Rabu, 19 Desember 2012

IRSYADUL ANAM FI TARJAMATI ARKANIL ISLAM Bag 6 Pasal Ke tigapuluh delapan Pakaian yang Diharamkan Bahwasanya haram hukumnya bagi laki-laki memakai pakaian dari bahan sutra seluruhnya, atau pakaian yang banyak mengandung sutra daripada benangnya menurut timbangannya. Dan boleh bagi perempuan dan bagi anak-anak yang belum balligh memakai sutra dan emas atau perak. Adapun bagi laki-laki yang sudah balligh maka haram atasnya memakai emas atau suwasa (emas dicampur tembaga) atau perak atau ketiga-tiganya dari benda itu yang berupa/berbentuk benang. Melainkan yang diperbolehkan yaitu berbentuk cincin perak yang sederhana besarnya. Haram hukumnya baik bagi laki-laki atau perempuan memakai bejana (barang-barang pecah belah, sendok, dll) yang terbuat daripada emas atau perak atau suwasa, atau sepuhan yang tebal dengan lapisan dari ketiga benda itu. Sekalipun bejana itu hanya untuk disimpan saja (dikoleksi) walaupun tidak dipakai tetap haram juga. Pasal Ke tigapuluh Sembilan Shalat Idhul Fitri dan Idhul Adha Shalat Idhul Fitri yakni shalat hari raya Syawal (lebaran) dan Idhul Adha yakni shalat hari raya Haji, sunnah melakukan Takbir Muthlaq yaitu dimulai dari waktu Maghrib pada malam hari raya keduanya itu, hingga takbiratul ihram shalat Idh itu. Lafazh takbir Muthlaq yang afdhal adalah sebagai berikut: اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهِ وَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ. (3×) اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّ يْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، وَصَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَا بَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهِ وَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ. Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, Allah yang Maha Besar, Allah yang Maha besar Yang Maha Terpuji.(3 kali) Allah yang Maha Besar Kebesarannya, segala puji bagi Allah akan pujian yang banyak, dan Mahasuci Allah senantiasa pagi dan petang. Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, dan tiada kami sembah hanya pada-Nya, padahal kami berikhlas baginya kan agama Islam dan sekalipun dibenci oleh sekalian orang yang kafir. Tiada Tuhan yang disembah hanya Allah yang Maha Esa, maka benarlah janjinya, dan telah memenangkan hambanya yakni Nabi Muhammad dan telah mengalahkan semua kaum kafir dengan sendirinya. Tiada Tuhan yang disembah hanya Allah Tuhan yang Maha Besar, Tuhan yang Maha Besar dan segala Puji bagi Allah. Persamaan dan perbedaan Ibadah sunnah yang dapat dilakukan pada Hari Raya Idhul Fitri dan Idhul Adha: HARI RAYA IDHUL FITRI HARI RAYA IDHUL ADHA sunnah memperbanyak membaca takbir itu didalam malam hari raya (malam takbiran) hingga takbiratul ihram shalat Iedh. sunnah memperbanyak membaca takbir itu didalam malam hari raya (malam takbiran) hingga takbiratul ihram shalat Iedh. Tidak ada Sunnahnya membaca Takbir setelah Shalat Iedh Bagi orang yang tidak sedang mengerjakan Ibadah Haji, maka Sunnah memperbanyak membaca Takbir Muqayyad yaitu disunnahkan setiap habis shalat fardhu, disunnahkan membaca takbir mulai sehabis shalat Shubuh pada hari Arafah (9 Zulhijjah) hingga waktu Ashar di hari tgl 13 Zulhijjah Bagi orang yang sedang mengerjakan Ibadah Haji maka Sunnah memperbanyak membaca Takbir Muqayyad yaitu disunnahkan setiap habis shalat fardhu, disunnahkan membaca takbir mulai waktu Zhuhur hari nahar (10 Zulhijjah) sampai dengan waktu Shubuh di hari tanggal 13 Zulhijjah) Sunnah bergadang dengan membuat segala ibadah baik membaca Al-Qur’an maupun Takbir pada malam hari raya. Sunnah bergadang dengan membuat segala ibadah baik membaca Al-Qur’an maupun Takbir pada malam hari raya. Sunnah mandi dan memakai pakaian yang paling bagus dan yang halal pada pagi hari raya. Sunnah mandi dan memakai pakaian yang paling bagus dan yang halal pada pagi hari raya. sunnah makan dahulu sebelum pergi shalat Iedh. sunnah tidak makan dahulu sebelum shalat Iedh. Waktunya shalat Iedh di hari raya adalah mulai terbitnya Matahari sampai dengan masuknya waktu Shalat Zhuhur. Waktunya shalat Iedh di hari raya adalah mulai terbitnya Matahari sampai dengan masuknya waktu Shalat Zhuhur. Sunnah mengucapkan kata pengganti dari qamatnya dengan ucapan: أَلصَّلاَةَ جَامِعَةً. Artinya: ini shalat sunnah berjama’ah. Sunnah mengucapkan kata pengganti dari qamatnya dengan ucapan: أَلصَّلاَةَ جَامِعَةً. Artinya: ini shalat sunnah berjama’ah Niat Shalat Idhul Fitri: اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى. Artinya: Sahjaku shalat Idhul Fitri dua raka’at lillahi ta’ala. Niat Shalat Idhul adha: اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى. Artinya: Sahjaku shalat Idhul Adha dua raka’at lillahi ta’ala. Sesudahnya takbiratul ihram di raka’at yang pertama sesudahnya membaca do’a istiftah sebelumnya اَعُوْذُبِاللهِ maka sunnah takbir lagi 7 (tujuh) kali, dan pada raka’at yang kedua sebelum membaca اَعُوْذُبِاللهِ 5 (lima) kali takbir Sesudahnya takbiratul ihram di raka’at yang pertama sesudahnya membaca do’a istiftah sebelumnya اَعُوْذُبِاللهِ maka sunnah takbir lagi 7 (tujuh) kali, dan pada raka’at yang kedua sebelum membaca اَعُوْذُبِاللهِ 5 (lima) kali takbir. sunnah membaca disela-sela takbir itu: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ ِللهِ، وَ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ. sunnah membaca disela-sela takbir itu: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ ِللهِ، وَ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ. selesai daripada shalat ‘iedh maka tidak disunnatkan membaca takbir lagi melainkan membaca do’a saja, kemudian membaca khutbah. sunnah membaca takbir lagi sesudah shalat iedh itu, yaitu takbir muqayyad Dan sunnah dua khutbah sesudah iedh dengan segala rukun-rukun khutbah yang tersebut pada pasal 37 mengenai shalat jum’at. dan sunnah dua khutbah sesudah iedh dengan segala rukun-rukun khutbah yang tersebut pada pasal 37 mengenai shalat jum’at. sunnah takbir di awal khutbah pertama 9 (sembilan) kali berturut-turut dan di awal khutbah yang kedua 7 (tujuh) kali berturut-turut sunnah takbir di awal khutbah pertama 9 (sembilan) kali berturut-turut dan di awal khutbah yang kedua 7 (tujuh) kali berturut-turut disebutkan pada khutbah idhul fitri mengenai perihal zakat fitrah disebutkan pada khutbah idhul Adha mengenai prihal idhhiyyah (qurban). Pasal Ke empatpuluh Shalat Gerhana Sunnah melakukan Shalat Kusufil Syamsi, yakni Shalat Gerhana Matahari, dan Shalat Khusufil Qamari, yakni Shalat Gerhana Bulan. Bilamana mendapatkan Gerhana Matahari atau Gerhana Bulan maka sunnah dua raka’at dan afdhalnya berjama’ah. Niat shalat Gerhana adalah sebagai berikut: 1. Niat Shalat Gerhana Matahari: أُصَلِّى سُنَّةَ الْكُُُُُُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى. Artinya: Sahjaku shalat Sunnah Gerhana Matahari dua raka’at karena Allah Ta’ala. 2. Niat Shalat Gerhana Bulan: أُصَلِّى سُنَّةَ الْخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى. Artinya: Sahjaku shalat Sunnah Gerhana Bulan dua raka’at karena Allah Ta’ala. Niat shalat gerhana berbarengan dengan Takbiratul Ihram seperti shalat pada umumnya. Sunnah-sunnah dalam Shalat Gerhana: 1. Setelah I’tidal: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ pada tiap raka’at maka sunnah membaca Al-fatihah lagi untuk yang kedua kali dan dilanjutkan dengan bacaan surah. 2. Jadi pada tiap-tiap raka’at dilakukan 2 kali qiyam (berdiri), 2 kali membaca Al-Fatihah, 2 kali ruku’ dan 2 kali I’tidal. 3. Sunnah shalat dengan jahir (suara keras) pada Gerhana Bulan dan sir (bersuara perlahan) pada Gerhana Matahari. 4. Waktu mengerjakan shalatnya terjadi semenjak mulai gerhana Matahari/Bulan sampai dengan hilangnya gerhana itu yaitu setelah masuknya Matahari pada Gerhana Matahari atau terbitnya kembali Matahari pada Gerhana Bulan. 5. Sunnah membaca khutbah pada kedua shalat itu, afdhalnya adalah dengan 2 khutbah seperti shalat hari raya. Pasal Ke empatpuluh satu Sholat Sunnah Istisqa (Minta Hujan) Sholat sunnah Istisqa’ adalah shalat minta hujan kepada Allah Subanahu Wata’ala, ini dapat dilakukan apabila terjadi kekurangan hujan karena musim panas yang berkepanjangan yang mengakibatkan darurat misalnya menjadi mahalnya harga harga makanan karena rusaknya pohon-pohon (sawah gagal panen), atau matinya binatang ternak dan sebagainya, maka di sunnahkan melakukan shalat minta hujan tersebut. Adapun urut-urutan minta hujan pada Allah Subhanahu Wata’ala dapat dilakukan dengan 3 cara: 1. Sekurang-kurangnya minta hujan itu dengan do’a pada setiap Khutbah Jum’at dan sehabis Shalat Jum’at. 2. Shalat Istisqa’ (minta hujan) 2 raka’at dengan niat pada takbiratul ihram sebagai berikut: اُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ سُنَّةَ اْلإِسْتِشْقَآءِ ِللهِ تَعَالَى. artinya: Sahjaku shalat dua raka’at minta hujan lillahi ta’ala. 3. Yang paling afdhal adalah: a. lebih dahulu puasa selama 3 (tiga) hari yang dilakukan oleh para penduduk suatu negeri itu (yang kekurangan air). b. Kemudian masing-masing penduduk itu bertaubat kepada Allah Ta’ala serta mengembalikan (jikalau ada) semua hak orang lain yang pernah diambil dengan dzalim. c. Pada hari keempat puasa lagi dan Shalat Istisqa’ pada hari itu dua raka’at berjama’ah pada pagi hari seperti shalat Iedh yang dilakukannya boleh di alun-alun (lapangan) atau di dalam Masjid. d. Sunnah mengajak semua orang-orang tua dan kanak-kanak serta membawa binatang peliharaan yang boleh dibawa. e. Sunnah memakai pakaian biasa saja (pakaian sehari-hari), berlawanan dengan pada hari raya. f. Shalatnya dilakukan seperti shalat Iedh, yaitu dengan takbir 7 kali pada raka’at pertama dan 5 kali pada raka’at kedua. g. Sunnah melakukan 2 khutbah sebagaimana khutbah hari raya Iedh, perbedaannnya adalah takbir diawal Khutbah diganti dengan Istighfar, yaitu 9 kali istighfar berturut-turut pada awal khutbah yang pertama dan 7 kali berturut-turut pada awal khutbah yang kedua. h. Sunnah memperbanyak membaca do’a minta hujan di dalam khutbah yang kedua, yang diucapkan oleh khatib (penghutbah) terkadang dengan jahir (suara keras) dan terkadang dengan sir (suara perlahan). Adapun jika do’a itu diucapkan dengan jahir maka ma’mum mengucapkan آمِيْنْ dengan jahir pula, dan jika diucapkan dengan sir maka ma’mum berdo’a sendiri dengan sir. i. Sunnah pada akhir khutbah yang kedua ; 1) khatib menghadap qiblat. 2) bagi khatib dan sekalian ma’mum membalikkan selendangnya (sorbannya) dengan menjadikan yang sebelah atas menjadi kebawah dan yang sebelah kanan menjadi kekiri. 3) kemudian berpaling lagi oleh khatib membelakangi kiblat pada akhir khutbah yang kedua itu. Pasal Ke empatpuluh dua Shalat Janazah Shalat Janazah adalah menyalatkan mayyit atau orang yang sudah meninggal. Dan ini merupakan Fardhu Kifayah atas sekalian orang dalam suatu negeri atau kampung yang mengetahui akan meninggalnya seseorang yang Muslim. Arti Fardhu Kifayah adalah: jika sudah dikerjakan oleh sebahagian orang-orang tersebut maka terlepaslah/gugurlah kewajibannya itu atas yang lain, dan bilamana tidak dikerjakan sama-sekali oleh orang-orang yang telah mengetahui akan meninggalnya seorang mayyit muslim, maka berdosalah seluruh orang-orang itu. Ada 4 (empat) perkara yang menjadi Fardhu Kifayah, yaitu: A. Memandikan mayyit. B. Mengkafankan mayyit. C. Menyalatkan mayyit. D. Menguburkan mayyit. A. Memandikan Mayyit: Sekurang-kurangnya memandikan mayyit adalah meratakan sekalian tubuhnya dengan air yang suci dan menyucikan, dengan terlebih dahulu membasuh segala najis yang ada. Beberapa hal dalam Memandikan Mayyit: 1. Sunnah niat Memandikan Mayyit. 2. Sunnah memandikannya ditempat yang tertutup dengan pagar atau langsa. 3. Sunnah membakar dupa pada saat memandikan mayyit. 4. Wajib tidak terlihat antara pusat sampai lutut si mayyit itu. 5. Sunnah melipat sepotong kain (pakai sarung tangan) di tangan kiri bagi yang memandikan mayyit untuk membasuh najis yang ada pada mayyit, dan sepotong kain yang lain untuk suginya (giginya), dan sepotong kain lagi untuk menggosok badannya. 6. Sunnah pada permulaan memandikannya dengan air campur bidara, yang kedua dengan air biasa saja, kemudian di penghabisannya dengan air yang dicampur dengan sedikit kapur barus, semuanya tiga kali-tiga kali sambil di petel (digosok) sekalian badannya. 7. Sunnah mengambilkan wudhu (air sembahyang) bagi mayyit, sedangkan niatnya adalah wajib bagi yang mengambilkan wudhu itu. B. Mengkafankan Mayyit: Sekurang-kurangnya mengkafankan mayyit adalah dengan sehelai (satu lapis) kain yang menutupi sekalian badannya. Beberapa hal dalam Mengkafankan Mayyit: 1. Bagi mayyit laki-laki sunnah dikafankan dengan 3 (tiga) helai kain putih yang baru dan tiap-tiap helai menutupi sekalian badannya. 2. Bagi mayyit perempuan sunnah memakai ghamis yaitu baju kurung dan telengkung (mukenah) dan kain dan masing-masing 2 (dua) helai. 3. Sunnah bagi keduanya (mayit laki-laki atau perempuan) dipakaikan kapas yang dicampur dengan cendana dan kapur barus yang diletakkan diatas tiap-tiap lubang badan dan anggota sujud. C. Menyalatkan Mayyit (shalat Janazah): Rukun Shalat Janazah 7 (tujuh) perkara, yaitu: 1. Niat Shalat Janazah. 2. Shalatnya dengan 4 (empat) takbir, dimana Takbir pertama adalah Takbiratul ikhram. 3. Membaca Al-Fatihah dengan sunnah membaca اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ saja dan tidak sunnat membaca do’a istiftah. 4. Shalat dilakukan dengan berdiri jika kuasa. 5. Membaca Shalawat seperti shalawat pada tashahhud akhir sesudahnya takbir yang kedua. 6. Mendo’akan Mayyit setelah takbir yang ke tiga, sekurang-kurangnya yaitu: اَللَّـهُمَّ اغْفِرْلَهُ artinya: Ya Allah Tuhanku ampunilah bagi mayyit ini. 7. Memberi salam setelah takbir yang ke empat, sunnah dengan menambahkan وَبَرَكَاتُهُ . Adapun aturan dalam Shalat Janazah pada takbir yang pertama dan yang ke dua, maka Wajibnya dan Sunnahnya adalah sama saja bagi mayyit laki-laki atau perempuan. Sedangkan pada takbir yang ke tiga dan ke empat, maka ada perbedaan dhamirnya (sebutannya). Berikut adalah Tatacara Shalat Janazah: 1. Niat Shalat Janazah: اُصَلِّى عَلَى هَـذَا الْمَيِّتِ أَرْ بَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةٍ ِللهِ تَعَالَى. Artinya: Sahjaku shalat atas mayyit ini dengan 4 takbir fardhu kifayah lillahi ta’ala. 2. Takbiratul ihram: اَللهُ اَكْبَرُ (berbarengan dengan niat itu) 3. Dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah dan sunnah اَعُوْذُبِاللهِ, yaitu: * اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. * بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ. * اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. * اَلرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ. * مَـلِكِ يَوْمِ الدِّ يْنِ. * اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَ اِيَّا كَ نَسْتَعِيْنُ. * اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. * صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ،* غَيْرِالْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ،* وَلاَالضَّآلِّيْنَ. * آمِيْنْ. Tidak Sunnah membaca Surah setelah Al-Fatihah. 4. Takbir yang kedua: اَللهُ اَكْبَرُ 5. Dilanjutkan dengan membaca Shalawat: َللَّـهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وُذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْ لِكَ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وُذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. 6. Takbir yang ketiga: اَللهُ اَكْبَرُ 7. Dilanjutkan dengan do’a mayyit: Bagi mayyit laki-laki adalah sebagai berikut: اَللَّـهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّىالثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأًعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ النَّارِ. Bagi mayyit perempuan adalah sebagai berikut: اَللَّـهُمَّ اغْفِرْلَهَ وَارْحَمْهَ وَعَافِهَ وَاعْفُ عَنْهَ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَ، وَاغْسِلْهَ بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّىالثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِ لَّهَ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهَ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَ، وَأَدْخِلْهَ الْجَنَّةَ وَأًعِذْهَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ النَّارِ. Artinya: Ya Allah Tuhanku, ampuni bagi mayyit ini dosanya dan berikan Rahmat padanya dan sentosakannya dan maafkan padanya, dan mulyakan datangnya dan luaskan kuburnya dan sucikan dia dengan embun dan dengan air dan dengan air barad, dan bersihkan dia daripada segala dosa seperti dibersihkannya kain putih daripada segala kotoran, dan gantikan baginya rumah yang terlebih baik dari rumahnya, dan keluarga yang terlebih baik daripada keluarganya, dan Istri yang lebih baik daripada istrinya (bagi wanita: dan perangai suami yang lebih baik dari perangai suaminya didunia), dan masukkan dia ke dalam syurga dan jauhkan dia dari siksa kubur dan siksa api neraka. 8. Takbir yang ke Empat: اَللهُ اَكْبَرُ 9. Dilanjutkan dengan ber do’a: Bagi mayyit laki-laki adalah sebagai berikut: اَللَّـهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُ، وَلاَ تُفْتِنَّا بَعْدَهُ، وَاغْفِرْلَنَا وَلَهُ. Bagi mayyit perempuan adalah sebagai berikut: اَللَّـهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهَ، وَلاَ تُفْتِنَّا بَعْدَهَ، وَاغْفِرْلَنَا وَلَهَ. Artinya: Ya Allah Tuhanku, janganlah luputkan kami akan pahalanya, dan janganlah fitnahkan kami sesudahnya, dan ampuni kami dan baginya. 10. Memberi salam 2 (dua) kali, yaitu: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.(2×) D. Menguburkan Mayyit: Sekurang-kurangnya Mengubur Mayyit adalah mengubur dalam satu lobang yang dapat menutup aroma bau dan mencegahnya dari (korekan/galian) binatang-binatang buas. Sunnahnya bahwa dalamnya kubur itu sependirian ditambah satu hasta (setinggi orang dewasa yang sedang berdiri sambil mengangkat/melambaikan tangannya). Wajib menghadapkan mayyit ke arah Kiblat, dan sunnah dibacakan Talqin dan do’a wahabah, maka sekalian itu tersebut di dalam kitab “Maslikul Akhyar” dengan segala artinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar