Rabu, 20 Februari 2013
Menurut fatwa seorang Ulama besar : Asy-Syekh Al Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa
mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw, dengan cara mengumpulkan banyak orang,
dan dibacakan ayat-ayat al-Quran dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan
Nabi sejak kelahiran hingga wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan
lainnya dengan cara yang tidak berlebihan adalah merupakan perbuatan Bid’ah hasanah, dan akan
mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya dan yang menghadirinya, sebab merupakan
wujud kegembiraan, dan kecintaan / mahabbah kapada Rosullullah saw.
Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw :
ﻣَﻦْ ﺃَﺣَﺒَّﻨِﻰ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﻌِﻲْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨـَّﺔِ
“Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta kepada saya maka akan berkumpul bersama dengan
saya masuk surga”.
Dalam kitab “Anwarul Muhammadiyah“ karangan : Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani, diterangkan
bahwa pada saat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, seorang wanita budak belian dari Abu Lahab
(tokoh kafir jahiliyyah) yang bernama Tsuwaibah menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran
Nabi Muhammad Saw kepada Abu Lahab. Karena senangnya Abu Lahab mendapat berita itu, spontan
budak wanitanya yang bernama Tsuwaibah itu dibebaskan dan dihadiahkan kepada Siti Aminah :
Ibunda Muhammad Saw untuk menyusui bayinya tersebut.
Ketika Abu Lahab telah meninggal dunia seorang sahabat Nabi ada yang bertemu dalam mimpinya
dan menanyakan tentang nasibnya di akhirat.
Abu Lahab menjawab : Saya disiksa selama-lamanya karena kekafiran saya tetapi pada tiap-tiap hari
senin saya diberi keringanan dari siksaan bahkan aku bisa mencium dua jari tanganku dan bisa
keluar airnya untuk saya minum.
Dan ketika ditanya : mengapa bisa demikian? Abu Lahab menjawab : Ini adalah merupakan hadiah
dari Allah karena kegembiraanku pada saat kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Dalam sebuah hadits dikatakan :
ﻣَﻦْ ﻋَﻈَّﻢَ ﻣَﻮْﻟِﺪِﻯْ ﻛُﻨْﺖُ ﺷَﻔِﻴْﻌًﺎ ﻟَﻪُ ﻳَـﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎ ﻣَﺔِ . ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻧْﻔَﻖَ ﺩِﺭْﻫَﻤًﺎ ﻓِﻰ ﻣَﻮْﻟِﺪِﻯ ﻓَﻜَﺄَ ﻧَّﻤَﺎ ﺍَﻧْﻔَﻖَ ﺟَﺒَﻼً ﻣِﻦْ ﺫَ ﻫَﺐٍ ﻓِﻰ ﺳَﺒِﻴْﻞِ
ﺍﻟﻠﻪِ
“Barang siapa yang memulyakan / memperingati hari kelahiranku maka aku akan memberinya
syafa’at pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati
kelahiranku, maka akan diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.
Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata :
ﻣَﻦْ ﺃَﻧْﻔَﻖَ ﺩِﺭْ ﻫَﻤﺎً ﻓِﻰ ﻣَﻮْ ﻟِﺪِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺭَﻓِﻴْﻘِﻲْ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
“Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi Saw : akan
menjadi temanku masuk surga”.
Sahabat Umar Bin Khoththob berkata :
ﻣَﻦْ ﻋَﻈَّﻢَ ﻣَﻮْ ﻟِﺪِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻘَﺪْ ﺃَﺣْﻴَﺎ ﺍْﻹِﺳْﻼَﻡَ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi Saw, berarti telah menghidupkan
Islam”.
Sahabat Ali Bin Abi Tholib berkata :
ﻣَﻦْ ﻋَﻈَّﻢَ ﻣَﻮْ ﻟِﺪِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻻَ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴﺎَ ﺍِﻻَّ ﺑِﺎْﻹِ ﻳْﻤَﺎﻥِ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi Saw, apabila pergi meninggalkan
dunia pergi dengan membawa iman”.
Melihat besarnya pahala tersebut maka banyaklah kaum muslimn muslimat yang selalu melahirkan
rasa cintanya kepada Nabi dan mengagungkan hari kelahiran Nabi dengan cara-cara yang terpuji
seperti pada tiap-tiap malam Senin atau malam Jum’at mengadakan jama’ah membaca kitab Al-
Barzanji, sholawat maulud, dan ada pula yang menyediakan tabungan yang berwujud uang hasil
tanaman atau sebagian gajinya untuk kepentingan memperingati kelahiran Nabi Saw.
Perintis Peringatan Maulid Nabi
Peringatan Maulud Nabi sudah diadakan oleh kalangan umat Islam sejak pada kurun ketiga atau tiga
ratus tahun setelah hijrah Nabi, yang pada saat itu kondisi umat Islam mulai rusak dalam berbagai
hal.
Tokoh pemerintahan yang pertama kali menyelenggarakan peringatan Maulud Nabi adalah Penguasa
Irbil Raja Mudzaffar Abu said Al Kukburi bin Zainuddin Ali bin Buktikin. Beliau adalah Raja yang
cerdas ahli strategi di bidang pemerintahan, pemurah, alim dan adil. Saat itu pemerintahannya terasa
kurang stabil, rakyatnya mulai banyak meninggalkan syariat agamanya, akhlaqnya mulai rusak, mulai
terjadi banyak kerusuhan-kerusuhan dan kemaksiatan- kemaksiatan.
Raja Mudzaffar berinisiatif menyelenggarakan peringatan Maulid nabi setiap bulan Robi’ul Awal
secara besar-besaran, dengan mengumpulakan semua masyarakat dari tokoh-tokohnya sampai
rakyat kecil. Pada peringatan Maulid itu disampaikan penjelasan tentang sejarah dan perjuangan,
serta keteladanan Nabi Muhammad SAW sejak lahir sampai wafatnya. Seorang ulama’ besar Syekh
Al Hafidz Ibnu Dahyah yang mengarang kitab tentang sejarah Nabi yang diberi nama At-Tanwir fi
Maulidil Basyir An-Nadzir, diberi hadiah oleh Raja 1000 dinar.
Setelah diadakan peringatan Maulid Nabi SAW tersebut, pemerintahan kembali stabil, semangat
pengamalan agamanya makin baik, negaranya aman, tentram dan bertambah makmur. Sesuai dengan
Firman Allah SWT :
ﻭَﻟَﻮْ ﺍَﻥَّ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟْﻘُﺮَﻯ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﻭَﺍﺗَّﻘَﻮْﺍ ﻟَﻔَﺘَﺤْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺑَﺮَﻛَﺎﺕٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻷَﺭْﺽِ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻛَﺬَّﺑُﻮْﺍ ﻓَﺄَﺧَﺬْﻧَﺎﻫُﻢْ ﺑِﻤَﺎﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮْﻥَ.
) ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ : ٩٥ )
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami (Allah) akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS : Al A’raf :96).
Anjuran memperingati Maulid Nabi
Anjuran supaya memperingati Maulid Nabi sudah diisyaratkan oleh Allah SWT, dan oleh nabi sendiri.
Firman Allah surat Al A’rof : 157 :
ﻓَﺎﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺑِﻪِ ﻭَﻋَﺰَّﺭُﻭْﻩُ ﻭَﻧَﺼَﺮُﻭْﻩُ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﺍ ﺍﻟﻨُّﻮْﺭَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻣَﻌَﻪُ ﻭَﺍُﻭﻟﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍْﻟﻤُﻔْﻠِﺤُﻮْﻥَ . ) ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ : ١٥٧ )
Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Muhammad) memulyakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang
yang beruntung. (QS. Al A’rof :157)
Termasuk orang-orang yang memulyakan (dalam ayat ini) adalah orang-orang yang memperingati
Maulid Nabi SAW, yang membaca Barzanji, Marhaban, Burdah, syair-syair dan qosidah-qosidah dan
pengajian-pengajian, kalau dimaksudkan untuk memulyakan Nabi, maka akan mendapat pahala yang
banyak dan akan beruntung.
Nabi Muhammad saw juga sudah memberikan isyarat tentang perlunya memperingati kelahiran Nabi
sebagaimana hadis riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Qotadah Al Anshory r.a :
ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻌﻢ ﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺻَﻮْﻡِ ﺍْﻹِﺛْﻨَﻴْﻦِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻓِﻴْﻪِ ﻭُﻟِﺪْﺕُ ﻭَﻓِﻴْﻪِ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻋَﻠَﻲَّ . ) ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ )
“Sesungguhnya Rosulullah saw ditanya seorang sahabat tentang puasa hari Senin, maka beliau
menjawab, sebab di hari Senin itu hari kelahiranku, dan wahyu diturunkan kepadaku”. ( HR. Muslim).
Dari hadis ini Nabi sendiri juga memulyakan hari kelahirannya, dengan berpuasa (amal yang baik).
Beberapa pendapat tentang memperingati Maulid Nabi saw.
Di kalangan umat Islam ada beberapa pemahaman tentang memperingati Maulid nabi saw :
1. Golongan yang terbesar, yaitu yang merayakan Maulid Nabi setiap bulan Robi’ul Awwal, bahkan di
bulan-bulan yang lain atau tiap-tiap malam Senin atau Jum’at dengan membaca Barzanji, membaca
Marhaban dan kitab-kitab Maulid lainnya, sebagaimana yang biasa diamalkan umat Islam sejak
dahulu. Golongan ini ada yang hanya membaca Barzanji saja, atau ada pula yang diteruskan dengan
pengajian atau ceramah tentang riwayat dan perjuangan Nabi. Semua itu dengan maksud untuk
melahirkan kecintaannya kepada nabi Muhammad saw.
2. Golongan umat Islam yang nerayakan maulid nabi tiap Bulan Robiul Awal, tetapi tidak dengan
membaca Barzanji, tidak membaca Marhaban, atau kitab-kitab Maulid lainnya, karena dianggap tidak
ada tuntunannya.
3. Golongan yang ekstrim, yaitu tidak mau merayakan peringatan maulid Nabi sama sekali, karena
hal itu dianggap bid’ah yang harus ditinggalkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar