan dan kejayaan agama Islam– itu juga diakui lebih utama dibandingkan dengan dzikir denganlisan saja tanpa pemaknaan dan penghayatan. Jika ada yang kebetulan berkesempatan atau dengan sengaja menyempatkan diri untuk melakukan dzikir dengan lisan dan hati- nya, serta menghayatinya –dan itu semua dilaksanakan ketika dia melakukan sholat, puasa, sedekah atau berperang melawan orang-orang kafir– maka itulah yang mencapai derajat yang tinggi (yakni seperti digambarkan dalam hadits Abu Darda’). Sedang menurut Al-Qadhi Abu Bakar bin Al’Arabi bahwa tiada perbuatan sholeh kecuali dzikir merupakan syarat untuk membenarkan atau meluruskannya. Sehingga, siapa saja yang tidak berdzikir umpamanya ketika bersedekah atau puasa, maka amal ibadahnya tidak sempurna. Jadi, dzikir, jika dilihat dari fungsinya yang seperti itu dapat dinilai sebagai amal yang paling mulia. Perhatikanlah, hadits yang berarti : ‘Niat Mukmin itu lebih hebat (ablagh) daripada amalnya’ “ . Demikianlah menurut Ibn Hajar Al-‘Asqalani dari Al-Fath X1:210. (HR.Thabarani dalam Al-kabir V1:185; Baihaqi dalam Su’ab Al-Iman V:343; Al-Hafidh All-Sakhawi dalam Al-Maqashlud Al-Hasanah hal. 450, mengenai jalan (sanad) hadits tersebut, mengatakan : ‘Jalan-jalan hadits tersebut meski dho’if, tetapi semuanya dapat memperkuat hadits tersebut’. Lihat pula kitab Majma’ Al-Zawa’id 1:61.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar